Don't Go (2)

408 36 16
                                    

Pagi sekali peak sudah duduk rapi di ruang tamu dengan koper disampingnya dan tas ransel yang sudah ia pakai sejak keluar dari kamar. Pukul 7, masih sangat pagi dan Peak sudah duduk disana mungkin sejak 30 menit yang lalu.

Peak duduk sambil memperhatikan ponselnya, ia hanya menatapnya tanpa melakukan apapun.

"Layar ponselmu bisa saja berlubang karena kau tatap seperti itu" tiba-tiba Prim sudah duduk disamping Peak.

"Pi..jangan mengangguku" jawab Peak malas.

"Ini masih pagi, kau pikir jarak bangkok dan udon sejauh apa?" Prim mengatakan itu dengan mata yang masih mengantuk.

"Lebih baik pi kembali tidur saja.." Peak mendorong badan kakaknya pelan.

"Ingat peak jaga dirimu kau tidak akan tahu apa yang akan dilakukan Boom..hahaha" pesan Prim sebelum ia menghilang kembali masuk ke kamarnya.

"Ckk memang nya apa yang akan dilakukan Boom?" Peak berbicara sendiri sambil menunggu Boom datang.

Setelah menunggu cukup lama Boom datang dan saat memasuki rumah, Peak justru tengah terlelap di sofa dengan memeluk tas ranselnya. Boom menatap Peak ia tidak tahu jika Peak benar-benar akan ikut dengannya.

"Peak sudah lama menunggumu sampai ia lupa memakan sarapannya, saat tiba di Udon nanti tolong ajak Peak makan ya Boom" ibu yang teramat menyanyangi anaknya itu mempercayakan Peak pada Boom.

Boom mengangguk dan tersenyum "Tentu saja khun ma aku akan menjaga Peak"

"Sekarang kau bangunkan peak" Boom mengikuti perkataan mom nus dan membangunkan Peak.

"Peak bangun, ayo kita pergi sebelum pesawatnya terbang lebih dulu" Boom menggoyangkan bahu Peak pelan.

Peak hanya menggeliat sedikit dari posisinya masih enggan membuka mata.

"Ayo.." kini Boom mencoba menarik tangan Peak.

Peak berdiri dengan mata yang masih tertutup tubuhnya terjatuh begitu saja pada Boom dengan kedua tangan yang ia lingkarkan di leher Boom.

"Aku masih ngantuk" Peak mengatakan tanpa sadar ia kembali memeluk Boom kini dagu peak berada di bahu Boom.

"Ekhm.." Mom nus menyela.

"Peak ibu mu sedang memanggilmu" Boom masih mencoba membangunkan Peak.

"Heh.. memangnya kita dimana Boom?" Peak membuka matanya, wajah pertama yang ia lihat adalah wajah tersenyum ibu nya tapi dimana peak berada kenapa ia merasa sangat nyaman.

"Eh aku seperti memeluk sesuatu?"
"Ini terasa hangat dan nyaman"
"Tapi aku sedang tidak memeluk guling kan? Dan aku sedang berdiri sekarang..."

"Heh sial Boom........" teriak Peak saat sadar ia sedang memeluk Boom sekarang.

"Apa nya yang salah?" tanya Boom yang kini terduduk di sofa karena di dorong oleh Peak.

Setelah berpamitan dengan ibu nya dan kedua saudaranya, Peak pun memasuki mobil Boom, mereka diantar supir menuju bandara. Selama perjalanan tidak ada yang keluar dari mulut mereka, Boom terlalu sibuk dengan ponselnya sementara Peak sibuk dengan pikirannya. Sesekali peak menggelengkan kepalanya, menyangkal yang otaknya pikirkan karena tidak sesuai dengan hatinya.

***

Setelah sampai di bandara Udon, Peak menunggu Boom yang sedang mengambil koper mereka. Peak masih asing dengan Udon, mungkin ini pertama kalinya ia menginjakkan kaki di Provinsi ini. Karena terlalu asik melihat ponselnya peak tidak melihat ada seseorang disampingnya dan mereka pun bertabrakan. Peak terjatuh ke kiri dan orang itu terjatuh ke kanan.

Just Listen Your Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang