1. Mr. Arogan

8.8K 856 192
                                    

"Hei rambut pink!" aku meletakkan tas dan jaket di loker lalu menoleh, seorang asisten berdiri menatapku dengan pandangan tajam. Dia pasti asisten praktikum karena jas praktikumnya berbeda dengan praktikan seperti aku.

"Hey malah melamun!" hardiknya lagi. Teman-teman di dekatku segera meletakkan tasnya di loker dan bergegas duduk di lab, menghindari asisten yang sepertinya marah padaku.

"Mm i-i-ya sunbae." aku sampai bicara terbata-bata saking takutnya.

"Kamu tidak boleh mewarnai rambutmu!" katanya sambil menatapku penuh intimidasi.

"Tetapi tidak ada peraturan yang melarang mewarnai rambut Sunbae."

"Ada, ini peraturan khusus buat kamu."

"Mana bisa?"

"Bisa."

"Itu Irene dan Yeri rambutnya diombre juga gapapa, ada juga yang rambut ungu dan biru tidak ditegur, sunbae juga rambutnya diwarnai pirang."

"Kamu namja tidak boleh berambut pink!"

"Tapi Sunbae."

"Ekhem Lee Taeyong sebaiknya kau duduk dulu, praktikum akan dimulai." seorang asisten namja yang hampir sama tingginya denganku menyela perdebatan kami, dia tersenyum, aku pun membalas senyumnya.

"Dah sana duduk!" asisten galak itu pun menyuruhku duduk, dan aku tak menyia-nyiakan waktu untuk segera pergi dari hadapannya.

"Siapa sih tu asisten? Baru masuk lab juga, langsung marah-marah." omelku sambil duduk di kursi yang sudah di siapkan Yuta, teman sekelompok praktikumku.

"Dia ketua senat fakultas Tae, dia juga ketua asisten Laboratorium." Haechan menjawab.

"Kok pas ospek dia ga pernah keliatan?" tanyaku.

"Waktu itu katanya dia lagi bantuin penelitian dosen Tae." kini Mark yang berbicara.

"Oh." aku menganggukkan kepala

.

Aku merapikan jas praktikumku, warnanya putih lengan panjang dan panjang bagian bawahnya sampai ke lututku, kebesaran memang jasku ini, apalah daya, ini jas yang aku dapat saat pembagian kemarin, maklum saja tubuhku mungil jadi jas yang harusnya pas untuk namja, jadi kebesaran buatku.

Aku duduk dengan tenang memegang pulpen, menunduk melihat kertas soal pretest yang masih kosong. Pretest memang belum dimulai, asisten lab memberikan kesempatan kepada kami praktikan untuk belajar selama 10 menit. Hasil pretest harus diatas 75 agar kami dapat mengikuti praktikum.

Yuta yang duduk disamping kananku tampak komat kamit menghafal materi dari buku petunjuk praktikum. Mark disamping kiriku dan Haechan disampingnya kelihatan serius belajar.

Aku tidak belajar, aku sudah menghafal semua isi buku petunjuk praktikum tidak hanya materi untuk hari ini saja. Bosan membaca buku itu lagi. Aku alihkan pandangan pada asisten lab yang ada di ruangan ini, ada yang duduk, berdiri, ada yang bercakap-cakap dengan berbisik dengan teman sesama asisten.

Lalu pandanganku jatuh pada namja yang tinggi yang berdiri di samping papan tulis mengawasi kami praktikan yang sedang belajar. Aku masih kesal padanya, masa peraturan hanya berlaku buatku. Sayangnya Dia tampan. Pipinya cabi, rambutnya blonde, tatapan matanya tegas, badannya tegap terlihat gagah, tetapi dia galak sekali. Dia tidak pernah tersenyum, datar sekali mukanya, menyebalkan.

Tiba-tiba dia menatapku, aku pun menunduk, kembali menatap kertas pretestku.

"Yak tutup buku kalian! Sekarang akan saya mulai pretestnya."

The Laboratory AssistantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang