Jangan Pergi

2K 130 2
                                    

Bandung 09.15

Aisyah bersiap-siap menuju kediaman Umi Bima. Rencananya ia akan ikut menjemput Bima di bandara. Dijadwalkan Bima akan tiba di bandara sekitar pukul 13.00 WIB.

Sekitar pukul 10.00, Aisyah tiba di kediaman Bima. Ternyata sesampainya disana, Umi masih sibuk di dapur memasak untuk Bima nanti jika ia sudah tiba di rumah. Aisyah memutuskan untuk membantu Umi di dapur.

Setelahnya memasak, Umi langsung bersiap-siap dan menuju ke Bandara.

Umi dan Aisyah menunggu kedatangan Bima cukup lama. Yang awalnya dijadwalkan pukul 13.00 tiba di bandara, namun ini sampai pukul 13.45 masih saja belum tiba.

Diinformasikan jika ada keterlambatan jadwal saat berangkat tadi. Umi Bima sangat khawatir dengan keadaan anaknya. Ia hanya dapat berdoa meminta perlindungan untuk anak tercintanya itu.

Setelah beberapa lama menunggu namun tak kunjung tiba, tiba-tiba diinformasikan lagi jika pesawat hilang kontak. Hal ini membuat Umi dan Aisyah panik serta khawatir akan bagaimana keadaan Bima sekarang.

Air mata tak dapat dibendung lagi saat mengetahui jika pesawat yang ditumpangi Bima itu jatuh di daerah yang sulit dijangkau. Dengan segera tim sar dan polisi menuju daerah tersebut dan berusaha menolong korban.

Setelah beberapa jam, akhirnya mereka tiba di daerah tersebut. Umi dan Aisyah yang begitu cemas dengan bagaimana keadaan Bima sekarang, mereka rela ikut menuju lokasi dimana jatuhnya pesawat tersebut.

Setelah lama menunggu, akhirnya Bima ditemukan dalam kondisi tidak sadar. Dengan segera tim medis melarikan Bima ke rumah sakit.

Setibanya di rumah sakit, Bima langsung masuk ke ICU. Disana segala alat kedokteran di pacu untuk menyadarkan Bima. Dokter berusaha sekuat tenaga untuk memberikan segala yang terbaik untuk keadaan Bima sekarang.

Sekitar 30 menit dokter menangani Bima, ia keluar untuk mengatakan sesuatu kepada keluarga Bima.

"Maaf bu, disini apakah ada keluarga dari pasien yang bernama Bima?"

"Iya, saya. Saya uminya Bima, Dok. Bagaimana keadaan putra saya?"

"Begini bu, putra ibu kehabisan banyak darah. Dan sampai saat ini ia belum sadar."

"Astagfirullah, lalu bagaimana dok?"

"Kita akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan donor darah yang cocok dengan putra ibu."

Golongan dari Umi Bima tidak cocok dengan Bima. Golongan darah Bima cocok dengan almarhum ayahnya.

"Maaf dok, kalau boleh tau apa golongan darahnya?" Aisyah mencoba bertanya pada sang Dokter, siapa tahu golongan darah Bima sama dengan golongan darahnya.

"Golongan darah pasien AB, bu. Dan saat ini stok darah golongan darah tersebut di rumah sakit kita masih kosong." Penjelasan dari dokter.

"Mi, Insya Allah golongan darah Icha sama dengan golongan darah Bima. Icha akan mendonorkan darah untuk Bima."

"Kamu serius Cha?"

"Iya Mi, Icha mau Bima sembuh." Tutur Aisyah pada Umi. "Dok, saya akan melakukan donor darah kepada pasien."

"Baiklah bu, akan saya panggilkan suster nanti ibu akan di cek dulu ya."

"Iya dok."

Setelah beberapa lama, akhirnya Aisyah selesai melakukan donor darah pada Bima.

"Alhamdulillah, terima kasih ya Cha." Ucap syukur Umi berkat kebaikan Aisyah pada anak kesayangannya itu.

"Iya, Mi." Tampak senyum kecil pada bibir Aisyah.

***

Hari demi hari, keadaan Bima bukannya malah membaik tapi malah semakin memburuk. Aisyah hanya dapat berdoa dan berserag diri kepada Allah akan keadaan calon suami nya tersebut. Berkali-kali dia menengok dan mendoakannya. Berkali-kali pula air mata jatuh dari mata indahnya. Ia tak dapat membendung rasa sedih dalam hatinya. Di sepertiga malam lah, ia biasa mengadu pada Sang Maha Kuasa. Ia hanya dapat berdoa untuk kesembuhan Bima.

Malam ini, Aisyah memutuskan untuk tidur di rumah sakit. Ia akan menemani Umi Bima, yang nampak letih karena beberapa hari ini menunggu Bima. Kesedihan juga terbalut dalam hati sang Umi. Betapa ia tak tega harus melihat anak kesayangannya masuk ke rumah sakit, dengan keadaan yang begitu buruk. Memang segalanya kuasa dari Sang Pencipta, dan bagaimana pun keadaan kedepannya kita harus bersyukur.

***

Pukul 03.00 WIB

Setelahnya Aisyah melakukan sholat Tahajud, ia bergegas kembali ke ruang ICU. Ya, nampaknya Bima masih harus berada disana. Ia masih belum dapat dipindahkan ke ruang perawatan biasa.

Tubuh Bima masih harus mendapatkan perawatan intensif dari pihak rumah sakit.

Kali ini Aisyah mencoba untuk masuk ke dalam. Ia ingin melihat calon suaminya tersebut. Dengan membawa Al Qur'an masuk ke dalam ruang ICU.

Tubuhnya seketika bergetar, seakan-akan ia merasakan goncangan yang begitu dahsyat. Ya, Aisyah begitu tak rela harus melihat Bima dengan tubuh yang harus dipasangi dengan berbagai alat-alat medis dan perban.

Ia tak ingin orang yang ia sayangi harus merasakan sakit yang teramat sangat. Sampai-sampai ia berpikir, mengapa harus Bima yang merasakannya? Mengapa bukan aku saja?

Dengan bismillah, Aisyah mencoba menghampiri tubuh Bima. Aisyah tak berani sedikit pun untuk menyentuh tangan Bima. Ia hanya duduk di kursi sebelah tubuh Bima. Lantunan ayat suci terus ia bacakan untuk Bima. Untuk kesembuhannya. Dan untuk cintanya ia kepada sang calon suami.

Ya, mereka rencananya akan menikah bulan depan. Memang manusia hanya bisa berencana, tapi hanya Allah lah yang mengatur semua kehidupan ini. Aisyah hanya dapat berdoa semoga apa yang ia dan Bima rencanakan untuk menyempurnakan agamanya akan segera dapat terwujud, setelah Bima bangun dari komanya.

Ketika Aisyah membacakan Al Qur'an disebelah Bima, tiba-tiba air mata menetes dari matanya. Sontak Aisyah terkejut. Apakah hal ini menandakan Bima sudah sadar dari komanya? Ataukah apa?

***

Tiga hari kemudian

Dokter mengatakan pada Umi Bima dan Aisyah, jika keadaan Bima semakin memburuk. Ia hanya dapat bertahan hidup dengan bantuan alat-alat medis. Jika alat medis yang sekarang melekat pada tubuhnya dicabut, maka kemungkinan Bima untuk hidup adalah sedikit. Hanya kuasa Allah lah yang dapat menolong Bima.

Dan Aisyah tak rela jika dokter harus mencabut alat-alat medis yang melekat pada tubuh Bima sekarang. Memang sekarang Bima belum sadar, namun ia sangat yakin jika esok ataukah kedepannya Bima pasti akan sadar dan kembali pulih seperti semula.

Bima dalam keadaam kritis.

Dokter berusaha dengan keras untuk menyelamatkan nyawa Bima. Aisyah dan Umi hanya dapat menunggu di luar ruang ICU dan hanya dapat berdoa.

Bagaimana keadaan Bima? Apakah Bima dapat kembali seperti semula? Ataukah nyawa Bima tidak dapat tertolong?

AKU KAU DAN DOAKU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang