Jodoh Yang Tepat

3.1K 152 2
                                    

Di part 6 ini ceritanya sudut pandangnya dari Bima, jadi nyeritain kesehariannya Bima. Selamat membaca😊

Flashback dulu pas setelah pengumuman hasil kelulusan.

"Assalamua'laikum Umi." Salam Bima pada Uminya ketika dia baru pulang dari sekolah dan sedang memakirkan motor sport kesayangannya di garasi rumahnya.

"Wa'alaikumsalam, Bang." Begitupun jawab salam dari sang Umi.

"Mi, hasil nilai ujian Bima alhamdulillah cukup memuaskan. Dan Bima, sangat bersyukur mendapatkan nilai tersebut." Menghampiri sang Umi yang memang sedang santai di ruang keluarga.

"Sini, Umi lihat hasil nilai kamu."

"Ini, Mi." Sambil menyodorkan raport hasil nilainya. "Alhamdulillah, Umi puas dengan hasil nilai kamu, Nak. Lalu, rencananya kamu aķan melanjutkan kuliah dimana?"

"InsyaAllah Bima akan mencoba tes untuk menjadi pilot, Mi."

"Kamu sudah memikirkannya, Nak? Resiko dan tanggung jawab mu cukup besar."

"Iya, Mi."

Bima memang suka dengan dunia penerbangan. Ia sangat ingin masuk kuliah di jurusan penerbangan untuk menjadi seorang pilot.

***

Beberapa bulan kemudian, Bima menjalani rutinitas sehari-harinya dengan kuliah di jurusan yang sangat ia dambakan. Bima berhasil masuk di sekolah penerbangan di Bandung.

Ia sangat menekuni sekolahnya. Ia juga menginginkan sekali bisa mendapatkan beasiswa sekolah penerbangan ke Jerman. Sama seperti yang didapatkan oleh Bapak Habibie.

Bima juga mengagumi sosok presiden ketiga Indonesia itu. Menurutnya beliau adalah seorang yang sangat jenius dan memiliki pola pikir yang sangat kreatif.

Hari ini Bima pulang ke rumah lebih awal daripada biasanya.

"Assalamua'laikum Umi."

"Wa'alaikumsalam Nak. Loh kamu kok tumben jam segini sudah pulang?"

"Iya, Mi. Tadi udah selesai kok kuliahnya. Lagian Bima juga agak gak enak badan."

"Kamu kenapa, Nak? Sakit? Umi panggilkan dokter, ya?"

"Tak perlu, Mi. Mungkin dengan Bina beristirahat nanti juga Bima akan lekas sembuh."

"Yaudah, kamu sekarang makan dulu terus istirahat ya. Kamu sudah sholat Ashar apa belum?"

"Sudah, Mi. Bima ganti baju dulu nanti terus makan, Mi."

"Yasudah, kamu ganti baju dulu dan Umi akan siapkan makanan."

"Iya, Mi."

Bima langsung menuju ke kamarnya. Setelahnya berganti pakaian, ia tak langsung keluar kamar. Melainkan ia membuka ponselnya dulu. Tiba-tiba dalam pikirannya ia teringat akan sosok Aisyah. Yang selama ini, memang ia menaruh hati padanya.

"Astagfirullah, apa yang aku bayangkan ini. Tak boleh seharusnya aku membayangkannya. Dia belum halal untukku."

"Bim..." Panggil sang Umi.

Panggilan Uminya memecahkan konsentrasinya yang sedang mengingat kembali akan sosok Aisyah.

"Astagfirullah, apa yang aku bayangkan ini. Tak boleh seharusnya aku membayangkannya. Dia belum halal untukku."

AKU KAU DAN DOAKU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang