Episode 3
_______
"Meski siang hari disinari matahari. Bagiku itu tak terlalu terang. Semua sudah terlalu gelap dengan dukaku"
_______"Untung saja hari ini dia mau diajak keluar rumah. Kau tahu selama 3 bulan aku bekerja disini aku merasa sangat bosan. Sebenarnya untuk apa kakaknya memperkerjakan pengawal? Toh dia sangat jarang keluar rumah," cetus Shalsa saat dia baru sampai di dapur setelah menemani Syifa berjalan-jalan menghirup udara segar. "Dia bahkan tidak pergi ke sekolah dan hanya Home Schooling. Sebagai pengawalnya aku jadi merasa ikut terpenjara. Jika bukan karena kakaknya, Ali yang tampan itu aku tidak akan betah disini."
"Jangan berbicara terlalu keras siapa tahu Nona Syifa masih di sekitar sini dan belum ke kamarnya." Lady Rose memperingati Shalsa dengan setengah berbisik.
"Ayolah, orang tidak normal seperti dia. Bahkan jika dia mendengar perkataanku dia tidak akan mengerti."
"Jangan membicarakan majikanmu seperti itu. Aku khawatir kau menyesal nantinya."
"Hmm..kau sudah bekerja disini sejak mereka pindah ke Paris kan? Pasti kau tahu sesuatu," selidik Shalsa.
Lady Rose, wanita paruh baya berkebangsaan Perancis itu enggan menanggapi perkataan Shalsa. Ia lebih memilih fokus mengelap gelas-gelas kaca di atas meja.
***Rasanya ada air mata yang tertahan dari kedua sudut mata Syifa. Ya! Ia mendengar percakapan Shalsa dan Lady Rose dari balik pintu dapur. Jika saja dia tidak merasa kehausan dan ingin mengambil air di dapur, dia tidak akan tahu apa yang dipikirkan Shalsa selama ini tentangnya. Selama ini Shalsa selalu bersikap sopan di hadapannya.
Begitulah manusia. Mereka selalu bermuka manis didepan tapi kalian tidak akan pernah tahu bagaimana sikap mereka dibelakang kita. Itulah salah satu alasan kenapa Syifa tidak pernah nyaman berbincang pada orang lain. Dia sudah hilang kepercayaan pada siapapun. Dari pada harus dekat dengan orang-orang bermuka dua Syifa lebih memilih sendirian.
____Flash Back____
Hari itu di koridor sekolah, Syifa yang mengenakan seragam putih-merah berjalan dengan riang. Langkahnya tiba-tiba terhenti ketika teringat buku catatan agendanya tertinggal di dalam kelas. Hingga Syifa berputar balik menuju kelas.
Belum sampai Syifa melangkahkan kakinya ke dalam kelas. Terdengar suara-suara teman dekat Syifa sedang bergosip. Pelan-pelan Syifa menempelkan telinganya dekat tembok kelas.
"Ku dengar Syifa dan ibunya akan pindah ke Perancis."
"Itu karena ayahnya mau menikah lagi."
"Yah, ayahnya hobby gonta-ganti wanita. Aku mendengar itu ketika tidak sengaja menguping pembicaraan orang tuaku. Entah apa maksudnya aku tidak terlalu mengerti sih."
"Yang jelas. Itu pasti bukan sesuatu yang baik. Kurasa kita harus berhenti berteman dengannya."
"Iya, jujur saja aku tidak terlalu menyukai Syifa. Dia bertingkah sok cantik."
"Dia pasti merasa paling hebat karena orang tuanya sangat kaya."
Syifa menangis dalam diam. Rasanya dadanya sakit sekali. Ia menepuk-nepuk dadanya berharap perasaan sakit itu akan menghilang. Tapi itu tak berguna. Rasa sakit itu bukannya hilang tapi bertambah.
Sejak itu Syifa kecil mulai diam-diam menguping pembicaraan orang-orang disekitarnya. Dan hasilnya sungguh menyakitkan... Ia sering mendengar orang-orang bergunjing tentangnya dan keluarganya.
_____Flash Back Off____
Dunia memang panggung sandiwara. Apa gunanya berbincang dengan orang-orang bermuka dua seperti itu? Ia jadi membenci semua orang!!!
***Matahari telah menyelesaikan tugasnya. Langit kini gelap dengan hanya cahaya rembulan yang masih sabit.
"Aku akan mentraktirmu. Jadi pesan sesukamu." Prilly memberitahu Angga dengan suara lantang sehingga terdengar ketelinga Ali yang kebetulan berada di kafe yang sama.
Ali tanpa basa-basi langsung memindahkan minumannya ke meja Prilly dan Angga.
"Apa ini? Kau duduk disini tanpa permisi?" sindir Prilly.
"Kalau begitu permisi. Boleh aku bergabung?"
"Kau sudah duduk disini lebih dulu. Apa gunanya lagi bertanya."
"Begini salah. Begitu salah." Ali menggaruk kepalanya. "Tapi siapa dia?" tunjuk Ali pada orang yang duduk disamping Prilly.
"Dia sepupuku," sahut Prilly singkat.
"Halo." Ali mengulurkan tangannya pada Angga.
"Aku tidak berkenalan dengan orang yang tidak punya sopan santun sepertimu." Angga santai menyedot minuman hot Chocolate-nya dan membiarkan saja tangan Ali.
"Dia kakaknya Syifa."
Perkataan Prilly barusan membuat Angga hampir tersedak. Ia dengan cepat melepas minumannya dan menyambut tangan Ali.
"Kupikir kau sama sombongnya dengan Prilly."
"Ah, mana mungkin aku seperti itu." Angga memberikan senyum semanis mungkin dihadapan Ali.
"Malah aku merasa kita bisa menjadi teman baik." kata Angga sambil menepuk-nepuk pundak Ali sok akrab.___________
Jangan lupa klik bintang di bawah yaa 😆 dan komen juga...
Karena komen kalian yang bikin mimin semangat dan senyam-senyum sendiri...serius deh
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistery
Mystery / ThrillerLiburan Angga di paris yang seharusnya menyenangkan malah terganggu dengan adanya teror di sekitar wilayah tempat ia menginap. Disamping itu Angga juga penasaran dengan seorang wanita cantik bernama Syifa yang jarang keluar rumah dan tidak pernah b...