Bag. 1

12.3K 1K 68
                                    

Ada 2 hal yang gue benci di dunia ini.

Yang pertama adalah kesiangan sedangkan yang kedua adalah Mitha.

Kalau gue kesiangan, semuanya bakalan kacau. Entah itu pasti ketemu macet, terus harus terburu-buru yang terkadang ada aja barang yang ketinggalan, dan apesnya kalau sampai telat sedikit aja malahan tuh bisa-bisa nggak di kasih masuk mata kuliah sama dosen.

Sedangkan Mitha, nggak perlu di tanya lagi soal fujoshi gila satu itu. Hampir seluruh jurusan, fakultas, atau mungkin seluruh dunia juga tau kali yah cewek satu itu bener-bener nggak waras. Karena dia selalu jadi mak comblang yang sangat antimenstrim, yaitu suka menjodohkan cowok sama cowok.

Dan salah satu korbannya itu adalah diri gue sendiri. Makanya gue benci maksimal sama tuh cewek gila satu! Udah berapa cowok coba yang dia sodorkan ke gue. Mungkin belasan, bahkan sampai puluhan.

Terus yang menyebalkannya lagi, dari sekian cowok-cowok yang pernah di jodohkan ke gue itu bener-bener beraneka ragam macamnya. Bahkan ada pula sebagian besar yang katanya dari club penggemar rahasia gue.

Horor banget kan?

.

.

.

"Mau ngapain lagi lo, hah?" Tanya gue dengan ketusnya ke cewek fujoshi gila satu tersebut, siapa lagi kalau bukan M-i-t-h-a. Sengaja namanya gue eja, biar keliatan banget kalau gue beneran kesel maksimal sama tuh cewek gila satu!

Sementara Mitha seperti biasa hanya bisa menyengir tanpa dosa, menampilkan aura yang selalu membuat bulu kuduk gue merinding.

Lagi-lagi kok perasaan gue nggak enak yah sama nih cewek satu...

"Kalau lo mau ngejodohin gue sama cowok-cowok homo sialan pilihan lo itu lagi, jawaban gue jelas aja NGGAK!"

Ini bukan peringatan pertama kalinya gue ke Mitha, mungkin udah kesekian kalinya. Cuma emang dasarnya Mitha aja yang bolotnya minta ampun!

"Dan tolong lo inget baik-baik, gue itu normal! Meskipun sahabat bahkan temen gue ada yang nggak normal, hal itu bukan berarti gue juga nggak normal, Tha."

Kalau ngomong sama Mitha itu butuh tenaga ekstra, karena nggak bisa dengan ngomong yang biasa-biasa aja. Tuh cewek gila emang harus sedikit di tegasin biar paham apa yang lagi di omongin...

"Siapa yang tau ke depannya? Ya mungkin sekarang lo bisa aja bilang normal, cuma nanti bisa aja kan kedepannya lo malahan jadi nggak normal. Sama kaya sahabat atau temen lo yang nggak normal itu."

Sialan!

Lagi-lagi Mitha dengan seenaknya membalikkan ucapan gue. Entahlah gue juga nggak tau harus bagaimana lagi untuk bilangin Mitha kalau gue itu NORMAL!

Iya gue normal, bahkan imajinasi Mitha itu ketinggian banget untuk menyatakan kalau kemungkinan tuh gue bisa homo.

Lagian yah, cewek fujoshi gila itu terlalu banyak delusi.

Harusnya untuk ukuran cewek yang terbilang lumayan cantik sih mending dia cari gebetan buat di pacarin deh.

Daripada jomblangin orang lain mulu, tapi sendirinya jomblo?

Betul apa betul?

"Kali ini gue cuma mau minta bantuan lo doang kok, Ka."

"Bantuan apa? Jadi on top para bottom lo gitu?

"Nggak sih. Gue udahan mau nyerah aja ah jadiin lo seme buat para uke di luar sana yang sangat mengharapkan seorang Jaka Prasetya."

"Bo'ong banget, nggak mungkin seorang fujoshi gila kaya lo nyerah begitu aja! Rencana busuk apa lagi yang ada di otak lo hah? Udah pergi sana, hush!"

Mau pasang muka serius juga gue nggak bakalan percaya sama kata-kata yang keluar dari mulut laknat tuh cewek fujoshi. Secara yah nih cewek satu termasuk pandai dalam hal akting, mungkin dulu cita-citanya jadi artis...

"Jakaaa, plis. Bantuin gue. Kali ini aja..."

Mitha masih aja merengek, memaksa gue untuk membantunya yang entah gue nggak paham bantuan apa yang di maksud.

"Emang bantuin lo apaan?"

"Lo tau Tyar? Tyar Subagia anak fakultas bahasa apa hukum yah, Ka?"

Gue cuma bisa mengernyitkan dahi gue. Nih orang sableng kali yah?

"Lo nanya gue?" Tanya gue, Mitha hanya mengangguk dengan nggak tau malunya.

"Jawabannya adalah gue nggak tau, lo tau sendiri kan kalau gue anak fakultas Ekonomi?"

Mitha memutarkan kedua bola matanya dengan malas, "yaelah, jangan sok nggak tau deh. Lo kira gue nggak tau jangkauan pertemanan lo hah?"

Bangsat!

"Kalau itu yang bilang Vano atau bahkan Sasa, gue sih bakalan percaya-caya aja..."

Nah terus kenapa dia harus bertanya ke gue masalah si Tyar?

"Gue cuma mau buat sedikit pelajaran aja kok, Ka."

Jangan-jangan nih anak cintanya abis ditolak lagi, secara yang gue denger sih yah si Tyar ini termasuk anak populer super playboy tingkat nasional...

"Kenapa harus minta bantuan gue?"

"Soalnya cuma lo yang bisa membuat seorang Tyar Subagia malu setengah mati..."

Gue masih nggak mengerti sama ucapannya si Mitha, kenapa cuma gue yang bisa membuat seorang Tyar malu setengah mati?

Apa karna gue termasuk seseorang yang bisa di andalkan sama si cewek gila satu ini? Secara gue sama dia tuh selain satu fakultas bahkan satu jurusan, gue pun satu kelas juga sama nih fujoshi gila satu!

Lagian, bukankah ajang permintaan bantuan ini bisa (juga) di manfaatkan hm? Jadi, nggak gratis. Harus ada imbalannya...

Bukan begitu?

Betul apa betul?

"Kalau gue mau bantuin lo, mau kasih gue apa?"

"Apa aja! Janji deh, seriusan!"

Gue pun tersenyum manis penuh kemenangan.

Kena!

"Baiklah, gue akan bantuin lo. Tapi jangan ganggu gue dengan jodoh-jodohin gue lagi sama para homo sialan lo lagi, setuju?"

Biarinlah, gue sedikit berkorban ngebantuin Mitha, yang penting untuk kedepannya nggak ada lagi kesuraman dalam hidup gue!

Mitha hanya mengacungkan kedua jempolnya tanda sebagai 'OK', gue pun mengusap kepala Mitha dan segera pergi meninggalkan Mitha yang sedikit tercengang.

"Katanya lo bantuin gue? Nah terus lo mau pergi kemana, Jakaaa!!!"

"Biasa jemput pacar gue dulu, bye!"

"Jaka brengsek! Gue butuh bantuannya tuh sekarang! Gue sumpahin juga lo putus sama Alea!"

Gue pun menoleh dan hanya memberikan jari tengah ke Mitha tanda 'fuck'!

.
.
.

Apa ini? Disaat masih punya hutang updetan eh malah update yang lain...

Maafkan yah!

Enjoy~

[Malam Senin Kelabu, 170709]

🐣💕

Normal [I'm Straight] - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang