Part 33

10.6K 752 11
                                    

Keesokan harinya..

Mereka pun terbangun setelah mendengar suara alarm yang sangat nyaring di nakas. Mereka memang sengaja membawa alarm ke hotel.

"Egghh.." Prilly menggeliat sambil berusaha membuka matanya yang masih sangat mengantuk itu.

Lalu ia mengusap perutnya yang sudah agak membuncit itu. Tak disangka, pernah mengalami keguguran, Prilly justru mendapatkan titipan lebih cepat dari yang diperkirakan.

"Morning, baby.. Gimana keadaan disana, Nak? Kamu nyaman kan?" Tanya Prilly dengan senyuman yang tak pernah pudar. Meskipun bayinya tak bisa menjawab pertanyaannya, tapi ia yakin, bahwa diperutnya kini sang bayi sedang tidur dengan sangat nyaman.

"Morning, sayang." Sapa Ali lalu mengecup leher Prilly.

"Eh kamu udah bangun?" Tanya Prilly. Ali mengangguk dan tersenyum.

"Sejak kamu ngobrol sama bayi kita." Ucap Ali. Tangannya terulur untuk mengusap perut istrinya.

"Nanti kalo dia udah lahir, kamu mau ngasih nama siapa?" Tanya Ali. Prilly tampak berpikir lalu menggendikan bahu pertanda tak tau.

"Jenis kelaminnya aja aku belum tau. Gimana aku bisa nentuin namanya?" Tanya Prilly. Pandangan Ali beralih ke istrinya. Apakah kehamilan bisa memutar fungsi otak?

"Menurut perkiraan kamu aja, sayang. Kalo aku nih ya, misalkan bayi kita cowok, aku mau kasih nama dia Bryan. Tapi kalo cewe, aku mau kasih nama dia Ellie. Gimana menurut kamu?" Jelas Ali. Prilly manggut-manggut mengerti.

"Bagus, sih. Tapi apapun jenis kelaminnya, harus ada marga aku didalamnya." Kekeuh Prilly.

"Pasti, lah. Yaudah yuk kita mandi. Udah lama nih ga mandi bareng." Ucap Ali dengan senyum penuh arti.

"Aku lagi hamil. Kamu kan ganas." Ucap Prilly singkat tapi bisa membuat Ali mendengus pelan.

"Please, yang dibawah udah ga tahan ini." Mohon Ali sambil menunjukan daerah kemaluannya.

Prilly bergidik ngeri. Tak bisa membayangkan apa yang terjadi nanti. Kandungannya masih tergolong sangat rentan. Harusnya Ali mengerti itu.

"Aku juga mohon ngertiin aku dikit, aja. Aku ga mau terjadi apa-apa sama bayi kita." Balas Prilly sambil menunjukkan puppy eyes nya.

"Please, suami aku kan baik hati dan tidak sombong." Lanjut Prilly. Ali mengalah. Bagaimanapun juga, ia harus belajar melawan nafsunya demi kelangsungan hidup anaknya.

"Iya deh aku ngalah." Jawab Ali. Prilly pun tersenyum dan mencium bibir Ali singkat.

"Kok cepet banget, sih? Lamaan dikit, dong." Goda Ali. Prilly mencubit ujung hidung Ali.

"Mesum!" Ucap Prilly lalu mengambil handuknya dan masuk ke kamar mandi.

"Yah, gue kalah start." Gumam Ali pelan.

                                 ***

Hari terakhir di Bali mereka habiskan dengan jalan-jalan ke Tanah Lot. Meskipun cuacanya sangat panas, Ali maupun Prilly sama sekali tak mengeluh. Mereka malah keasyikan berlari-larian di dekat laut yang sangat indah.

"Yap! Ketangkep kamu!" Ucap Ali setelah berhasil menangkap Prilly. Mereka tertawa bersama.

"Kamu kok bisa nangkep aku, sih? Padahal aku larinya udah kenceng!" Ucap Prilly.

"Bisa, lah. Kamu kan kecil, jadi gampang aku tangkep." Ucap Ali ngasal yang berakhir dengan jitakan kecil dikeningnya.

"Kecil-kecil gini aku bisa naklukin hati kamu yang kayak es batu." Balas Prilly tak mau kalah.

"Ok, aku ngalah lagi dan kamu menang lagi." Ucap Ali lalu mencium dan melumat bibir ranum Prilly penuh cinta.

"Ga tau tempat, dasar!" Ucap Prilly saat pautan bibir mereka terlepas. Ali cengengesan.

"Eh makan, yuk. Aku laper, nih." Ajak Prilly sambil memegangi perutnya.

"Yaudah, yuk!" Jawab Ali.

Mereka pun harus berjalan agak jauh untuk mencari tempat makan. Setelah sampai, mereka langsung memesan makanan dan menunggunya ditempat yang tersedia.

"Hai, Prill." Sapa seorang cowok yang akhir-akhir ini menjadi cobaan terbesar untuk Ali. Siapa lagi jika bukan Rakha. Sahabat istrinya yang tak tau malu.

"Eh hai, Rak." Jawab Prilly singkat tanpa menatap wajah Rakha. Ia harus bisa menjaga perasaan suaminya.

"Boleh gabung, ga?" Tanya Rakha sok basa-basi.

"Ga." Jawab Ali cepat. Prilly tau, suaminya sedang kesal.

"Eh gue nanya sama Prilly. Bukan sama lo!" Ucap Rakha dengan telunjuk yang mengarah ke wajah Ali.

"Bisa sopan dikit, ga? Oh gue tau. Lo ga pernah diajarin sopan santun kan sama ortu? Pantes." Balas Ali tak mau kalah.

"Lo kali yang ga pernah diajarin sopan santun! Katanya CEO, masa omongannya ga di filter gitu? CEO macam apa lo?" Ucap Rakha setengah berteriak.

"Lagian juga gue yakin si Prilly pasti kena mantra guna-guna lo. Karena gue tau seleranya Prilly. Dia ga mungkin milih cowok yang slengean kayak lo!"

Plak!!

Satu tamparan lolos di pipi Rakha. Prilly sudah tak bisa menahan rasa sesaknya. Ternyata sahabat yang selama ini ia kenal baik, tak seperti itu sekarang.

"Jaga mulut lo, Rak! Dia suami gue! Dan lo gaada hak untuk caci maki Ali kayak gitu! Mulai sekarang lo jauhin gue! Lo bukan sahabat gue!" Ucap Prilly lalu menarik tangan Ali dan pergi dari tempat makan itu.

"Maafin sifat Rakha ke kamu. Aku ga nyangka dia bisa ngomong gitu." Ucap Prilly dengan airmata yang sudah menggenangi pelupuk matanya.

"No problem, sayang. Udah ya, pokoknya sekarang kita harus punya prinsip. Prinsip untuk saling menjaga, dan saling memaafkan. Ok?" Ucap Ali bijak.

"Ok." Jawab Prilly.

Mereka pun berpelukan ditengah panasnya hari. Namun mereka tak tau Rakha. Maksudnya, mereka tak tau sifat asli Rakha yang.......................... selalu berusaha mendapatkan sesuatu yang ia mau walau nyawa taruhannya.

"Gue yakin, setelah ini, Ali sok suci itu bakal nyerahin Prilly untuk gue. Hanya untuk gue!" Desis Rakha tajam. Senyum mengerikan tercetak diwajahnya.




















Haiii!! Welcome back to my story!! Sorry yaa lama next nya. Tugas menumpuk soalnya

TILL THE ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang