Part 21

17.6K 459 3
                                    

Mari menari dan membuat warna bersamaku.

Defran Arie Olvio

Suasana tampak hening mereka asik mengunyah sarapan masing-masing sesekali ocehan Tiara menggema. "Kak Def hari ini kita mau kemana?" Tanya Tiara antusias.

"Emang kamu mau kemana Ra? Kamu kan sekolah?" Itu suara Dania bukan Defran.

"Rara libur aja yah kak? Kita jalan- jalan lagi..." bujuknya.

"Ngak ada jalan-jalan Tiara, kamu mesti sekolah!" Tegas Ayah.

"Hush Ayah gak asik" Cibir Tiara, "Kak Def kita ke kota lagi ya ya ya?" Lanjut Tiara.

"Sekolah Tiara bukan jalan-jalan!" Ucap Dania tegaas.

Defran hanya melihat perdebatan pagi- pagi keluarga barunya itu. "Rara mau jalan-jalan bukan sekolah kak Bey!" Rengek Tiara menangis.

"Gak ada jalan-jalan kalo gak libur." Tegas Husien.

"Bener yang di bilang ayah." Dania mendukung sang Ayah.

"Udah udah kalian ini habisin sarapannya!" kata Ibu.

"Rara mau jalan-jalan sama kak Def, gak mau sekolah hari ini!" Bentak Tiara.

"Tiara!" Bentak Ayah dan Dania bareng.

"Tiara yakin mau ikut kak Def?" Tanya Defran yang di balas angukan oleh Tiara.

"Hari ini rencana kak Def sama Kak Bey mau bantu ayah sama ibu di sawah, Tiara mau ikut?" Tanya Defran.

"Kok ke sawah kak? Gak usah mending kita jalan-jalan ke kota aja deh, di sawah banyak nyamuk, ulat, seranga dan banyak binatang buasnya."Jelas Tiara tak suka.

"Justru itu kakak pengen kesana. Ayo Tiara kamu bolos aja gak usah sekolah! Ganti seragam kamu sama baju maen!" Perintah Defran.

"Big no, aku ogah kalo ke sawah, becekk, mending aku sekolah." Tiara menolak saran Defran.

"Ya udah, buruan udah selesaikan sarapannya! Ayo kakak antar!"

"Oke bos." jawab mereka bareng.

Usai mengantar Tiara dan Kasih ke sekolah Defran, Dania, Ibu dan Ayah pergi ke sawah ayah. Hamparan padi yang sudah menguning terlihat sangat indah di mata Defran yang memang tidak perna menginjakan kaki ke sawah.
"Sweetheart, cantik yah padinya?" Ungkapnya kagum.
"Hm, biasa aja." jawab sang istri singkat.
"Udaranya seger yah? beda sama di kota." Jelasnya senang.
"Hm.... Ayah, kapan panen padinya?" tanya Dania.
"5 sampai 7 hari lagi Nia."Jawab Ayah.
"Oh berarti sebentar lagi ya Ayah, Nia udah gak sabar." Ucap Dania, "Def, kita kapan pulang?"
"Besok sayang."
"Aku gak mau, aku mau masih di sini kamu duluan aja pulangnya."
"Aku udah di tungguin orang kantor sweetheart."
"Kamu aja yang pulang!"
"Gak bisa gitu dong sweetheart!" balas Defran tak terima.
"Aku mau lihat Ayah panen padinya." rengeknya tak suka.
"Gak bisa!" Kekeh Defran.
"Kamu aja yang pulang! Aku masih mau disini pokoknya!" Dania ngambek meninggalkan Defran menuju sungai yang terletak tidak jauh dari sawah Ayahnya.
"Dania, tunggu kamu mau kemana." Panggil Defran berlari mengejar istri labilnya.

Dania terus berjalan menuju arah sungai, "Beningnya." Ucapnya senang memasukan kakinya ke sungai.
"Memancing sepertinya seru deh, tapi aku gak bawak pancing, lagian kalo hamil emang boleh mancing, pamali Nia"gumannya dalam hati.
"Mandi kayaknya seru deh." pikirnya lagi.
"Eh tapi kan aku gak bawak baju ganti." ungkapnya sedih.

Bosan bermain air, Dania teringat Dia meninggalkan suaminya.
"Defran kok gak nyusulin aku sih? Dia sayang gak sih sama aku? Atau jangan- jangan dia gak sayang lagi sama aku, hiks hiks kamu jahat Def." Dania menangis, "hiks hiks kamu ninggalin aku Def, kamu pasti udah pulang sekarang kan? Kamu ninggalin aku sendiri, hiks hiks, pasti kamu mau ketemu ulat bulu itu lagi, hiks hiks mangkanya mau cepet pulang, hiks hiks aku takut, Ayah Ibu, Defran ninggalin aku!" Tangisnya mengelegar.

Lelah menangis Dania memutuskan pergi ke pondok yang ada di sawah. Ada Ayah dan Ibu nya yang terlihat kelelahan.
"Kamu dari mana Nia?" Tanya Ibu khawatir.
"Dari sungai di bawah bu." jawabnya dengan mata yang sedikit bengkak.
"Defran mana? Dia tadi nyusulin kamu, kamu gak ketemu dia?" Tanya Ayah.
"Gak tau, dia udah pulang ke Jakarta." Jawabnya sedih.
"Dia nyusulin kamu bukan balik ke Jakarta." kata Ayah geram.
"Ibu, Nia laper!" Rengeknya mulai membuka rantang yang di bawahnya dari rumah.
"Tunggu suamimu dulu Nia!" Cegah Ibu,"tapi, Nia laper." Dania mengkerucutkan Bibirnya.
"Dania...!" panggil Defran ngos-ngosan namun lega menemukan sang istri.
"Ngapain kamu masih disini? sana pulang!" kata Dania ketus.
"Kamu darimana aja? Aku nyariin kamu sampek ke sawah sebelah tapi kamu gak ada." Defran memegang pundak Dania yang hanya menunduk diam tidak menjawab pertanyaan Defran.
"Dania dari sungai di bawah Def." Jelas Ayah.
"Mata kamu kenapa bengkak? Di gigit serangah yah?" Tanya Defran khawatir.

Dania masih menundukkan kepalanya tidak tahu mau jawab apa, lapar di perutnya juga sudah hilang, dia masih kesal dengan Defran. "Palingan nangis." Ejek ayah mengoda.
"Hush Ayah gak boleh gitu, dia itu anak kita."
"Kamu kenapa sweetheart?"

Air mata Dania tidak bisa ditahanya keluar sendiri tanpa izinnya.
"Hiks hiks kamu jahat.... Kamu biarin aku sendiri di sungai! kamu ningalin aku, kamu pulang duluan nemuin ulat bulu, hiks hiks kamu jahat kamu jahat." Tangisnya memukul sang suami.

Defran bingung melihat istrinya tiba- tiba menangis, istrinya itu sangat cengeng semenjak hamil, dipeluknya istrinya itu sambil membelai rambut milik Dania.
"Cup cup, sweetheart kata siapa aku ninggalin kamu hem?" Tanya Defran, "buktinya kamu sekarang ada dipelukanku."
"Lepas,aku gak mau di peluk sama kamu!" Dania melepaskan pelukannya dan kembali membuka rantang.
"Bu, sekarang Nia boleh makan ya? Kan orang yang ibu tunggu sudah datang!"  Tanyanya berharap ibunya memperbolehkan dia menyantap makanan itu.

Dania hanya melihat nasi di piringnya, dia enggan menyentuh apalagi memakannya.
"Nia, ayo makan katanya tadi kamu lapar!" Kata Ibu heran bukannya tadi putrinya itu kelaparan.
Dania menunduk lesu, dia meliriknya Defran yang sedang asik makan.
"Aku mau itu!"  Dania menunjuk piring Defran.

Defran tidak heran dengan istrinya itu, dia sudah tahu Dania tidak bernafsu makan kalau tidak bekas dirinya.
"Mau bekas aku?" Tanya Defran mengangkat satu alisnya.

Dania menganguk senang, tapi Defran tidak memberikan piringnya itu malah mengambil nasi di piring Dania lalu menaruhnya di piringnya.
"Kamu gak mau kita tukeran piring ya?" Tanya Dania menunduk sedih, "bakal kelaperan aku." pikirnya.
"Hm, ayo buka mulut!"  Defran menyuapkan nasi ke mulut Dania.
"Hm enakk yummi, apalagi makannya di tenggah sawah, nikmat!" Dania senang memakan dengan lahap apa yang di suapin oleh suamiya, sedangkan Defran hanya tersenyum melihat istrinya yang lahap.
"Uhuk, minum Def!"Ucapnya terbatuk.
"Mangkanya kalo makan jangan sambil ngomong!" Nasihat Defran sambil memberikan minum kepada istri tersayangnya itu.

Malam harinya Dania sedang asik menyandarkan kepalanya di pundak Defran.
"Def, besok kita jadi pulang?" Tanya Dania lagi.
"Hm."
"Yaa..." jawabnya kecewa
"Kak pulang besok?" Tanya Tiara.
"Iya, kakak besok pulang." jawab Dania lesu.
"Sayang kalo kamu masih mau di sini gak pa pa kok." Ucap Defran tak tega melihat raut sedih istrinya.
"Beneran Def?" jawab Dania antusias yang di jawabi angukan oleh Defran.
"Makasih Def makasih kamu udah ngijinin aku untuk tinggal beberapa hari lagi disini, eh tapi kamu juga belum pulang kan besok?"  Dania kembali tertunduk sedih.
"Maaf sweety, aku harus pulang! Soalnya kerjaan aku udah numpuk." Ucap Defran lesu.
"Emang gak bisa kamu nyuruh orang buat handle Def?" tanya Dania memberi solusi.
"Handle? Eh tunggu dulu sayang, kayaknya aku tetep di sini nemenin kamu, kenapa gak kepikiran yah?" Ucapnya senang setelah itu dia menelvon seseorang.

Bersambung....

Dania Bella  [Pindah Ke Noveltoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang