Pagi ini Aisyah tidak berangkat kuliah, dikarenakan dia harus mengantarkan Ayahnya untuk check up ke rumah sakit.
Ya, sejak kepergian Aisyah ke Kairo untuk mempelajari ilmu mengenai agama. Sejak saat itulah, tubuh Ayahnya mulai goyah. Umur yang sudah tak muda lagi, membuat sang Ayah rentan akan penyakit.
Awalnya, sang Ayah tidak memberitahukan hal ini kepada Aisyah. Namun, kekhawatiran Aisyah yang muncul karena sering melihat Ayahnya batuk-batuk hingga terkadang sulit untuk bernafas.
Aisyah bingung, hal apa yang terjadi dengan sang Ayah. Perlahan, Aisyah mendekati Ayahnya dan bertanya akan kekhawatirannya pada sang Ayah.
"Yah, Ayah kenapa? Sepertinya, akhir-akhir ini Ayah sering batuk. Sampai-sampai terkadang Icha lihat, Ayah kesulitan untuk bernafas." Dengan penuh rasa khawatir yang begitu besar pada sang Ayah.
"Ayah gak apa-apa kok Cha. Ayah mungkin hanya kelelahan, tadi habis menangani banyak pasien." Jawab sang Ayah, sembari menenangkan hati Aisyah yang tidak karuan.
Ya, Aisyah sangat khawatir dan cemas ketika sang Ayah sakit sedikitpun. Dia berfikir, jika dia di dunia ini sekarang hanya memiliki sang Ayah. Dan dia akan menjaga Ayahnya, dan akan selalu patut pada sang Ayah.
“Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, “Wahai Rabb-ku sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil” [Al-Isra : 24]
Jarum jam sudah menunjuk pukul 8 pagi, Aisyah yang sudah siap untuk mengantarkan Ayahnya. Akhirnya menelefon taxi online, karena tak mungkin jika sang Ayah harus menyupiri mobilnya sendiri. Jika Aisyah bisa menyupiri mobilnya sendiri, ya pastilah dia akan menyupirinya. Namun, dia tidak bisa sehingga mau tidak mau ya harus naik taxi.
Tak lama kemudian, taxi pun datang ke rumah Aisyah. Dengan sigap, dia menuntun Ayahnya yang tampak pucat dan sudah tidak kuat lagi untuk berjalan.
Ya, beberapa hari terakhir ini keadaan sang Ayah mulai melemah. Aisyah tidak tau harus berbuat apa. Dia hanya dapat berdoa kepada Allah, untuk kesembuhan Ayahnya.
Beberapa menit di jalan, akhirnya Aisyah dan sang Ayah tiba di rumah sakit. Karena Ayahnya Aisyah adalah seorang dokter juga, dan dia bekerja di rumah sakit ini, maka banyak dari perawat dan dokter-dokter disini yang mengenali Aisyah. Karena, sewaktu kecil Aisyah sering kali dibawa Ayahnya ke rumah sakit. Hanya untuk bermain di taman rumah sakit sepulang sekolah, sembari menunggu sang Ayah.
"Mbak Aisyah." Sapa salah seorang perawat.
Hanya senyuman kecil yang Aisyah berikan, sembari menuntun Ayahnya menuju ruang check up.
"Mari mbak, saya bantu membawa bapak. Atau mau saya ambilkan kursi roda untuk bapak?"
"Alhamdulillah, makasih mbak. Jika kursi roda dapat mempermudah Ayah untuk menuju ruang check up, boleh saja mbak ambilkan."
"Sebentar ya, mbak saya ambilkan dulu. Mbak sama bapak bisa duduk dulu sembari menunggu saya."
"Iya, mbak. Makasih."
Tak lama kemudian, perawat tadi datang dengan membawa kursi roda. Aisyah langsung bergegas membawa Ayahnya ke ruang check up, karena sudah tidak tega untuk melihat keadaan Ayahnya.
Sesampainya di ruang check up, dokter mengecek keadaan sang Ayah. Aisyah terkejut, jika sang Ayah mengalami pneumonia (paru-paru basah).
Tak kuasa air mata Aisyah jatuh membasahi pipinya. Dengan segera, dia menghapus air mata itu. Karena dia tidak ingin melihat Ayahnya tambah sedih melihat dirinya yang tidak dapat tegar untuk menghadapi permasalahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU KAU DAN DOAKU (END)
SpiritualAisyah adalah seorang gadis yang memiliki wajah cantik nan rupawan dan akhlak yang baik. Ada seorang pemuda tampan dan sholeh yang menaruh hati padanya. Hal ini membuat Aisyah bingung, apakah dia juga menaruh hati pada pemuda tersebut? Dan akankah d...