Mahkota Pelindung

2.8K 163 5
                                    

Sepulang Aisyah dari Kairo.

Bandara 09.00 WIB.

Terlihat gadis nan cantik rupawan dengan hijab lebarnya berjalan keluar dari bandara. Lalu gadis tersebut merogoh tas untuk mencari ponselnya.

"Assalamua'laikum Ayah."

"Wa'alaikumsalam, Nak. Kamu sudah tiba di bandara?"

"Iya, Yah. Ini aku baru saja tiba. Ayah sekarang dimana?" Sambil melihat di sekelilingnya mencari keberadaan sang Ayah.

"Ayah masih di jalan, Nak. Ini jalannya agak macet, jadi daritadi Ayah belum sampai di bandara."

"Baiklah, Yah. Aku menunggu Ayah kalau gitu."

"Iya, Nak. Hati-hati disana. Jangan kemana-mana. Sebentar lagi Ayah sampai di bandara."

"Iya, Yah. Aku tutup teleponnya ya. Assalamua'laikum."

"Iya, wa'alaikumsalam."

Ya, gadis itu adalah Aisyah Syifa Nurhayanti. Penampilannya sekarang agak sedikit berubah.

Sedari dulu memang dia sudah berhijab. Ketika masih kecil, Almarhum Bundanya sudah mengajarinya untuk menutup aurat.

Namun, hijabnya kini tidak seperti dulu. Ia memakai hijab syar'i yang memang diperintahkan dalam agama.

"Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali pada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung." (Q.S. An Nur/24 : 31)

Dalam ayat ini, Allah berfirman kepada seluruh hamba-Nya yang mukminah agar menjaga kehormatan diri mereka dengan cara menjaga pandangan, menjaga kemaluan, dan menjaga aurat. Dengan menjaga ketiga hal tersebut, dipastikan kehormatan seorang mukminah akan terjaga.

Pertama, menjaga pandangan. Rasullah saw. bersabda "Pandangan mata itu merupakan anak panah yang beracun yang terlepas dari busur iblis, barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada Allah Swt., maka Allah Swt. akan memberinya ganti dengan manisnya iman di dalam hatinya." (Lafal hadis yang disebutkan tercantum dalam kitab Ad-Da'wa Dawa' karya Ibnul Qayyim).

Kedua, menjaga kemaluan. Dalam firman Allah yang artinya, "Dan, orang-orang yang memelihara kemaluannya. Kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki. Maka sesungguhnya, mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang sebaliknya, mereka itulah orang-orang yang melampaui batas." (Q.S. Al-Ma'arij/70:29-31)

Ketiga, menjaga batasan aurat yang telah dijelaskan dengan rinci dalam hadis-hadis Nabi. Allah Swt. memerintahkan kepada setiap mukminah untuk menutup auratnya kepada mereka yang bukan mahram, kecuali yang biasa tampak dengan memberikan penjelasan siapa saja boleh melihat. Diantaranya adalah suami, mertua, saudara laki-laki, anaknya, saudara perempuan, anaknya yang laki-laki, hamba sahaya, dan pelayan tua yang tidam ada hasrat terhadap wanita.

***

Keesokan harinya.

"Yah, nanti aku mau nyari kampus buat kuliah aku."

"Hari ini, Cha? Kamu kan baru saja sampai di Indonesia."

"Iya, Yah. Icha udah gak sabar pengen ngerasain jadi anak kuliahan. Apalagi di fakultas kedokteran."

"Yaudah deh, kalau itu mau kamu. Kamu nanti pergi nyari kampus Ayah antar, ya. Ayah izin aja hari ini mau nemenin kamu."

"Gak apa-apa kok Yah. Icha bisa kok sendiri. Ayah nanti masuk kerja aja. Kasihan pasien-pasien Ayah. Nanti kalau Icha udah beneran bingung terus repot ngurusinnya, baru deh Icha minta bantuan Ayah."

"Kalau itu mau kamu, Ayah nurut aja deh."

"Iya, Yah."

Sesampainya di kampus.

Ketika Aisyah selesai memakirkan sepeda montornya di parkiran mahasiswa, ada tiga orang mahasiswa perempuan yang sibuk membicarakannya.

"Orang itu, kerudungnya panjang amat. Gak gerah apa?" Celoteh salah satu mahasiswa itu.

"Tau tuh, lagian juga pakek montor emangnya gak takut repot tuh. Nanti pas kecantol-kecantol di montor." Tambahan dari mahasiswa yang satunya lagi.

"Ya Allah, apakah ini ujian keimanan? Kuatkanlah imanku Ya Allah." Batin Aisyah yang merasa sakit hati dengan perkataan mahasiswa tadi yang sebenarnya ia tidak kenal sama sekali dengan mereka.

"Eh, kalian ini pagi-pagi udah ngomongin orang aja. Biarin napa kalau dia pakek kerudung panjang. Ngapain kalian yang repot?" Bela dari salah satu mahasiswa tadi. "Yaudah lah, daripada kita ngomongnya malah ngelantur mending kita ke kelas aja!" Ajak si mahasiswa tadi.

***

Ya Allah...
Apakah ini sebuah ujian?
Ujian keimanan seberapa kuat iman ku untuk tetap teguh terhadap perintah-Mu
Selalu berikan aku kekuatan dalam menghadapi semua ini
Aku berhijab untuk menjalankan perintah-Mu
Aku lebih memilih panas sebentar di dunia daripada berpanas-panasan lama di akhirat
Allahhu Akbar...

***

Makasih yang sudah nyempetin waktunya buat baca ceritanya. Maaf kalau cerita gak sebegitu menarik. Kasih sarannya ya buat cerita ini.

Semangat puasanya😊

Wassalamua'laikum...

AKU KAU DAN DOAKU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang