6

3.6K 587 50
                                    

Apalagi ini? Ini hanya bercanda kan? Chanyeol hanya bercanda? Ya, dia kan suka main-main.


ReinnaLee

Aku tertawa saat membaca pesanmu, Yeol.
HAHA


Aku memang munafik. Pandai berdusta jika menyangkut perasaan.

Rei masih menunggu balasan dari Chanyeol. Setelah lebih dari lima menit, ia memasukkan ponselnya ke dalam tas.

Sepertinya Chanyeol tak akan membalas pesan itu. Ah ya, dia sedang latihan basket. Tentu saja sangat sibuk.

Rei keluar dari kelas. Ini sudah waktunya pulang. Sebenarnya masih ada satu mata kuliah lagi, tapi dosennya tidak berangkat karena sedang sakit. Jadilah Rei bisa pulang cepat.

Sampai di halte, ia menunggu bus. Ia lebih memilih naik kendaraan umum. Lagipula, jarak rumah ke kampus tak begitu jauh.

Sebuah mobil hitam berhenti tepat di depannya. Rei masih memfokuskan matanya pada sebuah novel yang tadi dia baca, dan ia tak menyadari kedatangan pria yang kini duduk disampingnya.

“Rei!” Kata Pria itu, seraya melingkarkan tangannya di bahu Rei.

Sontak, Rei sangat terkejut dan hampir saja memukul pria di sebelahnya. Rei menatap kesal dan menyingkirkan tangan Chanyeol pada bahunya.

Kemudian, ia melayangkan novelnya pada lengan pria itu, membuatnya tertawa.

“Kau kejam sekali pada pria tampan sepertiku.” Pria itu mengerucutkan bibirnya, dan memasang raut kesal. Rei menahan tawanya.

“Kau menganggetkanku, monster bertelinga lebar!”

Pria bukannya marah, ia malah tertawa dan mencubit pipi Rei.

“Park Chanyeol!”

“Iya, iya, maafkan aku.” Ujar Chanyeol, menghentikan tawanya. “Suruh siapa melamun di tempat seramai ini? Kau malah asyik dengan novelmu dan mengabaikan pria tampan ini.”

Reinna tak menjawab. Tiba-tiba perasaan canggung merayapi dirinya. Chanyeol menemuinya setelah dia mengirim pesan itu. Tapi anehnya, Chanyeol bersikap biasa saja. Ah tentu, dia kan hanya main-main dengan pesan itu.

“Kau pasti tak percaya dengan ucapanku kan?” Chanyeol membuka pertanyaan. Matanya menatap Rei yang terlihat salah tingkat, sangat kentara.

“Apa maksudmu?”

“Dari balasanmu, aku semakin yakin bahwa kau tak mempercayainya.”

Rei tak menjawab. Ia mengalihkan pandangannya, menatap nanar jalanan yang sepi. Hatinya bergejolak, ia tak mengerti dengan perasaannya.





Jika aku percaya dan kau mengatakan bahwa itu hanya main-main, maka aku pun yang akan merasakan sakit hati. Sementara kau… mungkin kau akan tertawa senang karena telah berhasil mengerjaiku. Aku ini seperti gadis bodoh yang selalu kau permainkan dengan senang hati, membuatmu tertawa lepas. Namun, satu hal yang tak kau ketahui, gadis bodoh ini yang mencintaimu dan berharap kau bisa mendampinginya.

Sial, air mataku menetes.


Rei mengusap wajahnya. Menghapus air matanya tanpa sepengetahuan Chanyeol. Setelah itu, ia kembali memandang Chanyeol yang kini sedang sibuk dengan ponsel hitamnya.

“Chanyeol,” lirihnya.

“Hah? Iya? Kenapa?” Tanya Chanyeol tanpa ada niatan untuk menatap Rei. Bahkan melirikpun tidak. Ia lebih memilih memandangi ponselnya dan sesekali melemparkan kekehan.

“Kau berbicara pada ponsel atau padaku?”

Merasa bersalah, Chanyeol memasukkan ponselnya ke dalam saku ripped jeans yang ia pakai hari ini. Mengalihkan pandangannya pada Reinna.

“Tentu berbicara padamu, honey.” Chanyeol tersenyum setelah menyelesaikan kalimatnya.

Perasaan Rei semakin tidak karuan. Pria disampingnya ini membuat bingung.

“Ah ya, tentang masalah pesan itu… Aku hanya bercanda. Aku mendapat Dare dari Kyungsoo. Maafkan aku.” Ucap Chanyeol, tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya.

Sudah kuduga.

“Chanyeol, aku pergi dulu.” Kata Rei, sebelum bener-benar berjalan meninggalkan Chanyeol.


Aku terhempas, lagi. Kali ini jatuh ditanah kering, langsung terasa sakit.

Semudah itu dia mempermainkan perasaanku?

Semudah itu dia mengatakan bahwa  pesannya itu hanya Dare yang diberikan oleh Kyungsoo?

Semudah itu dia menjadikan semua ini menjadi bahan candaan yang membuatnya tertawa?

Semudah itu, semudah itu. Ia tak memikirkan bagaimana perasaanku?

Ish. Memangnya aku siapa untuknya? Hingga ia repot-repot memikirkan perasaanku yang sama sekali tak berarti untuknya.
Dan juga, ia pun tak tau perasaanku. Hingga ia tak akan merasa bersalah dengan semuanya.

Jadi siapa yang salah?

















Aku.

Reinna tersenyum miris. Pada akhirnya dia yang salah karena menyembunyikan perasaannya pada Chanyeol.

“Rei…”

Itu suara Chanyeol. Pria tinggi itu mengikutinya dibelakang, dan Rei baru menyadarinya sekarang. Rei menoleh, menatap datar. Sementara Chanyeol, menatap lekat gadis itu, sarat akan kekhawatiran.

“Kau kenapa?” Tanya Chanyeol.

“Aku? Aku baik-baik saja. Kau bisa melihatnya, kan?”

“Kau tidak marah padaku?”

“Untuk apa? Kau sama sekali tak bersalah. Lagi pula, itu hanya permainan, jadi tak perlu diambil hati.” Rei tersenyum tipis.

Ya, hanya permainan.

Yang menyakitkan hatiku.

“Mau pulang bersamaku?”

“Tidak untuk kali ini, Yeol. Aku harus bertemu dengan temanku.”

Rei ingin menenangkan hati dan pikirinnya. Menata ulang, dan melupakan nama Chanyeol dengan perlahan. Menghapus sedikit demi sedikit kenangannya bersama Chanyeol.

“Kau akan bertemu dengan Taeyong?” Tanya Chanyeol dengan raut muka yang sulit diartikan.

“Bukan.”

“Syukurlah, aku tidak suka kau dekat dengannya. Aku tidak suka kau kembali padanya. Aku benci itu.”

Rei memantung. Bolehkah dia terbang untuk kali ini saja?

“Hmm.” Rei hanya bergumam.

“Ya sudah, kalau begitu aku duluan. Kau hati-hati, jika terjadi sesuatu jangan sungkan untuk menghubungiku.”

Chanyeol tersenyum sambil mengacak rambut Rei. Kemudian ia berjalan menuju halte bus tadi. Sementara Rei, hanya bisa melihat punggung lebar milik pria itu.

.

.

.

To be continue









Thanks for reading, guys ❤

loeys ♡

Silent • PCY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang