Bag. 18 - Extra Part🔞

6.5K 373 35
                                    

Breakfast (agak 🔞)

Present

.

.

.

Happy Reading

“Morning, sayang.”

Terkejut, tentunya. Setau Tyar sosok yang lagi memeluknya dari belakang sembari mendusal di tengkuk lehernya itu biasanya belum bangun. Alias, masih berada di alam mimpi. Atau bahasa kasarnya ya ngebluk.

Weekend itu udah jadi rutinitas pasti buat seorang Jaka untuk bermalas-malasan. Pokoknya, sosok yang bekerja sebagai Manager Senior itu akan bangun siang, rebahan di kamar seharian atau seenggaknya ya kalau lagi iseng mau menghabiskan waktunya dengan mengantar dirinya sekedar berbelanja.

Tapi tenang, Tyar udah hatam dan paham dengan kebiasaan buruk suaminya tersebut. Jadi, dia nggak akan merasa kesal lantaran sikap Jaka yang menyebalkan itu. Soalnya, sosok yang masih kurang peka sampai sekarang itu udah punya cara tersendiri untuk sekedar quality time bersama dengan dirinya.

Ya, misalnya dengan memanfaatkan cutinya, lalu menghabiskan waktu berduaan aja sepuasnya.

Iya, emang seabstrak itu oknum yang bernama Jaka Prasetya ini.

Kadang, Tyar pun masih heran sama sosok yang udah mendampingi dirinya selama nyaris setengah dekade tersebut.

“Tumben udah bangun?”, ejekan pun akhirnya keluar dari mulut Tyar ㅡseperti biasa sambil memasak untuk sarapan mereka pagi ini.

Jaka pun hanya bergumam, keliatan banget kalau dia masih mengantuk.

“Yar, lagi apa sih?”. Bukannya menjawab dia malah melemparkan pertanyaan balik ke Tyar, suara khas orang bangun tidur kentara banget dari Jaka.

Emangnya kalau lagi di dapur ngapain?

Ya masaklah, Jaka :))

Sosok yang masih di peluk itu pun hanya tertawa kecil, menggelengkan kepalanya heran.

Sempat-sempatnya ya, keliatan masih ngantuk banget, nyawanya belum terkumpul dengan baik, matanya udah pasti setengah merem, dan juga badannya yang belum bertenaga total itu malah menjalankan aksi mari mencumbu lehernya tersebut.

Gimana bisa fokus kalau urusannya udah kaya gini?

“Sayang, aku lagi masak loh.” sengaja, sosok yang lebih tua beberapa bulan itu memperingati supaya Jaka berhenti untuk menciumi bagian tengkuk lehernya secara seduktif.

Demi apapun. Tyar udah sangat lapar.

“Udahin aja dulu masaknya.”

Sembarangan.

Enak banget kalau ngomong, emang mau kelaperan apa? ㅡbathin Tyar mengamuk.

“Aku laper loh, yang.”

Tyar mencoba menyingkirkan kepala Jaka, dan itu berhasil. Walaupun ya suaminya tersebut malah menumpukan dagunya di atas bahunya.

Normal [I'm Straight] - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang