Mistery ~ Bahaya

1.8K 185 34
                                    

Episode 15
___________
"Menutupi kesalahan orang yang kita sayang malah akan membuatnya masuk kedalam jurang yang semakin dalam. Hingga pada akhirnya kau tak bisa mengeluarkannya lagi dari sana."
___________

"Apa kau tadi dengar kalau baru saja ada korban lagi? Jika kau terus menutupi ini kau hanya akan membuat semakin banyak orang kehilangan nyawanya,"ucap Angga begitu mereka telah tiba didepan rumah Syifa.

Perlahan ia memegang pundak Syifa mencoba meyakinkan agar orang yang dicintainya itu berani mengungkapkan siapa pelaku sebenarnya.

Sejenak wanita berambut panjang lurus itu ragu. Namun tatapan lembut Angga mampu membuatnya percaya kalau pria itu bisa dipercaya. Pria itu benar-benar akan berada disisinya apapun yang terjadi.

"Kita kedepan rumah kak Prilly saja." Syifa menggiring Angga untuk mengikutinya.

"Kenapa kita harus bicara disini?" tanya Angga sesampainya mereka di depan rumah Prilly. "Apa pembunuhnya berkaitan dengan seseorang yang berada dirumahmu?"

Dengan lemah Syifa mengangguk. "Sebenarnya pembunuhnya adalah..." Syifa menunduk, rasanya ia tak sanggup melanjutkan ucapannya.  Ia menarik nafas berat dan akhirnya kalimat itu meluncur juga. "Ali, kakak ku."

"Apa?!!!"

"Itulah kenapa selama ini aku menutupinya."

-Flash Back On-

"Nona apa kita bisa bicara sebentar?"

Sebenarnya setelah kematian ibunya. Syifa sangat malas berbincang dengan siapapun tapi melihat wajah Lady Rose yang sangat serius ia akhirnya bersedia mendengarkan ucapan wanita yang seumuran dengan ibunya itu.

"Nona maafkan aku. Ini mungkin bukan sesuatu yang baik. Tapi aku rasa aku harus menceritakannya padamu. Aku tidak bisa menahannya lagi."

"Ya. Kau bisa ceritakan sekarang."

"Ini soal tuan Ali." Lady Rose setengah berbisik.

"Ya. Ada apa dengan kakak?"

"Beberapa hari ini terjadi kasus pembunuhan disekitar wilayah kita kan nona?"

Syifa mengerjitkan dahinya. "Sebenarnya kau ingin bicara apa? Jangan berputar-putar langsung ke intinya saja,"ujar Syifa mulai geregetan.

"Kemarin malam saya tidak sengaja melihat tuan Ali pulang dengan baju yang penuh cipratan darah dan ditangannya ada sebuah pisau yang masih berlumur darah segar."

"Haah? Apa maksudmu kakak adalah pelaku teror yang terjadi beberapa hari ini?" Syifa kaget bukan kepalang. "Beraninya kau menuduh kakakku,"marahnya.

Setelah itu Syifa mulai memata-matai Ali. Hampir setiap tengah malam ia mengintip kekamar kakaknya. Dan benar saja. Dari kamar kakaknya keluar seseorang yang selama ini sering diperbincangkan di wilayah sekitar. Orang yang berjaket hitam dengan tudung dan topeng.

"Tidak mungkin,"gumam Syifa lirih. Hampir saja ia ambruk kelantai jika tidak cepat berpegangan pada ujung lemari hias tempat ia bersembunyi memata-matai Ali.

Meski Syifa mengetahui kalau Ali adalah pelakunya namun ia dan Lady Rose tidak pernah mengatakan apapun pada Ali. Mereka berdua sepakat untuk merahasiakan kalau mereka mengetahui semuanya.

"Jangan pernah mengatakan apapun soal yang kita ketahui. Ini berbahaya untuk kita berdua. Lebih baik kita bersikap seolah semuanya baik-baik saja." Itu yang selalu dikatakan Lady Rose pada Syifa saat ia ingin menanyakan kebenarannya pada Ali.

"Jangan membuat kakakmu dalam dilema. Jika ia tahu ia pasti akan melenyapkan kita. Itu berarti dia harus melenyapkan adiknya sendiri. Itu akan sangat menyulitkan untuknya."

"Kalau begitu kita harus melaporkannya pada polisi."

"Apa kau mau saudaramu masuk penjara?"

Syifa menggeleng cepat. Tidak. Tentu saja tidak. Ali satu-satunya keluarganya kini. Setelah ibunya meninggal ia tak punya siapapun lagi. Ayahnya? Pria tua itu tak akan peduli padanya. Pria itu sudah bahagia bersama istri barunya.

-Flash Back Off-

Penuturan Syifa barusan membuat Angga teramat sangat terkejut. Bagaimana bisa? Seorang Ali yang melakukannya? Selama ini Ali tak pernah menunjukkan gelagat yang mencurigakan.

Angga melirik Syifa yang tertunduk sedih. Jelas sekali bidadari Angga ini sangat tersiksa. "Aku tahu ini sulit bagimu. Tapi, dengan melindungi kakakmu sama saja kau membiarkan ia terus melakukan kejahatan. Bagaimanapun dia harus mempertanggung jawabkan kesalahannya dan menyadari kalau yang dilakukannya adalah salah."

Syifa menganggukkan kepalanya sambil menghapus air mata yang sedari tadi membasahi pipi. Ia harus kuat. Ia harus mencoba berpikir logis dan tak terbawa perasaan.
***

Pagi ini adalah pagi yang kacau bagi Angga. Ia tak menemukan Prilly dikamar. Kemana perginya sepupunya itu? Biasanya dijam seperti sekarang Prilly masih ditempat tidurnya.

Sedari bangun dari tidur Angga sudah merasakan perasaan yang tidak enak.

"Jangan-jangan..."

Angga menghambur ke kamar Prilly. Mencek apapun yang bisa dijadikan petunjuk untuk mengetahui keberadaan Prilly.

Beberapa menit kemudian pencariannya berbuah hasil. Ia menemukan HP Prilly di balik selimut. Sepertinya Prilly pergi dengan terburu-buru hingga meninggalkan HP-nya.

Setengah hati Angga bersyukur HP Prilly ketinggalan, dengan begitu ia bisa mengecek keberadaan Prilly siapa tahu sepupunya itu sempat berkirim pesan dengan seseorang. Tapi, setengah hati Angga yang lain kecewa Prilly meninggalkan HP-nya yang berarti Angga tak bisa menghubungi Prilly.

"Sial!" umpat Angga begitu ia membaca pesan terakhir di HP Prilly.

Seharusnya waktu itu Angga menceritakan soal Ali kemaren malam. Kenapa ia menundanya? Waktu itu Angga tak mau membangunkan Prilly yang terlihat tidur nyenyak. Jika akan tahu seperti ini jadinya ia pasti akan membangunkan wanita itu dan memintanya menjauhi Ali. Nasi sudah menjadi bubur. Prilly sudah pergi dengan Ali entah kemana.

Arghhh!!! Angga merasa frustasi. Sepupunya sekarang sedang pergi dengan seseorang yang sangat berbahaya. Seorang pembunuh berdarah dingin.

____________
Author jahaaaat !!!
Ikat Author !!!
Tangkap Author !!!

Pasti bakal ada yang protes karena Ali dijadikan penjahat.
Tolong jangan nyinyir dulu sebelum mendengarkan penjelasan dari Ali oke!!!

Kira-kira si Ali ngajak Prilly kemana? Apa dia bakal tega ngebunuh Prilly ya? 😱

MisteryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang