Ta'aruf

2.5K 158 0
                                    

Setelah Aisyah menerima pesan dari Bima yang mengatakan jika Bima dan sang Umi akan pergi ke rumahnya besok, sontak Aisyah bingung dan bergetar. Serta ia tidak tahu harus melakukan apa.

Ia, langsung menuju nenek nya yang saat itu sedang berada di dapur untuk mempersiapkan makan malamnya.

Aisyah : Nek... (panggil Aisyah dengan suara yang agak gemetar)

Nenek : Ada apa, Cha? Kok suara kamu jadi seperti itu?

Aisyah : Barusan aku menerima pesan Nek. (Setelah mengatakan jika ia baru saja menerima pesan dari seseorang, namun ia tidak langsung melanjutkan pembicaraan nya tersebut. Ia masih berdiam diri seperti layaknya orang bingung.)

Nenek : Pesan apa Cha? Dari siapa?

Aisyah masih saja tidak menjawabnya. Wajahnya terlihat seperti orang bingung.

Nenek : Cha. (Panggil sang Nenek, untuk memastikan jika cucunya itu dalam keadaan yang baik-baik saja, dan tidak terjadi hal buruk pada cucunya itu.)

Perlahan Aisyah mengatakan pesan apa yang dikirim padanya, dan dari siapa ia menerima pesan tersebut.

Aisyah : Aku baru saja menerima pesan dari Bima, Nek.

Nenek : Bima siapa? Apakah Bima yang pernah kamu ceritakan dulu?

Aisyah : Iya Nek. Dia mengirim pesan pada Icha, jika Dia akan kesini besok bersama Uminya. Dia akan mengatakan suatu hal.

Nenek : Mengatakan suatu hal? Kamu memangnya punya masalah apa dengannya?

Aisyah : Aku juga tidak tahu Nek. Aku juga bingung, untuk apa tujuannya dan Uminya datang kesini.

Nenek : Ya sudah, kamu gak usah memikirkan apa-apa. Tunggu saja besok, apa maksud dan tujuan Bima dan Uminya kesini.

Aisyah : Iya, Nek.

Rasa bingung dalam hati Aisyah perlahan mulai hilang, setelah mengatakan hal itu pada Neneknya.

***

AISYAH :

Dalam hati kecilku, sungguh terdapat tanda tanya besar akan kedatangan sosok Bima dan Uminya ke Rumahku. Apa maksud dan tujuan mereka datang kesini? Adakah hal penting yang akan mereka bicarakan padaku dan nenek ku? Sungguh rasa hati ini mulai kacau. Akankah dia akan mengatakan jika ia menginginkan ta'aruf denganku? Ataukah dia akan meminangku langsung? Ataukah bahkan dia dan Uminya kesini mengantarkan undangan pernikahannya dengan orang lain? Atau apalah aku tidak tahu itu. Kenapa pikiran ku seakan-akan mengatakan jika ia datang kesini untuk menjadikan aku kekasih halalnya? Perasaan apa ini? Pikiran apa ini? Otak dan hatiku seakan-akan menjadi berubah dengan cepat. Kenapa aku jadi berpikir demikian? Tak boleh. Aku tak boleh mendahului kehendak. Aku harus sabar menanti. Menanti, untuk mendengar langsung apa maksud dan tujuan Bima datang kemari. Aku tak ingin menebak-nebak. Jika tebakanku salah, bukan kah ini malah membuat sakit hatiku? Namun, jika benar ia akan mengatakan padaku jika ia akan meminangku, apakah yang harus aku katakan? Apakah aku akan menerimanya? Ataukah aku akan menolaknya?

***

Malam pun datang, perasaan gundah Aisyah menjadi-jadi. Hanya karena sebuah pesan dari sosok Bima yang mengatakan jika ia akan datang ke rumah Aisyah besok, membuatnya memikirkan hal itu terus-menerus.

Sang nenek pun menghampiri Aisyah yang sedang duduk di teras depan rumah.

Nenek : Cha, udah malam kamu kok masih saja duduk di luar? Ayo masuk.

AKU KAU DAN DOAKU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang