Episode 10
___________
"Tidak ada ekspresi yang bisa kutunjukkan. Semuanya kosong. Meski kau menyakiti hatiku. Tapi bodohnya aku masih menganggap tak ada wanita lain yang sebaik dirimu"
___________Pantulan cahaya bulan terlihat indah dari permukaan sungai Seine. Hari ini Angga dan Syifa puas seharian menikmati hari berdua. Yah! Memang ada Shalsa sih. Tapi anggap saja dia nyamuk.
Syifa diam-diam mencuri pandang kearah Angga yang rambutnya kini diacak angin. Dimalam hari kadar kegantengan pria disampingnya itu sepertinya naik dua kali lipat. Apalagi saat Angga tersenyum kadarnya makin meningkat berpuluh-puluh kali lipat. Manis sekali!
"Syifa terimakasih karena telah bersedia diajak kesini."
"Seperti yang kau bilang aku harus mulai membuka hati."
"Yah itu bagus," ucap Angga senang. "Syifa sebenarnya aku mengajakmu kesini karena ingin menyampaikan sesuatu."
"Apa?" Syifa menoleh pada Angga yang terlihat bersinar. Bahkan lebih bersinar dari gemerlap lampu disekitar.
Jari Angga membentuk setengah hati. "Apa kau mau melengkapinya?"
"Haah?!" Syifa terkejut. Apa Pria berjaket biru itu sedang menembaknya.
"Jika kau bisa membalas perasaanku. Tolong lengkapi bentuk hati ini dengan jarimu." Angga menatap mata Syifa penuh harap.
"Angga...aku..." Syifa merasa serba salah. "Apa kau akan tetap berada disampingku jika aku melakukan kesalahan yang besar?"
Pertanyaan macam apa itu? Orang yang salah tidak mungkin dibiarkan begitu saja kan? Ini aneh, Angga bertanya soal perasaan Syifa padanya. Tapi wanita cantik berambut lurus itu malah menanyakan hal lain. "Jika kau melakukan kesalahan tentu sa..."
"Kau tidak perlu melanjutkannya. Aku sudah bisa membaca jawabannya dari sikapmu." Wajah Syifa nampak kecewa. "Kurasa kita tidak cocok."
Jari Angga yang membentuk setengah hati perlahan turun. "Kau menolak ku?" Suara Angga terdengar parau.
"Aku memutuskan untuk mulai melihat dunia luar. Bukan berarti aku siap menjalin hubungan yang serius dengan seseorang. Baiklah aku rasa tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi. Aku pulang dulu."
Tak ada yang bisa Angga lakukan lagi selain melihat kepergian Syifa. Membiarkan punggung wanita itu semakin lama semakin menjauh tanpa bisa mencegahnya.
Yang Angga bisa lakukan sekarang hanyalah merasa iri pada beberapa pasangan yang bisa menyusuri sungai Seine dengan kapal pesiar dan makan malam romantis.
Banyak yang bilang Paris kota romantis tapi nampaknya ini tidak berlaku bagi Angga. Mulai sekarang jika orang menyebut kota Paris yang akan Angga ingat hanyalah ia patah hati dikota ini.
***"Hei dari mana saja? Ini sudah malam apa kau tidak takut bertemu pembunuh yang sedang berkeliaran mencari mangsa?"
Suara Ali mengejutkan Prilly yang sedang melamun. Saking kosongnya pikiran Prilly dia baru sadar kalau ia sedang berada diwilayah angker dimana sering terjadi pembantaian pembunuh berdarah dingin.
"Ali!" Prilly tanpa sadar menangis memeluk Ali. Ia baru tahu rasa sakitnya ditolak. Jika sekarang ia sangat sedih berarti seperti itu pula perasaan Ali kemaren saat ia menolak Ali.
"Ada apa?"
"Maxime baru saja menolakku,"ungkap Prilly dengan jujur.
Ali sempat terkejut tapi ia segera berusaha menenangkan Prilly. "Sudahlah jangan menangis. Sekarang ikut aku."
Keduanya lalu duduk dibangku panjang dan Ali berusaha menghibur Prilly. "Lihat bintang itu!" tunjuk Ali. "Indahkan?"
"Ya," Prilly tersenyum memandang bintang. "Sangat indah."
"Nah jika kau tersenyum seperti ini kau terlihat bersinar seperti bintang."
"Dasar gombal ya." Prilly menjewer kuping Ali.
Pria itu meringis memegang kupingnya tapi sebentar kemudian wajahnya berubah serius. "Prill. Soal perkataanku yang waktu itu. Aku serius. Aku akan menunggumu."
"Eh?!" Prilly bingung harus menjawab apa. Tapi entah mengapa kali ini dia senang mendengar pernyataan Ali.
***Sesampainya dirumah Prilly shock saat melihat ruang santai telah berubah menjadi seperti bak sampah. Demi apa! Gumpalan Tissue berhamburan dimana-mana dan bungkusan Snack baik yang sudah habis maupun belum habis bergelimpangan dilantai. Remahan-remahan snack juga berceceran disekitar Angga yang sedang menangis. Rupanya anak itu menangis sambil makan snack lalu menghapus air matanya dengan tissue yang setelahnya ia lempar asal.
"Yaaa!!! Apa ini!!!" Prilly histeris.
"Uwakku..dwitwoloak...hiks." Angga bicara tak jelas dengan snack penuh mengisi mulutnya.
"Apa? Aku tidak mengerti?"
"Aku bilang. Aku ditolak. Hiks..,"ucap Angga kali ini sudah tanpa snack dimulutnya.
"Ah. Kau ditolak?" Prilly duduk didekat Angga. "Aku juga baru saja ditolak. Bagaimana kalau malam ini kita melakukan pesta duka."
"Heeh?!" Angga menatap Prilly heran.
Kakak sepupu Angga itu kini malah ikut makan snack sambil menangis. "Apwa cobwa..kwurangnywa..kwita..
hiks..." (Apa coba kurangnya kita)Jadilah keduanya malam itu begadang melewati malam dengan saling curhat dan saling berebut snack.
"Snacknya habis."Prilly mengeluh.
"Aku akan mencari cara agar Syifa bisa menerima cintaku."
"Yaak! Kenapa kau mau jadi pengemis cinta?" Prilly memegang kepala Angga kekanan dan kekiri. "Kau ini tampan, menggemaskan, pipi mulus, alis tebal, hidung mancung, bibir Sexy. Sudah miriplah dengan aktor dan idol korea."
"Siapa? Song Jong Ki? Lee Min Hoo? Lee Seung Gi?"
"Hmm. Siapa ya?" Prilly memutar otaknya berpikir keras. "Mirip siapapun itu pokoknya kau bisa mencari gadis yang lebih cantik dari Syifa. Lupakan wanita itu dia sejak awal sudah kelihatan aneh."
"Aku hanya menyukai Syifa. Aku juga merasa dia sebenarnya juga menyukaiku. Tapi entah kenapa ia tidak bisa mengakuinya dan seperti menutupi sesuatu."
_____________
Yah Angga ditolak 😔 kenapa ya? Syifa bilang dia punya kesalahan besar kira-kira apa ya?
Jangan-jangan........😏
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistery
Mystery / ThrillerLiburan Angga di paris yang seharusnya menyenangkan malah terganggu dengan adanya teror di sekitar wilayah tempat ia menginap. Disamping itu Angga juga penasaran dengan seorang wanita cantik bernama Syifa yang jarang keluar rumah dan tidak pernah b...