(5) Sudut Kelima; Memori lekat-lekat

410 13 0
                                    

Kutulis kalimat dibawah goresan tinta, setiap sesaat seusai kita bersua
Dalam gelap malam, dibawah sinar lampu meja nakas

Halaman pertama
Ku tulis pertemuan singkat kita yang tidak romantis
Halaman kedua
Percakapan dua manusia, yang selalu beradu pendapat dengan masalah yang seakan-akan begitu pelik

Seketika terlintas, sirat wajahmu
Saat itu kau berkata
"jangan menjadi orang yang memilih berjalan lurus,cobalah untuk memilih jalan berkelok"

Halaman selanjutnya
Ku ukir memori helaan yg bergulir seperti permainan bola,kegemaranmu itu
Aku ingat saat mata mu menatapku
Aku ingat saat pertama kali hatiku berdesir, saat jarimu mengisi sela jemariku
Aku ingat kapan kau menyibak rambutku
Tapi sayangnya
Aku tidak ingat kapan perasaan aneh ini menjalar dgn agresif seperti candu
Yang aku mengerti,aku selalu ingin ada disetiap tapak kaki mu melangkah
Seiring bersama

Sampai suatu ketika..
Kaki itu membelok ke jalan tepat dihadapmu
Namun aneh..

Langkah kaki ku selalu tepat berada dibelakangmu
Mengapa aku merasa tidak seiring?
Satu, dua, tiga, empat
Ku paksakan untuk menarik sudut bibir, dan ku sapu air yg hampir saja jatuh.
Apa ini bernama air mata?
kau hampir berlari saat itu, padahal dengan berjalan saja aku tau kau telah lebih dulu berjarak dengan perasaanku

Sampai disini

Kutulis cerita dihalaman terakhir buku itu
kututup rapat
Tidak dilanjut? bisikan itu berseru ditelinga

"Setiap cerita memiliki alasan, bagaimana akan ku lanjut jika alasan itu saja sudah tidak ada?"

Sudut CakrawalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang