Mistery ~ Senyum Bidadari

2.2K 252 50
                                    

Episode 4
__________

"Tidak perduli berapa kalipun aku memikirkannya. Kamu bersinar dengan seyummu. bahkan di dalam kabut putih sekalipun. Aku tergila padamu"
___________

"Astaga!" Angga menghentikan langkahnya. Tangannya sibuk merogoh saku kantong jaket maupun saku di celananya. "Sepertinya handphone ku tertinggal di kafe tadi."

"Dasar ceroboh. Kalau begitu cepat kembali kesana mumpung kita masih setengah perjalanan."

"Oke. Ayo." pemuda tampan itu menarik Prilly agar mengikutinya berbalik arah.

Telunjuk Prilly mengarah pada wajahnya sendiri. "Aku juga?"

"Ya. Bagaimana bisa aku membiarkanmu  berjalan pulang sendirian di malam hari apalagi wilayah ini sedang tak aman."

"Aku lelah dan mengantuk. Lagipula ini masih belum terlalu malam. Aku rasa tidak masalah jika aku pulang lebih dulu."

"Tidak!" Angga memasang wajah serius seperti seorang kakak yang sedang menasehati adiknya. "Apa kau tahu betapa berbahayanya wilayah ini? Pembunuh itu belum tertangkap! Jangan berpikir untuk berkeliaran di luar rumah pada malam hari."

"Wow...Keren. Ternyata kau bisa bersikap seperti ini juga. Biasanya kau bertingkah seperti anak kecil," seru Prilly sambil mengangkat jempolnya. "Tapi sepupuku yang manis, aku benar-benar ingin pulang kerumah secepat mungkin. Aku sangat mengantuk. Tapi jika kau mengantarku pulang terlebih dahulu bisa-bisa Hpmu keburu di ambil orang lain. Jadi jalan terbaik adalah membiarkan aku pulang sendiri. Lagi pula teror itu biasanya terjadi tengah malam."

"Tidak." Angga tetap pada pendiriannya dan menarik paksa Prilly untuk pulang berdua. "Aku akan ke kafe itu setelah mengantarkanmu pulang."
***

Akhirnya, setelah Angga memastikan Prilly masuk ke rumah dengan aman. Dia baru berbalik lagi menuju kafe. Yah, semoga saja HP-nya tidak hilang.

Belum jauh berjalan dari rumah, Angga mengurungkan niatnya untuk pergi ke kafe. Ia melihat seorang gadis duduk di bangku sendirian. Gadis yang selama ini sangat ingin Angga temui. Ya! Itu Syifa.

"Apa yang kau lakukan malam-malam begini?"

Tidak ada jawaban. Syifa hanya menunduk dan sedikit terisak.

"Kau menangis?" Angga ikut duduk dibangku. Di samping gadis ber-dress putih itu.

Lagi-lagi tak ada jawaban.

"Jika terjadi sesuatu kau bisa menceritakannya padaku."

Akhirnya Syifa yang tadinya menundukkan kepala mau mengangkat kepala dan menatap Angga. Tapi dengan tatapan yang mengisyaratkan tidak senang.

"Oke. Jika kau tidak mau bercerita juga tidak masalah." Angga mengambil earphone putihnya dan memasangkannya ke telinga Syifa.

"Apa-apaan ini?" batin Syifa. Ia menatap sinis pada Angga dengan mata sembabnya.

Meski Angga merasa tidak nyaman ditatap sinis oleh Syifa namun ia mencoba tetap bertingkah santai. "Jika kau tidak bisa berbagi masalahmu setidaknya dengan mendengarkan lagu hatimu bisa sedikit lebih damai. Aku tidak tahu apa cara itu bisa berhasil padamu," ucap Angga sambil memasang earphone ke telinganya juga. "Ayo dengarkan lagu bersama," lanjutnya.

Lagu yang didengarkan mereka pada Playlist HP Angga ternyata lagu "Disini untuk kamu." Sebuah lagu yang direkam Angga sendiri di HP-nya.

Sadar suara yang sedang didengarkannya adalah suara pria disampingnya. Syifa perlahan-lahan tersenyum.

Senyum yang sangat memikat dimata Angga. Apalagi saat rambut panjang Syifa tersapu angin. "Dia benar-benar bidadari," batin Angga. Entah mengapa sekarang lagu terdengar bukan hanya di telinganya tapi juga dihatinya. Rasanya ada musik indah yang berlagu dihati Angga.
***

Sudah hampir 2 jam sejak Angga pamit pergi ke kafe. Tapi sepupunya itu tidak juga menampakkan batang hidungnya. Padahal jarak antara rumah Prilly dan kafe itu tidak terlalu jauh. Prilly jadi harap-harap cemas.

"Apa anak itu tersesat?" gumam Prilly.

Pada akhirnya Prilly memutuskan untuk menyusul Angga. Ia memasang jaket pink-nya dan bergegas keluar rumah.

"Yang benar saja. Anak sebesar dia apa mungkin tersesat? Diakan punya mulut untuk bertanya." Prilly menggigiti kuku di jempolnya. Ia memang suka melakukan hal itu jika gugup. "Ah, aku lupa. Dia tidak terlalu lancar berbahasa Perancis," seru Prilly sambil menepuk jidatnya.

Tap..tap !

Prilly menoleh dan menghentikan langkahnya. Ia mendengar suara jejak kaki. Rasanya ada yang mengikuti dari belakang.

"Si..si..apa?"tanya Prilly terbata-bata. Ia mempercepat langkahnya. "Apa ini hanya perasaanku saja?"

Namun sepertinya itu bukan hanya perasaan Prilly. Suara jejak sepatu semakin jelas terdengar. Semakin Prilly mempercepat langkahnya orang yang membuntuti Prilly juga mempercepat langkahnya. Bulu kuduk Prilly sampai berdiri. Ia sangat ketakutan bahkan tidak berani menoleh kebelakang.

Arghhh! Prilly menjerit ketika orang dibelakang Prilly berhasil menangkapnya...

__________________

Bersambung...
Tolong vote dan coment nya ya...jujur saja komen kalian itu bisa bikin author senyam-senyum sendiri. Dan komen kalian memberi semangat untuk menulis kelanjutan ceritanya.
Jangan jadi pembaca rahasia please...tolong hargai orang yang udah nulis cerita ini 😭

MisteryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang