Chapter 22

11 1 0
                                    

Di rumah Andika, saat pagi baru tiba. Ibunya membuka pintu kamar Andika. Meski tepatnya bukan membuka karena daun pintu itu memang sudah membuka. Angin masuk dari jendela yang tidak tertutup. Kertas-kertas beterbangan dari atas meja dan di lantai.

Ibu mendekat, melihat di atas meja pada kertas-kertas yang masih tersisa. Ada judul-judul di sana, juga tulisan tangan tak rapi, not-not balok, garis birama, coretan kasar. Terbaca olehnya: "Untuk Satu Malaikat", "Yang Terkapar" dan beberapa lagi. Semua berantakan

Sang ibu duduk di atas kursi. Di depan meja tulis, lalu membaca. Sebentar juga ada sesuatu yang pedih menyelinap di relung-relung hatinya, dan matanya berkaca-kaca. Seolah tidak tahan dia melempar pandangannya ke luar jendela, ke pucuk-pucuk pohon yang bergoyang. Seorang ibu memang ditakdirkan lebih peka daripada alam. Maka tak ada yang bisa merasai hati Andika lebih baik selain ibunya, dan sang ibu bukannya tak mengerti Andika sedang gelisah, sedang kehilangan sesuatu yang dia impikan. Namun sang ibu adalah ibu yang selalu diam, sebab dia tahu Andika bisa menyelesaikan ini sendirian. Dia ibu yang paling mengerti akan anaknya, dia ibu yang percaya pada hati anaknya.

Dia memang seorang ibu...

*****

Bila kamarnya kosong, hanya ada kertas-kertas, lalu dimana Andika?

Ternyata kini dia sedang menyusuri padang rumput di pinggiran kota, sendiri. Hanya sendiri sebab para penghuni kota lebih suka menghabiskan waktu di tengah kota, di tengah hiruk pikuk kehidupan, di tempat-tempat yang jauh dari keheningan. Mungkin itu sebabnya neraka itu selalu digambarkan panas dan bising, mengeluarkan suara gemuruh yang membuatmu takut. Sebab kota yang paling banyak menjanjikan jalan pintas ke sana sudah terlalu bising dan memuakkan. Padahal andai ada yang menyempatkan diri meresapi kesunyian, membuang semua pendengaran, maka akan terdengar suara-suara yang tidak terdengar.

Kini Andika mencoba itu. Berjalan di tengah padang rumput sambil merasai matahari sebelum tengah hari adalah indah. Cara yang cukup jitu untuk menghabiskan waktu. Dia berjalan, mencoba menghitung langkah sambil berbisik Kemana kekasihku... kemana kekasihku?

Janjinya memang belum terwujud, nada-nada itu mati di tengah gesekan, dawai-dawai itu lumpuh ketika diperintahkan bergetar. Tak ada lagi kekasih yang biasanya hadir di dalam setiap resonansi. Padahal dia diikat dalam sebuah janji untuk membawakan sebuah komposisi bagi Anjeli. Suatu ikatan yang terlalu kuat, memaksanya bekerja melebihi batas, tapi bahkan Andika pun harus berucap dia tak sanggup lagi.

Ketika berjalan itulah dia mendengar sayup-sayup suara biola. Darimana? Andika memutar pandangan (di tempat seperti ini siapapun bisa ada sekaligus tidak mungkin ada). Yang ada hanya ilalang setinggi mata kaki, capung yang sibuk berpindah batang, suara burung dan angin.

Tapi sebuah biola? Siapa?

Andika memutuskan untuk mencari, tidak perlu terlalu lama dia melihat sesosok tubuh duduk membelakangi, laki-laki, tua, duduk menghadap danau kecil yang berseberangan dengan perbukitan. Hijau. Betapa damai. Sementara sepasang angsa berenang berdua, lelaki tua itu menggesek biola. Damai. Andika mendekat dan mengenali sosoknya.

"Opa?"

Suara biola mendadak terhenti dan lelaki tua itu menoleh ke sumber suara, matanya terpejam, dia buta namun pendengarannya sangat tajam. "Andika?"

"Iya Opa, apa kabar?" Andika memegang pundak Opa.

"Baik, tidak pernah sebaik ini." Orang tua itu tersenyum lalu kembali memandang—dia tidak bisa melihat—danau.

"Opa sedang apa disini?"

"Memandang danau."

"Oh..." Andika termangu, jawaban Opa memang kadang membingungkan, perlahan dia duduk di samping Opa, ikut memandangi danau yang tenang. Seperti tidak peduli, Opa kembali memainkan biolanya, Andika memperhatikan biola itu, sangat mengkilat dan suaranya begitu merdu. Warnanya sungguh menghanyutkan, namun lebih menghanyutkan lagi lagu yang dibawakan Opa. Andika tidak begitu kenal lagu itu, tapi menikmati akan lebih baik daripada bertanya-tanya.

Sebuah Lagu Untuk AnjeliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang