Mistery ~ Sebuah Rahasia

1.7K 184 39
                                    

Episode 13
_________
"Kadang orang yang mengetahui segalanya sebenarnya adalah orang yang paling tertekan. Rahasia itu seperti racun yang mematikan."
_________

Masih diliputi dengan kebingungan Prilly berlari keluar rumah menyusul Angga. Sayang sekali bukannya berhasil mengejar ia malah menabrak orang.

Namun orang yang Prilly tabrak bukannya marah, malah menyunggingkan senyum.

"Ali maaf aku terburu-buru." Nafas Prilly masih ngos-ngosan.

"Apa terjadi sesuatu?" Ali nampak khawatir.

"Ya. Sepupuku pergi dari rumah dengan keadaan hati yang sedang kacau. Aku benar-benar khawatir. Entah dia mau pergi kemana sekarang."

"Apa sebaiknya kita mencarinya? Aku akan ambil mobil."

"Tidak perlu. Aku akan menelponnya nanti." Prilly menatap Ali tajam sebelum melanjutkan,"Lagipula sebaiknya untuk sekarang dia tidak perlu melihat atau mendengar yang berkaitan dengan Syifa."

"Syifa?!" Ali memutar bola matanya. "Apa dia bertengkar dengan adikku?"

Prilly mengangkat bahunya. "Dia sangat marah saat aku menyebut Syifa. Kurasa ada sesuatu diantara mereka berdua."

"Sepertinya dia menyukai adikku ya. Hmm wajar sih adikku itu memang cantik. Garis keturunan kami memang memiliki wajah diatas rata-rata sih." Ali menyombong.

"Sempat-sempatnya narsis." Prilly memonyongkan bibirnya.

Melihat Prilly yang kesal Ali hanya tersenyum menanggapinya. "Prill, besok pagi apa kau ada waktu?"

"Memangnya kenapa?" Prilly mendoangakkan kepalanya menatap Ali.

"Aku ingin mengajakmu kesuatu tempat."

"Hmm."

"Jadi apa kau bersedia?"

Kepala Prilly mengangguk tanda menyetujui.

"Yes!!!" Ali melonjak-lonjak kesenangan. Ia lupa kalau Prilly sedang berada dihadapannya dan menatapnya dengan tersipu.

"Maaf aku terlalu senang." Ali menggaruk kepalanya dan ada semburat merah dipipinya menahan malu.
***

Tangan Ali mengepal bersiap mengetuk pintu kamar Syifa. Namun beberapa menit berlalu tangannya tak juga bergerak mengetuk. Ia malah terpaku diam menatap pintu kamar itu.

Hubungannya dengan Syifa sebenarnya tak begitu baik. Ali menghela nafasnya sebelum akhirnya mengetuk pintu dan membuka kamar adiknya.

"Boleh aku masuk?" tanya Ali membuka separuh pintu.

Seperti yang sudah-sudah Syifa tak menjawab dan hanya mengerjapkan matanya.

"Kenapa kau tak pernah mau berbicara denganku?" Ali duduk dikasur Syifa. "Kudengar kau sekarang sudah mau berbicara dengan Shalsa yang baru bekerja beberapa bulan disini. Kau bahkan berbicara dengan orang asing seperti Angga. Tapi kenapa kau tak mau berbicara dengan kakakmu sendiri?"

Pemilik kamar hanya diam. Tatapannya kosong. Ia sama sekali tak menganggap keberadaan Ali.

"Apa kau membenci kakak?" tanya Ali dengan nada penuh tekanan. "Setelah ibu meninggal. Kau lebih dekat dengan Lady Rose ketimbang aku. Kau bahkan berhenti bicara padaku. Hingga aku terpaksa mencarikan pengawal untuk menjagamu. Kau tahu, sebenarnya aku sangat ingin menjagamu sebagai kakak laki-lakimu."

Meski dicueki dan dianggap angin lalu Ali tetap berkoar sendiri. Begitulah setiap kali ia masuk kekamar Syifa. Ujung-ujungnya Ali malah bicara sendiri.

"Baiklah. Aku akan keluar. Kuharap suatu hari nanti kau mau menjelaskan apa kesalahanku padamu."
Ali berjalan menuju pintu dengan perasaan sedih tak terkira.

"Kakak."

Gerakan Ali terhenti. Ia tak jadi membuka pintu dan berbalik memandang Syifa. Akhirnya setelah sekian lama, Syifa mau berbicara padanya lagi. Ali sangat bersyukur.

"Apa menurutmu pelaku pembunuhan disekitar wilayah kita akan tertangkap?"

Sebelah alis Ali terangkat. "Kenapa dia menanyakan itu?" batin Ali. Setelah sangat lama akhirnya Syifa mau bicara juga. Tapi kenapa yang ditanyakan malah pembunuh?

"Seperti kata pepatah. Sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan terjatuh juga."

Syifa diam mencerna perkataan Ali. Sampai kakaknya itu pergi dari kamarnya ia baru bergumam,"Bagaimana jika tupainya tak jatuh juga? Apa aku harus mendiamkannya atau membuatnya jatuh secepatnya?"
***

Hujan mengguyur kota Paris tengah malam ini. Begitu lebat dan deras. Angin kencang menghentak jendela kamar Syifa cukup keras. Hingga wanita itu harus berjalan membenahi gorden yang tersingkap. Tanpa sengaja ia melihat sekelebat bayangan berjalan ditengah hujan. Sebenarnya dari kamar Syifa yang terletak dilantai 2 ia masih dapat dengan jelas melihat orang-orang yang ada dibawah jalan. Namun karena sedang dalam keadaan hujan membuat kaca jendela menjadi buram.

"Jangan-jangan..." Tanpa pikir panjang Syifa berlari keluar kamar dan seperti biasa mengendap-ngendap untuk keluar rumah.

Tanpa memperdulikan hujan yang tengah mengguyur lebat. Syifa berlari dengan hanya mengenakan dress putih selutut. Ia tak sempat untuk memakai jas hujan atau sekedar mengambil payung.

"Sial! Dimana dia." Hanya satu yang Syifa pikirkan, orang itu. Ia tak peduli pada hujan, tak peduli pada rambutnya yang kini basah, tak peduli pada pakaiannya yang  kuyup oleh air, tak peduli meski ia menggigil kedinginan.

Tanpa Syifa sadari ada sepasang mata yang sedari tadi mengamatinya dari kejauhan. "Jadi malam ini, ditengah hujan sekalipun. Dia masih saja mencari korban!" ujar orang itu mempercepat langkahnya.

___________

Hmm kira-kira Syifa ngapain ya keluar tengah malam pas hari hujan pula. Kayaknya dia ngejar seseorang. Apa dia mau ngebunuh seseorang ???

Terus siapa yang diam-diam memperhatiakan Syifa? Apakah itu Maxime 😱 duh ntar Syifa ketangkap gimana dong???

Yang mau ngakak baca cerita author '100 Years Later' ya..itu ceritanya agak ringan...kalau yang 'Mistery' ini agak serius.

MisteryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang