16

3.1K 451 21
                                    

Rabu pagi, saat udara sejuk masih menyapa, Rei menyusuri jalanan komplek untuk pergi ke rumah Chanyeol. Entah apa yang terjadi dalam dirinya. Biasanya ia lebih memilih berdiam diri di kamar untuk menghabiskan waktu liburnya.

Namun, Kali ini berbeda. Dengan seruan ibunya yang menyuruh gadis bermata cokelat itu untuk mengantarkan kue ke rumah Park Chanyeol. Ia langsung bergegas tanpa berbasi-basi untuk menolak, yang biasanya ia lakukan.

Rumah Chanyeol terlihat begitu sepi. Oh, memangnya kemana pria bertelinga lebar itu?

Rei tersenyum miring. Sepertinya Chanyeol masih tertidur. Ya, bukankah itu pekerjaan Chanyeol saat libur tiba. Pria itu bisa tertidur sampe siang bahkan sore jika tak ada yang membangunkannya. Semua orang pasti tahu alasannya, ya, saat malam hari ia habiskan untuk bermain game atau sekedar meladeni fans-fansnya yang kecentilan itu.

Mengingat itu Rei menjadi Unmood. Ah, kenapa harus mengingat mereka?

Hanya membutuhkan waktu beberapa menit, Rei sampai di depan pintu utama rumah bergaya Eropa yang terlihat simple namun terkesan elegant. Gadis itu membunyikan bel berkali-kali, namun tetap saja tak ada sahutan. Ia yakin rumah ini tidak kosong. Di pelataran rumah masih ada mobil hitam milik Chanyeol dan juga mobil milik ayah Chanyeol yang biasa dipakai untuk pergi ke kantor.

Ia mendengus kesal untuk kesekian kalinya. Rei, salah satu tipe gadis yang sangat benci dengan kata menunggu.

Namun anehnya, dulu ia sangat betah untuk menunggu Chanyeol membalas cintanya. Ah sial, kenapa memikirkan hal seperti itu ketika dirinya mulai kesal seperti sekarang?

“Permisi…”

Rei membuka pintu itu dengan perlahan. Ia berjalan memasuki rumah Chanyeol. Memang sangat tidak sopan seperti ini, tapi bagaimana lagi, toh ia tak ada niatan buruk dan ingat, keluarga mereka sangatlah dekat.

Rei meletakan kue yang ia bawa di meja makan. Ia berniat untuk keluar rumah keluarga Park. Namun, ia menghentikan langkahnya ketika melihat pintu kamar Chanyeol yang sedikit terbuka. Ah, haruskah ia mengerjai pria itu? Sepertinya tidak masalah.

Rei berjalan mendekati pintu kamar Chanyeol, tanpa sadar seringaian telah menghiasi wajahnya. Ia hendak memutar knop pintu dan membuka pintu itu lebar-lebar, sebelum suara Chanyeol menggema di indra pendengarannya.

“Aku tidak mau, ayah.” Itu suara Chanyeol. Nada suaranya sedikit berteriak dan terdengar marah.

“Kau harus mau. Ayah sudah berjanji dengan Paman Lee untuk menjodohkan kalian, Park Chanyeol!” Kali ini terdengar suara Tuan Park yang begitu tegas.

“Aku tidak ingin perjodohan dengan Reinna, aku tidak mau! Memangnya aku ini apa? Apa ayah menganggapku sebagai boneka yang bisa seenaknya saja ayah mainkan?”

“Cukup Chanyeol! Kau ini bicara apa, huh?”

Rei masih mendengarnya. Ia tersenyum lemah. Jadi semua ini hanya perjanjian bodoh? Bahkan Chanyeol tidak menginginkannya. Hatinya kembali hancur, entah untuk yang ke berapa kalinya. Yang jelas, semua itu hanya karena satu nama yang –sialnya ia tak bisa menghapus nama itu dari hatinya.

“Baiklah…” Chanyeol menggantungkan kalimatnya. Membuat Rei yang sedang menguping sangat penasaran. Sejujurnya, ia masih mengharapkan cinta tulus dari seorang Park Chanyeol.

“Aku akan menikahi Reinna…”

“…tapi, aku ingin ayah memberikan salah satu apartment ayah yang ada di daerah Gangnam, dan tentunya ayah harus menuruti semua keinginanku.”

“Aku juga ingin membeli Maybach Exelero. Oh ya, aku juga sudah punya pacar, ayah. Jadi tolong, ayah mengerti keadaanku. Aku tidak ingin melukai hati wanita lain, jadi bolehkah aku tetap menjalin hubungan dengan kekasihku itu?” Tambahnya.

“Apa? Untuk apa kau membuang-buang uang hanya untuk membeli sebuah mobil itu, hah?” Tuan Park menghela napas, memberi jeda untuk melanjutkan kalimatnya.

“Siapa wanita itu? Cepat akhiri hubunganmu dengannya. Kau ini…”

“Ayah… apa tidak sebaiknya kau batalkan saja perjodohan ini? Lagi pula, aku dan kekasihku baru saja berpacaran kemarin, masa harus berakhir.” Sergah Chanyeol.

Tuan Park memijit pelipisnya. Entah apalagi yang harus ia katakan pada anak lelakinya ini. Benar-benar membuatnya pening.

“Tidak! Kau harus menerima perjodohan ini. Menikah dengan Reinna.” Tandasnya.

“Tapi, aku tidak mencintainya. Aku…”

Rei benar-benar tidak kuat lagi mendengar penuturan Chanyeol. Ia berlari keluar rumah keluarga Park.

Rei menangis, tentu saja. Ia seperti kehilangan harga diri. Chanyeol benar-benar merusak hatinya. Bahkan hatinya pun tak bisa merasakan sakit lagi. Bukan sudah kebal, melainkan sudah hancur dan tak bisa merasakan apapun.


**

Sejak ia berkunjung ke rumah Chanyeol waktu itu, Rei terus mengurung dirinya di dalam kamar. Ia meringkuk di atas kasur dan menangis dalam diam. Ia tak bisa berpikir jernih. Menangis seperti ini tak akan menyelesaikan masalah, Rei tahu itu. Namun, mungkin dengan menangis bebannya sedikit memudar.

Rei benar-benar tak mengerti, kenapa pria seperti Chanyeol mengusik kehidupannya? Kenapa tak bisa membiarkannya bahagia? Tak bisa membiarkannya tenang?

“Chanyeol… kau berengsek,” gumamnya di sela-sela tangis yang kian lama kian menjadi.

Entah sudah berapa lembar tisu yang berserakan di dalam kamarnya. Ia benar-benar tak peduli dengan hal itu.

Kemarin, ia berbicara mengenai perjodohan ini dengan ayah dan ibunya. Namun, mereka hanya tersenyum untuk menanggapi penuturan Rei. Setelahnya, mereka menyangkal. Mereka percaya bahwa Chanyeol menerima perjodohan ini dengan tangan terbuka.

“Dia pembohong besar!” Rei kembali bergumam.

Sepertinya tak ada yang mempercayainya lagi. Bahkan kedua orang tuanya yang sudah hidup bersama selama hampir dua puluh tahun masih saja tak percaya dan lebih mempercayai pembohong besar itu.

“Kenapa harus sesakit ini untuk mencintaimu, Park Chanyeol?” Rei kembali bergumam.

Ia ingin berteriak, namun sulit. Ia ingin menangis kencang, namun tenggorokannya tercekat. Apakah ini efek dari tangisannya yang belum berhenti sejak hari itu?

Ia hanya menangis tersedu. Menutupi wajahnya dengan boneka rillakuma pemberian Chanyeol. Ya, pemberian Chanyeol. Saat ini ia sedang membenci pria itu, namun disisi lain ia juga butuh pelukan hangat seorang yang sudah berhasil menghancurkan hatinya.

“Ini bodoh! Sialan, aku telah dibutakan oleh cinta. Sialan, Park Chanyeol!”

.

.

.

To be continue



Thanks for reading and vomments 💕


Thanks for reading and vomments 💕

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

loeys ♡

Silent • PCY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang