Grown Up

769 51 23
                                    

Sedikit lagi. Ya aku bisa melihatmu... Aku akan menyusulmu, tunggu aku.. jangan pergi lagi. Aku akan mengejarmu, tolong ku mohon jangan pergi lagi....

Sekali lagi setiap hari ia memimpikan hal yang sama, hal yang diingatnya sedari kecil dulu, entah mengapa ibunya selalu menceritakan cerita itu. Cerita tentang 2 anak yang bersahabat tapi suatu hari salah satu dari mereka pindah ke kota lain membuat perpisahan tidak dapat dihindari.

Nama anak laki-laki yang setiap hari bermimpi itu adalah Peak Peemapol, panggilannya Peak. Ia bersekolah disalah satu sekolah elit di Bangkok, yaitu Assumption College, selain beruntung dapat masuk disekolah ternama Peak juga anak yang baik dan rajin belajar. Ia terkenal sopan di sekolah, hanya saja sifat pemalunya dan juga ketertutupannya membuat ia seperti memiliki dinding pembatas dengan teman-teman kelasnya, Peak tidak takut dengan keramaian ia hanya suka menghabiskan waktu sendiri. Tapi Peak memiliki phobia sejak kecil, yaitu jalan raya. Suasana jalan raya yang padat dipenuhi alat transportasi, Peak tidak suka jika harus berjalan kaki kecuali ia berada di dalam mobil karena ia tidak harus bersentuhan langsung dengan jalanan.

Peak bangun dari tidurnya, seperti kebiasannya yang sudah-sudah ia masuk kamar mandi dan mencuci mukanya bersiap mandi karena sebentar lagi ia harus berangkat ke sekolah. Setelah selesai mandi dan memakai seragam, Peak menuruni tangga menuju meja makan.

"Selamat pagi Peak" sapa sang ibu yang sedang menyiapkan sarapan.

"Pagi ma, apa peak bangun terlalu pagi hari ini?" tanya peak saat sampai dimeja makan.

"Hmmm 10 menit lebih awal. Apa kamu masih bermimpi hal yang sama?" tanya ibu peak sedikit khawatir.

"Erng..tidak apa-apa ma aku hanya bertanya dan soal mimpi, peak sudah terbiasa.. peak justru ingin tahu bagaimana kelanjutannya" terang Peak.

"Kelanjutan cerita?" tanya ibu peak sedikit bingung.

"Iya selama ini saat aku terbangun itu ketika aku melihat jalanan yang sepi, tapi ada sedikit cahaya" jelas Peak.

"Yasudah lebih baik kamu cepat sarapan nanti terlambat ke sekolah" Peak menurut dan memakan sarapannya.

"Hari ini mama yang antar ya? Ayah mu kebetulan pergi ke luar kota tadi malam" Ibu peak menjelaskan sambil membawa segelas susu hangat.

"Apa itu tidak merepotkan mama?" tanya Peak setelah mengunyah makanannya. "Peak bisa panggil taxi online"

"Tidak apa-apa peak, andai prim tidak menginap dirumah temannya dia yang akan mengantarmu" ucap ibu peak lagi.

"P'prim sedang dalam masa sulit ma.. dia mengatakan tugas-tugasnya membuat kepalanya sakit hehe jadi biarkan saja dia" Peak merapikan bajunya. Ia sudah selesai makan.

"Ingin berangkat sekarang?" tanya ibunya. Peak mengangguk.

***

Peak berjalan menyusuri koridor sekolah, belum banyak yang memenuhi koridor itu walau di lapangan basket terlihat ada beberapa murid yang berkumpul. Peak berhenti di depan lapangan itu, kadang ia juga ingin membaur dengan yang lain tapi ada sebagian dari dirinya yang menolak untung membuka diri. Peak bersiap membalikkan badannya tetapi sebuah suara menahannya.

"Peak" suara itu berasal dari Mint ketua kelas di kelas peak.

"Iya ada apa Mint?" tanya Peak setenang mungkin.

"Apa aku boleh minta bantuanmu?" ucap Mint terlihat serius.

"Ah tentu, jika aku bisa membantumu" balas Peak meski hatinya sebenarnya ragu.

Just Listen Your Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang