Episode 8
__________
"Asalkan kau bersedia mengulurkan tanganmu. Aku akan selalu berusaha menujumu sesulit apapun itu."
__________Sepulang dari kuliah Ali merasa lapar dan memutuskan mampir di Cafe de Flore, kafe tertua di Paris ini memiliki interior dan eksterior klasik khas Prancis. Beragam menu ditawarkan disini seperti sup, salad, omelet, hingga dessert. Tapi hot chocolate adalah menu favorit Ali.
Siapa sangka disana ia bertabrakan dengan Prilly. Nampaknya Prilly sedikit terburu-buru keluar hingga tak sengaja menabrak Ali yang baru mau masuk. Tak ingin membuang kesempatan Ali langsung menahan lengan Prilly. "Kita harus bicara."
"Tak ada yang perlu dibicarakan. Apa kau belum puas membuat lelucon padaku?"
"Aku tahu selama ini aku sering keterlaluan padamu. Dan kejadian malam itu aku benar-benar minta maaf."
"Baiklah," ujar Prilly yang melihat kesungguhan dimata Ali. "Aku memaafkanmu puas. Sekarang biarkan aku pergi."
Ali tak membiarkan lengan Prilly lepas dari genggamannya. "Apa kau menyukai Maxime?"
"Apa?" Prilly agak terkejut ditanya seperti itu. Apalagi kali ini Ali terlihat sangat serius 180 ° berbeda dari Ali yang biasa ia kenal.
"Tolong jauhi dia, karena akulah yang menyukaimu sejak awal."
Haah? Prilly tidak salah dengar kan? Apa Ali baru saja mengatakan cinta padanya?
"Aku serius. Aku menyukaimu. Aku tidak tahan jika ada yang lain disampingmu. Saat Angga mengatakan kau menyukai polisi itu aku baru sadar aku cemburu. Apa kau bisa membuka hatimu untuk ku juga?"
Glek! Prilly tiba-tiba merasa sulit menelan ludahnya. Apa yang harus dia jawab sekarang?
Ali menatap Prilly lembut "Aku tahu kau bingung. Tapi segeralah move on. Karena aku tampan jadi untuk menyukaiku tidaklah sulit."
"Sempat-sempatnya dia narsis." batin Prilly kesal. Dia sedang menembak Prilly atau sedang memuji dirinya sendiri? Dari sisimanapun Maxime rasanya lebih baik. "Baiklah tuan Ali yang tampan kurasa perasaan tidak bisa dibolak-balik semudah itu." Prilly menyingkirkan tangan Ali dari lengannya dan berlalu pergi.
Mata Ali memancarkan kekecewaan. "Ya kau benar. Tapi aku akan menunggumu."
Langkah Prilly sempat berhenti mendengar perkataan Ali barusan. Jujur saja dia cukup tersentuh dengan kata-kata pria itu. Namun kemudian ia meneruskan langkahnya dan menjauh pergi.
***Sore ini untuk pertama kalinya Syifa berjalan sendirian agak jauh dan tanpa pengawal pula. Ia sekarang duduk di taman Jardin du Luxembourg. Taman yang indah dengan bunga-bunga dan air mancur. Syifa memejamkan matanya dan membiarkan angin menyapu rambutnya. Ia sedang merenungkan perkataan Angga.
"Apa aku hanya belum bertemu orang-orang yang tulus? Apa masih ada orang yang bisa dipercaya didunia ini?""Kenapa kau memikirkan semua itu?"
Syifa membuka matanya ternyata ada seorang wanita tua yang duduk disebelahnya. Ah..Syifa pikir ia sendirian tadi makanya dia menggumam agak keras.
"Ah maaf aku tiba-tiba menyahutmu. Kau bicara sendirian jadi aku...Ah ya, apa kau punya masalah yang berat nak?"
"Hmm." Syifa menunduk malu. "Aku hanya sulit berinteraksi dengan orang-orang semenjak ibuku meninggal dan beberapa orang mulai membicarakan keluargaku dari belakang. Jadi aku mulai menarik diri dari pergaulan dan lebih memilih sendiri. Tapi belakangan ini ada seseorang yang mulai membuatku ingin menjalani hidup normal seperti dulu."
Wanita tua yang rambutnya telah memutih itu mengangguk.
"Nak, tidak peduli bagaimana perlakuan orang lain padamu yang terpenting adalah bagaimana kamu bisa membantu dan bermanfaat bagi orang lain. Jika kau terus mengurung diri kapan kau bisa membantu orang lain?""Kurasa kau benar." Syifa menerawang melihat langit senja.
"Jalani hidupmu dengan baik karena itu hanya satu kali. Jangan menyiakannya dengan terus memikirkan orang yang kau kenal itu tulus atau tidak. Soal bagaimana mereka dibelakangmu biarkan itu menjadi urusan mereka dengan Tuhan."
Setelah kepergian wanita tua itu. Syifa merenung lagi. Ia rasa memang sudah saatnya ia mulai merubah sikapnya.
***"Baiklah aku akan mengirim pesan pada Syifa,"ucap Angga sambil tiduran di sofa.
From: Angga
To : Syifa
Halo ini Syifa kan?Tidak dibalas. Tapi Angga tidak patah semangat.
From: Angga
To : Syifa
Sedang apa?Lagi-lagi tak dibalas.
From: Angga
To : Syifa
Jangan lupa makan dan makanlah dengan pelan.Truttt...! HP Angga bergetar. Kali ini dibalas.
From: Syifa
To : Angga
Ya."Astaga! Dia membalas pesanku," pekik Angga. "Dia bilang YA."
"Ssst! Jangan berisik." Prilly yang sedang menonton TV merasa terganggu.
"Oh astaga! Aku tidak bisa berhenti menatap layar HP ini." Angga kegirangan dan kakinya menyepak-nyepak disofa. "Aku akan membaca pesannya sekali lagi." Angga terus membaca pesan dari Syifa sampai puluhan kali. Meskipun balasannya hanya 'ya'.
"Memang apa istemewanya. Hanya dibalas 'ya' sesingkat itu?" dan kau senang? Kasihan." Prilly mencibir.
"Terserah," ujar Angga sewot. "Memangnya polisi itu pernah membalas pesanmu?"
"Aku bahkan tidak tahu nomor ponselnya." Prilly menghembuskan nafas dengan berat.
"Sudah jelas sekarang siapa yang perlu dikasihani."
Plak! Sebuah bantal melayang kewajah Angga. "Diamlah." Prilly langsung pergi menjauh. Merasa kalah.
"Oke! Aku rasa aku perlu melihat pesannya sekali lagi." Angga kembali membaca pesan Syifa dan jangan tanya berapa kali lagi Ia melihat pesan itu karena ia membacanya sampai tertidur.
___________
Maaf jika episode kali ini agak absurd...🙏 gara-gara fokus nulis '100 Years Later' hehee...siang ini bakal di update yaa episode 1 nya
Bocoran episode selanjutnya Prilly akan nembak Maxime dan Angga akan nembak Syifa...diterima gak yah?
Author baca komen di episode sebelumnya rata-rata pada bingung nunjuk pelakunya..oke author bantuin analisis...
Teror sudah terjadi sebelum Angga liburan ke Paris berarti gak mungkin dia pelakunya kecuali dia membayar orang lain untuk melakukan itu.
Shalsa sudah menjadi korban gak mungkin dia pelakunya kecuali dia hanya berakting dan meminta orang lain pura-pura jadi pembunuhnya apalagi dia satu-satunya korban yang bisa lolos sedang korban lain mati terbunuh.
Oke abaikan analisis author, ini menambah bingung 😂😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistery
Mystery / ThrillerLiburan Angga di paris yang seharusnya menyenangkan malah terganggu dengan adanya teror di sekitar wilayah tempat ia menginap. Disamping itu Angga juga penasaran dengan seorang wanita cantik bernama Syifa yang jarang keluar rumah dan tidak pernah b...