Part 22

13.8K 893 14
                                    

"Ada apa dok dengan istri saya?" Tanya Ali berusaha tenang. Ia berharap, tidak ada gejala yang serius menimpa istri dan bayinya.

"Begini Tuan, terjadi benturan yang cukup keras pada bagian perut istri anda. Kondisi istri anda sampai saat ini tidak bisa dijelaskan, Tuan." Ucap sang dokter.

"Maksud dokter?" Tanya Ali. Dokter itu menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara lagi.

"Tidak ada pilihan lain, Tuan. Anda harus siap kehilangan bayi anda."

DEG! Ali seakan-akan tertimpa meteor saat itu juga. Runtuh sudah dinding pertahanannya. Tak menyangka, kejadian yang tak ingin terjadi malah justru menimpa keluarga kecilnya. Baru saja ia bahagia namun kebahagiaan itu harus diambil oleh Yang Maha Kuasa.

"Lakukan yang terbaik untuk istri saya!" Tegas Ali lalu keluar dari ruangan dokter dengan perasaan tak menentu.

                               ***

Di ruangan lain, terdapat seorang perempuan yang sedang terbaring lemah. Ali menghampiri perempuan itu dan mengecup keningnya penuh kasih sayang.

"Sayang.. kamu cepet bangun, ya. Aku ga tega liat kamu terbaring gini dirumah sakit." Ucap Ali pelan sambil memandang istrinya. Tak tega rasanya memberi tau Prilly tentang bayi mereka yang sudah diambil oleh Yang Maha Kuasa.

Ya, calon bayi yang sangat diharapkan oleh Ali maupun Prilly baru saja di aborsi. Ali sangat sedih dengan keputusan ini. Namun, ia harus tetap tegar.

Jika kalian kira Ali akan benci pada Prilly, itu salah besar. Ali tau, ini semua tidak akan terjadi bila Prilly tidak terlalu semangat berjalan. Prilly memang orang yang ceroboh, tapi itu yang membuat Ali semakin sayang padanya.

Tiba-tiba, jemari Prilly bergerak. Ali yang merasakan gerakan itu langsung memanggil dokter untuk memeriksa keadaan istrinya.

"Alhamdulillah, istri anda sudah siuman. Sepertinya, besok Prilly sudah bisa pulang." Ucap dokter yang menangani Prilly.

"Terima kasih, dok." Ucap Ali.

Dokter itu pun keluar dari ruangan dimana Prilly berbaring. Prilly yang masih setengah sadar merasakan ada yang aneh pada perutnya. Ia merasa, sudah tak ada lagi kaki yang menendang-nendang dinding rahimnya.

"Ali.." Panggil Prilly lirih.

"Apa sayang?" Tanya Ali sambil mengusap lembut rambut Prilly.

"Kok aku ngerasa ada yang aneh, ya?" Tanya Prilly balik.

"Aneh gimana?" Ucap Ali berusaha menutupi kenyataan sebenarnya.

"Perut aku kayak normal gitu. Gaada lagi yang nendang-nendang rahim aku. Terus juga perut aku rata lagi." Ucap Prilly.

Ali menatap Prilly penuh arti lalu memeluknya.

"Eh kok peluk aku, sih? Kan aku nanya, sayang." Ucap Prilly kebingungan.

"Aku mau ngasih tau kamu sesuatu, tapi kamu jangan kepikiran, ya."

"Iya. Emang kenapa, sih?"

"Bayi kita udah gaada, sayang." Ucap Ali lembut namun terdengar nada bergetar dari mulutnya.

Prilly kaget bukan main. Ia menangis sambil mengusap-usap perutnya yang sudah rata lagi. Ia merutuki dirinya sendiri yang kurang hati-hati.

"Maafin aku, Li. Maafin aku.. aku ga becus jaga kandungan aku. Aku ga becus jaga anak kita. Aku minta maaf.." Ucap Prilly disela tangisnya. Ali mencium bibir Prilly cukup lama lalu memeluk Prilly.

"Ga, sayang. Kamu ga salah.. semua sudah terjadi. Kamu ga boleh ngomong kayak gitu. Allah terlalu sayang sama bayi kita. Makanya dia ambil dia dari kita. Aku yakin, Allah pasti akan ganti dengan yang lebih. Aku yakin." Ucap Ali.

"Apa kamu bakal ninggalin aku kalo suatu saat aku ga bisa hamil lagi?" Tiba-tiba saja pertanyaan bodoh itu keluar dari bibir Prilly. Ali tak mengerti dengan pikiran istrinya. Terlalu pendek.

"Disaat aku menjadikan kamu istri aku, aku sudah berjanji dengan Allah bahwa aku akan menyayangi, mencintai, dan menjaga kamu sampai napas aku ga berhembus. Dan itu artinya, aku ga akan pernah ninggalin kamu. Ga akan! Aku ga peduli dengan semua kekurangan kamu. Aku cinta sama kamu, Prilly Ayla Latuconsina!" Ucap Ali mantap.

Prilly memeluk erat tubuh kekar suaminya. Ia tak sanggup kehilangan Ali. Ia terlalu mencintai Ali.

"Kamu ga bakal kehilangan cinta aku. Ga akan. Aku akan terima cobaan ini dengan ikhlas karna aku yakin, Allah sedang menyiapkan skenario yang spesial untuk kita berdua." Lanjut Ali sambil membalas pelukan Prilly. Ia sangat mencintai istrinya. Hanya lelaki bodoh yang meninggalkan perempuan sebaik Prilly hanya karna satu kesalahan yang diperbuat.

"Janji ga bakal ninggalin aku?" Tanya Prilly lagi dengan wajah lucunya. Ali pun terkekeh geli dan mencubit hidung Prilly dengan gemas.

"Janji, my wife!" Jawab Ali mantap.

Dengan latar rumah sakit, mereka berjanji untuk saling mencintai, sampai akhir.

                              ***

1 bulan sejak kejadian itu, Prilly mendadak berubah menjadi seseorang yang lebih banyak menghabiskan waktunya dikamar ketimbang berkumpul bersama keluarga.

Ali sangat sedih melihat perubahan istrinya. Ia tak menyangka, Prilly yang selama ini ia kenal seorang perempuan hiperaktif, kini harus berubah menjadi sangat pendiam. Tak jarang, Ali melihat Prilly menangis tanpa sebab. Sudah berkali-kali Ali mencoba menghibur Prilly, namun hasilnya nihil.

Tak hanya Ali, Mama Keisha, Papa Bramasta, Mama Clarie, dan Papa Kusuma juga sama sedihnya. Mereka tak pernah membenci Prilly karna kejadian itu. Mereka justru tak segan-segan membantu Ali dalam menghibur Prilly.

Prilly tak gila. Ia hanya terlalu kalut dalam kesedihan.

"Sayang... makan, yuk. Ada Mama Clarie, Mama Keisha, Papa Bramasta, Papa Kusuma, Verrell, Vera, Kevin, dan Kyla pengen ketemu kamu." Ajak Ali.

Soal Kyla, dia sudah meminta maaf atas kesalahannya. Dan sekarang, Kyla berubah menjadi orang yang sangat baik pada Prilly. Kyla menyesal telah menyakiti perempuan sebaik Prilly.

"Aku ga laper." Jawab Prilly. Lagi dan lagi, Ali menghela napasnya kasar. Ia tak berhasil membujuk istrinya.

"Tapi nanti kamu sakit, sayang." Bujuk Ali lagi. Tapi sayang, Prilly tetap menggelengkan kepalanya.

"Yaudah kalo kamu gamau makan gapapa, tapi kita temuin mereka dulu yuk dibawah. Kan kasian mereka udah jauh-jauh dateng kesini buat liat kamu, eh kamunya gamau ketemu mereka." Ucap Ali.

"Aku masih betah disini, Li! Kamu ga ngertiin aku banget, sih!" Bentak Prilly. Ali merasa hatinya hancur seketika. Apa salah, jika kita perhatian pada orang yang kita sayang?

"Yaudah kalo kamu masih mau disini, gapapa. Aku tinggal kebawah dulu, ya. Nemuin tamu-tamu kita." Ucap Ali. Namun, Prilly tak meresponnya. Prilly malah asyik melihat tanaman kesayangannya dari jendela.

Merasa omongannya tak direspon, Ali langsung keluar kamar dengan perasaan tak menentu.

"Gimana Li?" Tanya Vera setelah melihat Ali turun dari tangga kamarnya. Ali menggeleng sambil berusaha menahan tangisnya.

"Kamu sabar ya, Li. Prilly hanya terlalu sedih aja, kok. Prilly terlalu sayang dengan bayinya." Ucap Mama Clarie memberi semangat.

"Tapi Prilly udah keterlauan, Ma. Udah 1 bulan dia kayak gitu dan udah 1 bulan juga Ali berusaha nahan emosi dengan sikap dia! Bukan cuma dia yang merasa kehilangan, tapi Ali juga!" Ucap Ali lalu menangis dengan cukup keras. Ali sudah tak mampu lagi berusaha terlihat tegar didepan Prilly. Benteng pertahanan yang sudah ia buat dengan sangat kuat pun akhirnya runtuh juga.

Clarie, Keisha, Bramasta, Kusuma, Vera, Kyla, Verrell, dan Kevin turut sedih atas apa yang terjadi pada keluarga kecil yang baru Ali bangun. Mereka tak menyangka, Ali yang selama ini terlihat kuat dihadapan mereka ternyata lebih terpukul dari Prilly.

Tanpa mereka sadari, Prilly mengintip dari jendela kamarnya dengan hati yang sangat kacau. Ia bisa merasakan kesedihan mereka semua. Namun untuk saat ini, Prilly masih belum bisa seperti dulu. Ia masih begitu terpukul atas kejadian 1 bulan yang lalu.














Haiii! Part ini khusus edisi gegana:v kalo ga nge feel maaf ya soalnya aku lagi ga mood banget hari ini.

TILL THE ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang