Curahan Hatiku

2.8K 152 4
                                    

AISYAH :

Banyak hal dalam hidupku yang sungguh berkesan. Berbagai rintangan, hambatan, maupun gangguan telah datang kepada ku. Tak hanya kepada ku saja, namun juga kepada orang-orang yang aku cintai dan kasihi. Kala ku masih kecil, aku harus kehilangan seorang ibu yang sangat ku sayangi. Berat rasanya hati ini, harus ditinggalkannya. Selama hidupku, aku hanya merasakan kasih sayangnya sedikit. Awalnya aku memang tak dapat menerima keadaan ku yang seperti ini. Hidup sejak kecil tanpa seorang ibu. Namun, beruntungnya aku masih dapat merasakan kasih sayang tersebut. Aku tidak dapat membayangkan, jika aku memang tak pernah mendapatkan kasih sayangnya. Banyak, orang di luar sana yang tidak dapat merasakan kasih sayang itu. Aku menjalani hidupku ini hanya dengan ayahku. Ayah adalah seorang yang sangat berarti dalam hidupku. Tanpanya mungkin aku akan goyah. Bersyukurnya, aku masih memiliki seorang ayah. Yang masih dapat memberikan segala kasih sayangnya untuk ku. Walaupun aku tak punya seorang ibu, namun aku masih punya ayah yang selalu ada untuk ku.

Menurutku, Allah itu sangat adil. Walaupun benar, Allah telah mengambil seorang ibu dari kehidupan ku. Namun, aku menyadarinya jika itu memang sudah yang terbaik. Dibalik itu semua, pasti ada hikmah yang dapat diambil dari kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidup ini. Dari sini aku tau, jika manusia itu sifatnya fana. Kematian ini pasti akan datang kepada kita semua. Kematian juga tidak akan melihat umur, mana yang muda atau mana yang tua. Pasti, semuanya akan mengahadapi kematian tanpa melihat umur seseorang.

Aku menjalani hidup dengan begitu bahagia. Ayah juga selalu mengajari ku untuk menjadi seorang anak yang ceria, tidak mudah mengeluh, selalu berusaha menjadi yang lebih baik, dan ayah selalu memberikan ku amanah-amanah yang menurut ku begitu baik untuk aku lakukan.

Sejak kecil, aku telah dibekali ilmu agama yang cukup baik oleh ayah ku. Karena bekal yang telah diberikan ayah padaku inilah yang membuat aku memutuskan untuk tidak pacaran. Mengenal lawan jenis sih boleh, namun tak melebihi batas.

Sejak dulu, aku memang bersekolah di sekolah umum. Memang ayah tak menyekolahkan ku di sekolah yang berbasis agama. Namun, di rumah aku masih dapat mempelajarinya dengan ayah.

Awalnya memang aku tak tau apa yang dinamakan cinta. Cinta pada makhluk ciptaan Allah. Selama ini, ayah selalu mengajariku untuk cinta kepada-Nya.

Kini umurku beranjak dewasa. Dan aku mulai mengenal yang dinamakan cinta kepada makhluk ciptaan-Nya. Aku mulai mengenalnya sejak aku duduk di bangku kelas 3 SMA.

Awalnya, menurutku ini hal yang wajar. Karena sedari SMP, teman-teman ku telah lebih dulu mengenalnya dan hanya aku yang belum.

Namun, semakin hari rasa ini malah tidam berujung. Bukannya aku melupakan, karena dia bukan mukhrim ku, malah aku terus saja mengingatnya. Hal ini membuat mood ku seakan-akan berubah drastis.

Ya, sejak kelas 3 SMA aku mulai mengagumi sosok Bima. Mengapa harus Bima? Mengapa bukan yang lain?

Aku tak tau jawaban atas pertanyaan ku itu. Aku sempat heran dengan perasaan ini. Namun, perasaan ini aku simpan dalam-dalam. Aku tak ingin banyak orang tau akan apa yang aku rasakan. Atas perasaan ku pada Bima.

Hanya doa yang dapat aku lakukan, jika kelak dia menjadi imam ku pertemukan lah kami dalam ikatan sakral yang Engkau ridhoi. Semoga cinta dalam diam ku ini, dapat seperti cinta dalam diam Fatimah dan Ali yang dapat dipertemukan oleh Allah.

***

Dengan kepergian ku ke Kairo, nampaknya aku akan dapat melupak sosok Bima dari pelupuk mata ku dan hati ku. Namun, tak demikian. Sepulang ku dari Kairo, kita justru di pertemukan kembali. Apakah dia benar-benar calon imam ku kelak? Aku tak tau akan hal ini. Karena dibalik kejadian yang terjadi dalam hidup ku ini, memang telah di atur oleh Allah dan aku yakin jika memang ini terbaik untuk ku.

AKU KAU DAN DOAKU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang