Episode 2
_________"Ada apa dengan mu? Ada apa denganku? Kau yang terlalu misterius atau aku yang terlalu penasaran padamu?"
_________Malam itu, di jalanan yang sepi dekat rumah Prilly, seorang wanita yang baru saja pulang dari kerja lembur berjalan dengan hati yang was-was. Wanita itu bukannya tidak peduli pada teror yang akhir-akhir ini terjadi didekat jalanan yang ia lalui sekarang. Namun apa daya, malam ini dia harus lembur dan tidak ada jalan yang bisa dilaluinya selain jalan yang satu ini.
Tanpa wanita itu sadari. Seseorang berjaket hitam dengan penutup kepala dan masker berjalan mengendap-ngendap membuntuti sang wanita dari belakang.
"Arghhh" jerit tertahan wanita itu karna tiba-tiba seseorang membungkam mulutnya dari arah belakang. Mata wanita itu melotot ketika merasakan kesakitan yang luar biasa. Ya! Dia tertusuk pisau orang misterius itu. Orang yang hampir setiap hari diberitakan di koran-koran paris. Sekarang ia melihatnya sendiri, di depan matanya.
***Suara sirine dari mobil polisi tak henti-hentinya berbunyi membuat Angga tidak dapat tidur dengan tenang. Ia menutup kupingnya dengan bantal namun itu tidak terlalu membantu. Suara sirena itu masih saja dapat didengar Angga.
Ketika hari sudah mulai agak pagi Angga akhirnya memutuskan untuk keluar rumah dan mencari tahu apa yang membuat keributan disekitar wilayah rumah kakak sepupunya itu.
Rupanya telah terjadi pembunuhan tadi malam dan korbannya seorang wanita. Orang-orang berkerumun di tempat kejadian yang kini telah dibatasi oleh garis polisi.
"Angga!" seru Prilly yang rupanya telah lebih dulu berada ditempat itu."Lihat aku tidak bohong kan? Disini memang sering terjadi teror pembunuhan," bisik Prilly ketika Angga mendekat.
Rasanya Angga ngeri juga melihat pemandangan didepan matanya sekarang. Korban itu penuh darah baik yang masih segar maupun yang telah mengering. Mayat dengan luka tusukan dimana-mana. Pembunuhnya pastilah tidak punya hati sehingga bisa melakukan hal seperti itu.
"Maxime, apa kau belum juga mendapatkan petunjuk siapa pelakunya?" tanya Prilly pada seorang polisi muda Prancis.
Polisi itu terlihat menggeleng nampaknya ia kenal dekat dengan Prilly.
Tiba-tiba Syifa dan pengawalnya melalui tempat itu. Dan semua mata langsung tertuju pada mereka. Maklum saja Syifa sangat jarang terlihat keluar, jadi saat dia tiba-tiba muncul orang menaruh perhatian lebih padanya. Kebanyakan sih, karena penasaran apa rumor soal Syifa yang memiliki gangguan jiwa itu benar atau tidak.
"Hai peri cantik," sapa Maxime sambil tersenyum memamerkan lesung pipinya.
Syifa yang disapa oleh Maxime tak mengubris dan berjalan saja melewati kerumunan orang-orang di sekitar TKP.
"Mampus, dikacangin," ucap Angga didalam hati. Ia senang melihat Maxime tak dihiraukan oleh Syifa. Yah, bisa-bisanya polisi itu memanggil Syifa dengan sebutan peri cantik. Cih! Dasar polisi mata keranjang.
"Dia sepertinya benar-benar bermasalah," kata Prilly yang ditanggapi tatapan sinis dari Angga dan Maxime.
"Sebelum kau tahu yang sebenarnya jangan berbicara yang aneh-aneh. Nanti malah jadi fitnah."
Prilly mengangguk dan hanya mengukir senyum mendengar nasehat dari Maxime. Senyum yang malah diartikan Angga sebagai sinyal 'godain eneng bang...godain😕'
"Apa kau mau sarapan di tempatku? Pasti dari tadi malam kau belum makan," tawar Prilly pada Maxime.
"Boleh juga."
Cih! Apa itu? Polisi ini tidak tahu malu. Tugasnya kan menangkap penjahat. Dan saat penjahatnya belum tertangkap dia malah dengan santai mau makan di rumah seorang wanita. Angga benar-benar kesal. "Apa kau sedang menebar pesona pada semua wanita? Tadi Syifa sekarang sepupuku!"
"Sejak ia sering bertugas berkeliling menjaga wilayah ini. Kami jadi berteman dekat. Jadi apa salahnya dia makan di rumah temannya?" Prilly menatap Angga garang. "Jaga bicaramu bocah."
***Di rumah Prilly tepatnya di meja makan. Prilly dengan telaten mengoleskan selai kacang dalam roti Croissant dan menyerahkannya pada Maxime.
"Terimakasih."
"Ya." Prilly membalas ucapan terimakasih Maxime dengan senang dan berseri-seri.
"Kenapa kau tidak mengoleskan selai diroti ku juga?" tanya Angga.
Senyum Prilly yang tadinya manis saat menatap Maxime memudar saat menatap Angga.
"Kau kan bisa mengoles selainya sendiri? Bukannya kau punya tangan?"Sial! Terjadi diskriminasi disini. Sepertinya Prilly menyukai polisi itu.
"Dasar ganjen," gumam Angga.
___________
Kita akan bahas soal Syifa dan Ali dipart berikutnya yaa
Maafin kalau tokoh-tokohnya tidak memakai bahasa Perancis meski ceritanya mereka pada tinggal di Paris soalnya yg baca gak bakal ngerti dan yg nulis gak ngerti jg hahaa ✌
Jgn lupa berikan Vote dan Komentarnya buat semangat author ya 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistery
Mystery / ThrillerLiburan Angga di paris yang seharusnya menyenangkan malah terganggu dengan adanya teror di sekitar wilayah tempat ia menginap. Disamping itu Angga juga penasaran dengan seorang wanita cantik bernama Syifa yang jarang keluar rumah dan tidak pernah b...