Typo(s)
________________“Aku akan menerkammu, Reinna Park!”
DEG
Jantung Rei berdegub. Ia takut Chanyeol kehilangan akal dan melakukan sesuatu yang di luar kendali pria itu. Bayangkan saja, pria dan wanita ada di dalam kamar dan di rumah itu hanya ada mereka berdua. Dan sang pria sudah mengatakan bahwa dia akan menerkam wanita di depannya. Apa yang akan mereka lakukan?
Rei menggelengkan kepalanya. Ia harus segera keluar dan menghilang di hadapan pria itu. Ia mendorong dada Chanyeol dan ia segera berlari keluar kamar.
Rei menutup pintu kamar Chanyeol dan mengatur napasnya. Saat itu juga ia mendengar tawa pria bermarga Park itu diiringi suara tepuk tangan. Ah, sepertinya Chanyeol sangat senang melihat dirinya menderita. Memang tak tahu diuntung.
Beberapa menut kemudian, Chanyeol keluar, kali ini ia sudah memakai kaos putih oversize yang biasa ia gunakan. Pria itu langsung memeluk Rei dari belakang. Membuat Rei terkejut.
“Yak!” Rei mendengus kesal.
“Kenapa berdiri di sini, hm? Ayo menonton tv.” Kata Chanyeol seraya berjalan membawa Rei ke ruang keluarga.
Mereka duduk di sofa bersampingan. Chanyeol menyenderkan kepalanya pada bahu Rei dan memeluk pinggang gadis itu. Sebenarnya Rei agak risih dengan apa yang Chanyeol lakukan. Tapi ia ingin membuat Chanyeol nyaman di dekatnya. Bukankah Chanyeol adalah kekasihnya?
“Kepalaku pusing,” rengek Chanyeol.
Dasar, bayi besar Park Chanyeol.
Rei mengusap kepala Chanyeol. Ia sangat peka dengan rengekan itu. Chanyeol bisa saja membuat kebohongan agar dirinya di manja. Itulah Park Chanyeol.“Sepertinya kau harus minum obat, yeol.”
Chanyeol menjauhkan tubuhnya dan menatap kesal Reinna. Sorot matanya terlihat marah. Sungguh, Rei tak mengerti dengan tatapan itu. Karena ia tak merasa melakukan kesalahan. Rei menatap Chanyeol dengan tatapan, kenapa?“Kenapa masih memanggilku seperti itu? Kita sudah berpacaran, Reinna.”
Ya Tuhan, sepertinya Rei telah melakukan kesalahan yang sangat besar hingga Chanyeol hanya memanggilnya Reinna saja, tanpa embel-embel apapun. Rei tahu, jika sudah seperti ini berarti Chanyeol sedang marah.
“Maafkan aku…”
“…sayang.” lanjut Rei.
Sejujurnya, Rei merasa aneh dengan panggilan itu. Ia tidak biasa, ia tak mau seperti gadis-gadis lain yang memanggil kekasihnya dengan sebutan seperti itu.
Menurutnya sangat kekanakan. Tidak memanggil sayang, bukan berarti tidak sayang, kan? Akan lebih baik tidak mengumbar perasaan. Tapi, tak apa. Jika Chanyeol menyukainya, Rei akan melakukan itu agar tidak ada kesalahpahaman.
Chanyeol tersenyum, lalu memeluk dan menyenderkan kepalanya pada bahu Rei.
“Kau belum sarapan?” Tanya Rei.
Chanyeol menggeleng, “aku sudah sarapan dengan ayah dan ibu sebelum mereka berangkat kerja.”Rei mengangguk menanggapinya.
Terkadang Rei merasa iba pada Chanyeol. Sejak kecil, orang tua Chanyeol jarang sekali berdiam diri di rumah. Ayahnya sibuk bekerja dan sering kali melakukan perjalanan bisnis. Sedangkan, ibunya sibuk mengurus butik. Seperti sekarang, saat weekend pun mereka tidak ada di rumah.Sebenarnya, karena itu juga mereka menjadi dekat. Chanyeol jadi lebih sering mengunjungi rumah Rei untuk menghabiskan waktunya. Rei juga heran, kenapa Chanyeol lebih sering bermain ke rumahnya daripada hangout bersama teman prianya. Sampai sekarang, ia tak tahu alasan pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent • PCY [Completed]
FanfictionJust silent. But, we can feel it each other. 》 20170426 - 20180122