Chapter 33

15 1 0
                                    

Andika membuka mata, menarik nafas panjang. Dilihatnya alam begitu indah. Langit jingga memancarkan cahaya yang terang. Langit biru lebih cerah dari biasanya. Dilihatnya Devi juga tersenyum, ada bulir air mata di pipinya

"Kamu... menangis?"

"Saya juga perempuan." Devi menjawab dengan jawaban yang ambigu, tapi Andika tidak keberatan. Suasana ini bisa membuat siapapun memiliki pengertian sendiri akan satu kalimat.

Andika menunduk, ditatapnya nisan Anjeli. Mendadak dia ingin berpuisi Kini kamu bisa menari dengan lebih sempurna seperti bintang di langit, istirahatlah dengan tenang, kamu akan tetap kukenang.

Kembali dia menatap Devi, ada wajah Anjeli di sana"Janji kita lunas ya?"

Devi mengangguk

Andika mengangguk "Ini terbaik dari aku... dari kita..."

"Kamu masih melihat saya sebagai Anjeli?" Devi menghapus sisa air matanya, kini matanya benar-benar kering dan bercahaya lagi

Andika menggeleng, "Sudah selesai kan?"

Devi memandang nisan Anjeli, "Anjeli pasti sangat tersanjung... saya jadi iri sama dia. Tidak banyak orang seperti kamu, yang punya cinta sampai mau bersusah-susah begini."

"Karena kamu bantu, ini jadi tidak susah..."

Devi memanggil pelayan café itu, memintanya membereskan alat musik sementara dia menjajari Andika menatap cakrawala. "Kapan ada laki-laki yang memperlakukan saya dengan sama?" ada senyum lebar di wajahnya.

Andika menatap Devi, ikut tersenyum lebar, "Aku saja... aku juga mau buat lagu untuk kamu."

Devi menatap Andika, sorot mata mereka bertemu lalu Devi tertawa tanpa suara. Suaranya terasa lebih hangat dari biasanya, "Berarti saya harus meninggal dulu? Tidak mau!"

Devi memundurkan kursi roda, memutar mengikuti jejak pelayan café yang melangkah menuju mobil, Andika memandangnya. Devi melirik dan sekilas pandang mereka bertemu. Sesuatu, terasa menghangatkan hati Andika. Sementara Devi terus melaju setelah menghentikan lirikannya.

Perlahan Andika menatap nisan Anjeli lagi. Ikut merasakan timpaan cahaya matahari jingga, Terimakasih... aku tahu apa yang kamu mau...

"Andika!" suara Devi berteriak, Andika menoleh. Ternyata Devi berhenti di setengah jalan menuju mobil, "Saya tunggu kamu besok sore di rumah, banyak yang mau saya... mau kita bicarakan..."

Andika tersenyum, menggamit kotak biolanya lalu berlari ke arah Devi dan memegang kursi rodanya, mendorong benda itu menuju mobil

"Sekarang saja, aku juga punya banyak hal yang mau dibicarakan..."

"Misalnya?" Devi menoleh, sementara kursi roda itu sudah meluncur

"Kamu mau aku buatkan lagu apa?"

Devi tersenyum, sepertinya dia tidak keberatan...

.

[TAMAT]

-

Bandung, September 2006 – Juni 2012

Untuk siapapun yang pernah

dan sedang jatuh cinta


Sebuah Lagu Untuk AnjeliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang