Peak merasakan dahinya berdenyut sedari tadi dan ada sebuah benda hangat diatas dahinya. Peak dengan perlahan membuka matanya, mengenali tempat dimana ia berada dan ternyata ia berada dikamarnya peak melihat ke sekitar hanya ada dia sendiri disana. Peak merogoh saku celananya dan mengambil ponsel terlihat sebuah pemandangan senja yang indah disana. Peak menatap jendela kamar nya walau sudah sore tapi tidak seindah senja yang ada dilayar ponselnya itu.
"Peak...kamu sudah bangun?" itu suara kakak perempuan Peak.
"P'prim kau sudah pulang ya?" tanya Peak lalu duduk dikasurnya.
"Tidak usah bangun dulu peak kau cukup berbaring saja, tadi kamu pingsan" jelas Prim pada adiknya.
"Peak pingsan?" tanya peak heran dan mencoba mengingat apa yang terjadi.
"Iya dan Pak Sam yang mengantarmu tadi, tapi ia mengatakan tidak sempat mengambil tas mu dikelas" jelas Prim yang mengambil kompresan kepala Peak.
"Aku pingsan karena apa?" tanya Peak.
"Kenapa kau bertanya padaku? aku hanya diberitau kau terjatuh dilapangan basket" jawab Prim.
"Aku tidak terkena bola lalu kenapa aku bisa pingsan?" peak kembali bertanya.
"Lebih baik kau tanyakan itu pada teman mu besok saat disekolah" saran Prim.
"Oh ya..apa pi kenal dengan boom?" pertanyaan Peak sedikit membuat Prim terkejut.
"Peak kamu..."
"Prim" panggil ibu mereka.
"Iya ma, ada apa? ohya peak sudah bangun" jawab Prim dengan wajah ceria.
"Bisa kamu ikut mama ke luar sebentar? biarkan adikmu kembali istirahat agar besok ia bisa kembali ke sekolah" Prim tidak terlalu mengerti apa maksud ibunya namun ia tetap mengikuti perkataan ibunya.
Kini tinggal peak sendiri di kamarnya itu. Peak kembali menatap layar ponselnya, entah sejak kapan ia sangat menyukai senja jingga itu, dan selalu terobsesi untuk bisa melihatnya langsung. Peak berniat akan pergi melihatnya sendiri suatu saat nanti. Tapi pikiran peak kembali menerawang saat ia berbicara dengan Sun tadi, sebelum semuanya gelap dan ia jatuh pingsan.
"Boom.. siapa Boom? kenapa aku merasa hatiku mengenalnya saat mendengar nama itu dan seperti ada bayangan yang sekilas aku lihat, tapi tiba-tiba saja semua menjadi gelap. Boom apa aku mengenalmu?"
***
"Halo...iya aku sudah sampai di Bangkok apa kau yakin dia orang yang ku cari?" tanya pemuda tampan yang kini sedang mengeluarkan isi kopernya.
"Ya hanya ada satu nama Peak Peemapol di sekolah ku, itupun aku tidak dekat dengannya" jawaban dari seberang telepon.
"Apa kau yakin dia seperti ciri-ciri yang ku katakan sebelumnya?" tanya nya meyakinkan.
"Iya sama persis, wajahnya pun sama dengan gambar anak laki-laki yang sebelumnya kau kirim padaku" jawabnya meyakinkan.
"Tapi kenapa kau mengatakan dia orang yang berbeda?" tanya pemuda tampan itu tanpa bosan.
"Dia tidak seceria temanmu itu, ia juga pemalu dan tidak banyak memiliki teman malah tak ada satu pun temannya ku pikir"
Jawaban yang membuat Boom berpikir keras. Apakah bisa ada 2 orang dengan wajah yang sangat mirip di dunia ini?
Pemuda tampan yang sudah di Bangkok itu adalah Boom, sebuah keberuntungan ia mempunyai teman di bangkok sehingga ia bisa mendapat secercah harapan bisa bertemu dengan orang yang ia cari selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Listen Your Heart
Fanfic[ Peak ] Kenapa aku seperti tidak asing saat melihatmu? kau seperti angin yang tiba-tiba datang dikehidupanku, membuat ku merasakan bagaimana agar lebih baik menjalani hari-hari ku [ Boom ] Akhirnya aku kembali ke tempat ini, apa kenangan itu masih...