Bag. 17 - Final Part 2

4.3K 388 61
                                    

Special part.

Tyar pov.

Enjoy and happy reading kesayanganku❤

.
.
.

"Jaka belom ada kabar juga?".

"Belom, mungkin masih sibuk."

"Sibuk ngapain aja selama dua tahun belakangan ini? Masa iya nggak sempet buat sekedar ngasih kabar doang, Yar?"

"Vano, kita nggak tau kerjaan dia disana kaya gimana. Lagian dia juga udah janji kan kalau bakalan balik."

"Dan lo masih percaya sama ucapannya dia? Ngapain juga sih lo nunggu yang nggak pasti gini?"

"Sebentar lagi, kalau emang beneran nggak ada kabar sampai waktu yang ditentukan, yaudah nyerah."

"Buang-buang waktu lo aja. Masih banyak yang lebih baik diluar sana, Yar."

"Tapi, gue masih mau percaya dan nungguin Jaka, Van..."

.
.
.

"Seneng nggak?". Pertanyaan yang terlontar dari sosok yang sibuk menyetir itu, membuat lamunan gue buyar.

Yang pasti gue tersenyum sumringah, sambil menikmati pemandangan sepanjang jalan.

"Seneng banget." Sahut gue dengan antusias, seraya menatap wajah sosok yang masih fokus menyetir.

"Aku ikutan seneng kalau kamu seneng." sosok itu menoleh, tersenyum sambil mengelus kepala gue menggunakan tangan kirinya.

"Terimakasih sayang, akhirnya aku balik juga kesini setelah sekian lamanya."

"Kamu baru ninggalin tanah air selama tiga tahun loh, Yar."

Emang dasar Jaka! Kapan sih nggak pernah nggak nyebelin? Padahal gue udah buat suasana haru gini eh seenaknya aja ngerusak moment manis begitu aja.

Kesel.

"Tapi itu termasuk lama tau, Ka."

"Nggak betah tinggal disana ya?"

Menurut lo aja Jaka? Mana ada sih yang betah tinggal di negeri orang. Bertemu dengan orang asing setiap harinya, dan juga harus menyesuaikan makan beserta lingkungannya yang sangat beda 180 derajat.

"Sejujurnya iya, kalau nggak harus ikut kamu ya aku sih juga ogah harus tinggal disana dan ninggalin tanah kelahiran aku."

Lagi, Jaka tertawa. Tangannya yang bebas itu mengusak kepala gue seenaknya. Yang tentu aja membuat gue menggeram kesal.

"Berlebihan banget sih kamu!"

"Kamu udah biasa tinggal disana, jadi udah terbiasa. Sedangkan aku kan nggak." cibir gue seraya menampik tangan kiri Jaka.

Sembarangan, rambut gue udah rapi gini seenaknya di berantakin.

Kan nanti nggak cakep lagi.

"Nggak juga kok, aku juga lebih suka tinggal disini dibanding disana. Makanya aku usaha lebih keras lagi supaya bisa pindah kerja di kantor cabang."

"Yakin? Kamu gapapa ninggalin kantor pusat kamu?"

Sebenarnya sih gue (sedikit) merasa bersalah karna terlalu sering minta Jaka untuk balik kesini, ketempat lahir dan juga tinggal gue selama ini. Sementara dia disana bekerja pun bukan semata-mata demi dirinya sendiri.

Normal [I'm Straight] - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang