Bag. 5

6.4K 753 76
                                    

"Hm, makasih ya, Ka." Ucap seseorang ke gue dengan suara pelan.

Antara malu atau nggak enak mungkin.

"Santai aja, lagian kaya sama siapa aja." Sahut gue santai sambil nyeruput es taro bubble milik gue, dan nggak lama setelah gue ngomong gitu seseorang tersebut malahan tersedak minuman thai tea miliknya sendiri.

Yaelah, nggak ada yang salah sama omongan gue kan?

Oh iya, yang salah mungkin adalah keadaannya.

.
.
.

Hari ini tumben, Revano ajak makan siang bareng. Jadi kita ber-4, yaitu gue, Revano, Dika dan juga Mitha tentunya sudah berada di kantin. Katanya ada yang mau dibahas sama Revano, tapi sebelum mulai kayanya gue tau masalah apa yang akan di omongin sama sahabat monyet gue satu itu.

"Jadi?" belum apa-apa suara Revano membuat kita ber-3 kebingungan, terutama gue.

Revano berhenti menyuapkan mie ayam ke mulutnya. Lalu menatap gue sinis.

"Apa yang lo ributin sama pacar lo itu sampe dia maki-maki gue, nyet?"

Semuanya mengarahkan pandangannya ke gue, bahkan Dika bisa dipastikan menatap gue tajam layaknya sinar laser yang siap bakar gue hidup-hidup.

Sialan.

"Bisa nggak sih kalian kalau berantem nggak usah bawa-bawa gue?" gue cuma bisa diem, memberikan waktu Revano untuk meledak-ledak terlebih dahulu.

"Sahabat homo lo ini emang sering ngomporin lo buat putus sama pacar lo satu itu, tapi itu karna gue nggak mau lo jadiin dia pelampiasan, bukan karna gue mau jadiin lo homo sama kaya gue!"

Gue pun cuma bisa menghembuskan napas gue perlahan.

"Lo sendiri yang tau dulu gimana bingungnya gue, dan lo sendiri yang tau bahwa gue dulu nggak homo, Jaka. Im straight. Gue pernah punya mantan cewek, nyet."

Ya, semasa sekolah dulu emang Revano merupakan cowok straight. Makanya gue nggak pernah bilang dia homo, atau apapun itu. Karna gue tau, dia cuma tertarik sama Dika. Cowok yang lagi nahan emosinya supaya nggak nonjok muka gue ini. Sedangkan Mitha, dia cuma menyimak.

Menyimak chorom, me-me-menyimak chorom...

"Gue udah bilang kan sama lo? Buktiin lo normal bukan berarti lo harus pacaran sama cewek, nyet."

Ah, kalau kaya gini gue bisa ngomong apa?

"Semenjak kuliah lo jadi agak berubah, padahal dulu lo nggak peduli masalah lo di nilai homo atau nggak deh. Perasaan dulu lo lebih santai ketimbang sekarang."

"Vano..."

"Oh, karna makin populer ya? Pencitraan gitu?"

"Gue nggak maksud kaya gitu, demi apapun, nyet."

"Terus lo terima Alea karna apa, Jaka Prasetya?"

"Kita udah sering bahas ini, Revano Pratama..."

Revano lebih memilih melanjutkan makan mie ayamnya dengan nggak mood, sementara Dika dengan setia mengelus bagian punggung bahu sang pacar. Jangan tanya soal Mitha karna sepertinya tuh makhluk abstrak satu masih mencerna apa yang terjadi.

Dan suara seseorang membuat gue, Mitha, Dika, serta Revano menoleh ke arah sosok itu.

Sosok yang berdiri dengan muka bingungnya.

"Maaf, ganggu. Bisa minta waktunya sebentar?"

Gue pun mengerjapkan kedua mata gue heran.

Ini Tyar?

Normal [I'm Straight] - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang