Mistery ~ Patah Hati 1

2K 238 31
                                    

Episode 9
__________
"Kamu mengabaikan ku. Jauh dilubuk hatiku,itu terasa sakit. Kau menciptakan retakan-retakan disini. Dihatiku"
__________

Didepan kantor polisi tempat Maxime bertugas terlihat Prilly berdiri dengan wajah gugup. Ia terus memandang pintu keluar berharap Maxime muncul dan keluar dari sana. Padahal Prilly telah mengabari Maxime sebelum ia pergi kesana. Tapi mengapa pria jangkung itu belum kelihatan batang hidungnya?

Cukup lama sampai akhirnya orang yang ditunggu-tunggu berjalan menghampiri Prilly. Hati wanita itu mulai berdetak cepat. Maxime begitu gagah memakai seragam polisinya.

"Maaf aku agak sibuk jadi baru bisa menemuimu sekarang. Kau pasti sudah menunggu lama."

Prilly menggeleng meski sebenarnya ia memang menunggu lama.

"Baiklah apa yang ingin kau bicarakan pada ku? Kau sampai menungguku dikantor pasti ada sesuatu yang penting kan."

"Ahh...itu..." Prilly ragu-ragu.

"Ada apa?" Maxime memegang pundak Prilly. "Katakan saja. Bukankan sudah kubilang sebelumnya. Jika  kau ada masalah. Kau bisa mengandalkan ku."

Perhatian Maxime yang seperti inilah yang membuat Prilly baper. Ditambah lagi cara bicaranya yang tegas tapi lembut  membuat Prilly mabuk kepayang. Berbeda sekali dengan Ali yang suka cengeesan. Ah! Kenapa dia jadi memikirkan Ali?

"Halo! Jadi kau mau bilang apa?" Tangan Maxime mengibas didepan wajah Prilly, membuyarkan lamunan.

"Aku menyukaimu," ucap Prilly cepat tanpa berani menatap Maxime.

Senyum mengembang diwajah Maxime membuat lesung pipi terbentuk disana. "Kau bercanda kan?"

"Aku serius. Aku sudah lama menyukaimu."

Seyum diwajah Maxime memudar melihat keseriusan Prilly. "Tapi ku pikir kedekatan kita selama ini murni hanya pertemanan."

"Jadi..." Prilly yang semula menunduk mengangkat kepalanya mencoba menatap Maxime.

"Jadi kita hanya teman." ujar Maxime.

"Ya. Tentu saja. Itu juga tak masalah." Prilly mencoba sok tegar dan tertawa.

"Maafkan aku. Ku harap kau baik-baik saja."

"Ya." Suara Prilly bergetar. Ia sudah mencoba setegar mungkin tapi air matanya tetap saja mengalir meski ia tahan-tahan sekuat tenaga. "Aku ingin terlihat baik-baik saja tapi tak bisa...Maafkan aku karena menangis dihadapanmu. Kau pasti merasa tak nyaman dengan situasi ini."

"Tidak apa-apa. Jangan terlalu dipikirkan. Aku akan menganggap kau tidak pernah mengatakan apapun hari ini. Pulang dan istirahatlah. Aku harus kembali kekantor." Maxime menepuk bahu Prilly dan berjalan menjauh.
***

Di dapur, Shalsa membantu Lady Rode memasak. Hmm lebih tepatnya membantu mencicipi makanan karena sedari tadi yang dia lakukan hanya menyomot makanan yang telah selesai dimasak Lady Rose sementara sayuran yang diminta Lady Rose untuk Shalsa potong masih utuh.

"Cepat potong sayurnya," ucap Lady Rose memekakkan telinga. Ia menepuk tangan Shalsa yang lagi-lagi ingin menyendok makannan.

"Apa lenganmu sudah membaik?"

Klang! Sendok terjatuh dari tangan Shalsa mendengar Syifa berbicara padanya. "Kau bi...bicara padaku Nona? Kupikir kau..." Shalsa tak melanjutkan kata-katanya takut Syifa tersinggung.

"Kenapa kau terkejut? Itulah kenapa aku sering kali bilang agar kau menjaga bicaramu. Dia sama sekali tidak bisu dan tidak memiliki gangguan jiwa,"bisik Lady rose.

"Kenapa kau tak bilang dan membiarkan aku salah paham?"

"Apa yang kalian ributkan?" Syifa santai menyendok makanan diatas meja.

"Ah, tidak aku hanya heran nona tiba-tiba berbicara padaku. Ini tak seperti biasanya."

"Mulai sekarang aku ingin merubah sikapku," ucap Syifa sambil tersenyum. "Kalian tidak masalahkan jika aku ingin mengobrol sesekali?"

Walau masih tak percaya Shalsa mengangguk saja. Rasanya mengejutkan sekali melihat Syifa yang misterius itu berbicara dan tersenyum seperti orang normal.

"Aku akan pergi dengan Angga kau bisa menemaniku kan? Aku rasa aku perlu berjalan-jalan. Selama ini aku tidak pernah pergi kemanapun kau pasti bosan dan merasa terpenjara karena harus mengawalku ketempat yang itu-itu saja."

Jdar! Shalsa rasanya baru disambar petir. Syifa mengatakan hal yang pernah ia katakan dulu. Itu artinya Syifa mendengar semuanya. Mendengar makian dan kata-kata kasarnya selama ini. "Maafkan aku. Aku sering berbicara yang aneh-aneh tentangmu,"kata Shalsa bersungguh-sungguh.

Syifa hanya tersenyum.
***

Tap..tap..tap

Langkah kaki Syifa berjalan di jembatan Pont des Arts. Ia memakai sepatu hak tinggi kali ini. Bahkan menggunakan riasan wajah juga. Shalsa yang membatunya mempersiapkan semua itu. Sepertinya Shalsa merasa amat bersalah pada Syifa hingga memaksa untuk mendadani Syifa sebagai bentuk permohonan maaf.

"Benar-benar bidadari?" Angga tercengang melihat Syifa yang terlihat amat bersinar dengan balutan dress pendek berwarna putih dengan riasan wajah. Tanpa memakai riasanpun Angga sudah sangat mengagumi kecantikan Syifa apalagi dia berdandan seperti sekarang.

"Kenapa kau mengirim pesan untuk bertemu disini?"

"Sebenarnya aku ingin melihat gembok cinta. Aku dengar orang-orang memasang gembok disini. Tapi ternyata..."

Syifa tertawa. "Jembatan ini hampir roboh karena tidak tahan menahan beban gembok yang banyak. Jadi jembatan ini dipugar hingga tak bisa lagi dipasangi gembok."

"Wow..kau banyak tau ya. Tak kusangka."

"Meski aku jarang keluar tapi aku banyak membaca buku. Jangan pikir aku tidak tahu banyak hal."

"Ya. Aku tahu kau banyak membaca buku."

Alis Syifa terangkat sebelah. "Dari mana kau tahu?"

"Tentu saja aku tahu. Aku sering mengin..."Angga menghentikan ucapannya. Hampir saja dia keceplosan mengatakan kalau dia sering mengintip Syifa. Haduh, bisa-bisa Syifa salah paham padanya dan berpikir dia pria mesum.

"Kalian mau permen?" Shalsa yang sedari tadi hanya memandang mereka dari jauh kini datang bergabung untuk menawarkan permen lolipop berbentuk hati.

"Tidak!" sahut Angga dan Syifa secara bersamaan.

"Yasudah aku makan sen..." Shalsa yang berdiri ditengah Angga dan Syifa tak melanjutkan ucapannnya karena terkejut melihat kedua orang itu tiba-tiba secara bersamaan menggigit permen yang sedang dipegang Shalsa.

Untuk beberapa detik Angga dan Syifa saling terpana. Mereka berdua tidak menyangka bisa menggigit permen itu diwaktu yang sama. Hingga mereka masing-masing menggigit setengah dari permen itu.

"Ehem." Shalsa berdehem. "Apa kalin sedang syuting drama romantis?"

Mata Syifa langsung membulat tersadar kalau wajahnya dan wajah Angga begitu dekat. Ia langsung melepaskan gigitannya disisi kanan lolipop. Begitu juga Angga yang menggigit sisi kiri lolipop, langsung dengan cepat melepas gigitannya.

___________

Seperti biasa tinggalin vote dan komennya ya buat penyemangat yang nulis 🙏

MisteryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang