Mistery ~ Menara Eiffel

2.2K 254 29
                                    

Episode 6
___________

"Dalam hari-hariku yang rumit ini. Kau berada disisiku. Matamu yang berbinar. Membuat hatiku terasa berbunga-bunga. Pasti ini alasan kenapa kita terhubung satu sama lain."
___________

Ternyata Angga membawa Syifa melihat bangunan yang dirancang oleh Alexandre Gustave Eiffel. Hmm apalagi kalau bukan menara Eiffel !

Menara ini terletak ditengah-tengah taman kota yang indah. Banyak air mancur dan bunga-bunga aneka warna disana.

"Wah..Paris memang romantis." Angga berdecak kagum.

Syifa yang awalnya terus meminta ingin pulang saat dimobil tadi, kini sudah berlari mendekati taman bunga. Sekuntum tulip warna merah muda menarik perhatiannya. Ia tersenyum dan mencium bunga tulip itu, tapi ternyata tidak harum. Syifa sedikit kecewa.

"Cantik sekali." Angga yang melihat Syifa tersenyum tak sadar menggumam sendiri.

Meski gumaman Angga pelan tapi rupanya Syifa mendengarnya dan ia nampak risih. Keadaan menjadi canggung.

"Maksudku bunganya cantik," ucap Angga beralasan. Ia berusaha terlihat sesantai mungkin meski jantungnya berdetak kencang karena keceplosan memuji Syifa.

Tapi nyatanya ada satu lagi yang membuat jantung Angga deg-degan selain Syifa. Itu saat Ia menginjakkan kakinya di pelataran pertama menara Eiffel. Ada sensasi yang luar biasa saat berjalan di lantai kaca transparan. "Wohhh." Angga merasa merinding saat melihat kebawah. Dari sana ia bisa melihat kota paris dari ketinggian 57 meter.

Syifa tidak bisa tidak tertawa melihat Angga yang terlihat gemetaran dan yah! Agak sedikit norak juga.

"Akhirnya aku bisa melihatmu tertawa," ucap Angga senang.

Namun sayang Syifa yang tersadar langsung menghentikan tawanya dan segera memasang tampang dingin lagi. Yasudahlah setidaknya hari ini Angga bisa melihat Syifa tertawa untuk pertama kalinya.

Angga lalu menggandeng Syifa untuk berkeliling di lantai pertama menara Eiffel dan seperti yang sudah diduga Syifa menolak untuk bergandengan hahaa.

"Wohhh, hebat ! Di sini ada area ice skating juga. Ayo kita berselancar!" Angga berdecak kagum.

"Tidak aku mau pulang."

Hahhh ?!Pulang? Setelah Angga dengan susah payah membawa Syifa kesini??? Tidak akan.

"Baiklah kita tidak usah ke area ice skating itu. Tapi jangan pulang dulu ya. Aku bahkan belum naik kelantai dua." Wajah Angga memelas.

Dilantai kedua, banyak orang yang mengambil foto pemandangan dibawah. Tapi, Angga tidak tertarik dengan itu. Ia lebih tertarik untuk mengambil foto berdua dengan Syifa.

"Ayolah sekali saja." Angga memaksa untuk berselfie berdua dengan Syifa.

"Aku tidak terbiasa berfoto apalagi dengan orang..."

Jepret! Angga mengambil foto mereka berdua meski Syifa tidak siap untuk itu.

"Kau benar-benar ya." Syifa geregetan dengan tingkah Angga. "Ayo pulang!"

"Astaga! Kenapa yang ada dipikiranmu itu hanya pulang? Nikmati saja semua ini seperti orang-orang lain. Hmm haruskah kita menaiki eskalator ke lantai tiga?"

"Sudah cukup! Jika kau tak mau pulang. Aku akan pulang sendirian." Syifa mulai kesal. Ia sebenarnya menyukai perjalanan ini. Tapi, ia tidak mau terlena. Berada didekat pria seperti Angga terus terang membuat hati Syifa mulai merasakan desiran dan Syifa tidak mau sampai jatuh cinta. Bagaimanapun ia tidak bisa mempercayai siapapun ditambah lagi adanya sebuah rahasia yang hanya Syifa simpan sendiri selama ini. Jatuh cinta hanya akan membuat hatinya semakin sakit nantinya.

"Baiklah." Angga merengut. Ia akhirnya setuju untuk turun ke lantai pertama lagi. Begitu mereka melalui pojok es krim Angga langsung memasang wajah manja dan menggemaskan seperti anak TK yang meminta dibelikan es krim. "Belikan aku es krim..belikan!"

Syifa menarik nafas panjang. Angga ini benar-benar punya seribu cara untuk membuatnya tak bisa membantah. Jujur saja. Dengan pipi yang sengaja Angga gembungkan itu. Membuat Syifa luar biasa gemas. Ia hampir saja kehilangan kendali dan ingin mentoel-toel pipi Angga. "Oke! Tapi setelah ini kita pulang."

"Ini enak!" pekik Angga kegirangan sambil menjilati es nya. Ia lalu menoleh pada Syifa saat melihat toko suvenir. "Haruskah kita membeli oleh-oleh juga? Untuk Prilly dan kakakmu?"

Mata Syifa melotot. "Sudah cukup. Ayo pulang." Syifa menarik lengan Angga agar tidak berbelok ketempat lain lagi.

"Ciee.." Angga menatap tangannya yang ditarik Syifa. "Ternyata kau dari tadi ingin gandengan tangan? Kenapa tidak bilang dari tadi? Aku pasti dengan senang hati melakukannya. Bergandengan seperti ini jadi terasa kita sedang berkencan ya..."

Pipi Syifa langsung memerah seperti kepiting rebus. Ia langsung melepas tangan Angga dan berjalan lebih dulu dari Angga. Dan Ia diam-diam terseyum.
***

Hari sudah malam saat Angga mengantar Syifa kembali kedepan rumahnya.

"Tolong lupakan semua yang terjadi hari ini. Bagiku hari ini hanya mimpi indah. Dan saatnya bangun menerima kenyataan."

Ucapan Syifa barusan mengangetkan Angga. "Tapi kenapa? Kau bisa bersenang-senang lagi dihari-hari berikutnya seperti hari ini. Apa sebenarnya yang menahanmu?"

"Aku hanya tidak nyaman menjalin kedekatan dengan orang lain."

"Aku tahu kau sebenarnya menikmati hari ini. Kenapa kau terus menepisnya? Apa sih yang membuat mu begitu membenci orang-orang?"

"Semua manusia di dunia ini penuh dengan kepura-puraan."

Angga cuku kaget dengan jawaban Syifa. "Apa kau benar-benar menganggap semua orang sejahat itu?"

Tiba-tiba, satu tangan Angga menghadang tubuh Syifa dan memojokkannya ketembok rumah.

"A..apa ini?" Tentu saja perlakuan Angga ini membuat Syifa terkejut.

"Kau menganggapku orang jahat juga kan? Kau tidak suka orang yang berpura-pura kan? Apa aku harus lakukan saja apa yang aku inginkan dengan jujur?" Angga menambahkan satu tangannya lagi untuk memenjarakan tubuh Syifa. Angga mulai mendekatkan wajahnya ke dekat wajah Syifa.

Lutut Syifa langsung lemas. Ia dapat merasakan nafas Angga saking dekatnya wajah mereka. Syifa hanya bisa meremas ujung dress yang Ia kenakan. Rasanya ia tidak bisa bergerak ditatap oleh mata sendu Angga dengan jarak yang sebegitu dekatnya.

Cengkraman tangan Angga pada tembok semakin erat. Ia menatap kedalam mata Syifa dengan pandangan teduh. "Kau hanya belum bertemu orang-orang yang menyayangimu dengan tulus. Dan untuk bertemu orang-orang yang tulus itu kau harus mulai membuka hatimu." Angga pelan-pelan melepas kedua tangannya dari tembok dan membebaskan tubuh Syifa.

Sepeninggal Angga, Syifa merosotkan dirinya dari tembok tempat dia bersandar dan terduduk dilantai. Jantungnya hampir saja meloncat. Ia masih bisa merasakan detak jantungnya memompa dengan cepat.

______________

Ahaideee 😍
Jangan lupa tinggalkan vote dan komennya yaaa...klo ampe pembaca rahasianya banyak tapi vote dan komennya jauh banget bandingannya...part selanjutnya bakal mimin Privat 🔪🔪🔪
Beahaaaaa 😂
Oh ya, masukkan karya baru Author : '100 Years Later' dalam reading list kalian juga yapp...
Itu cerita dengan Genre Fantasy lohhh

MisteryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang