Chapter 18

282 29 19
                                    

Boom sudah tidak bisa menahan senyumnya lagi, ternyata Peak benar-benar melihat status FB nya, kenyataan bahwa Peak sangat memperlihatkan kepeduliannya  sangat membuat Boom bahagia, dan hari ini ia akan menginap di rumah Peak ia akan menjelaskan semua yang harus dijelaskan dan mungkin ia akan mengakui perasannya yang sesungguhnya. Sebelum memutar kenop pintu kamar Peak, Boom berhenti sejenak ada debaran yang tiba-tiba ia rasakan, ia tidak akan tahu apa yang akan terjadi nantinya, Boom harap ia bisa mengendalikan dirinya.

"Boom jangan masuk dulu" teriak Peak

Boom mendengar teriakan itu dari bawah sesaat matanya tertuju pada layar laptop yang berada diatas meja belajar Peak.

"Boom jangan melihat laptopku... bruk!" kedatangan Peak yang tiba-tiba dan langsung berlari membuat Boom kaget dan akhirnya berakhir dengan mereka sama-sama terjatuh di lantai.

"Peak apa yang terjadi? kenapa ada suara gaduh? peak.." Prim mencoba memutar kenop pintu berkali-kali namun nihil pintu itu tak kunjung terbuka.

Peak ragu-ragu menatap Boom lalu ia memberi tanda agar boom jangan membuka suaranya.

"Ah tidak apa-apa pi hanya gitarku terjatuh karena.. karena aku tidak sengaja menyenggolnya" jawab Peak berusaha setenang mungkin.

"Kalau begitu cepat rapikan kembali kamar mu" setelahnya kakak peak itu kembali ke kamarnya.

Peak merasa lega dan justru tidak bangun dari posisinya, sepertinya tanpa Peak sadari ia tidak mengetahui situasi yang terjadi. Tubuhnya kini menindih tubuh Boom, kepalanya sekarang ia letakkan pada dada bidang Boom dan tangannya juga mengunci leher Boom.

"Peak kau mengira aku ini bantal?" tanya Boom yang mulai merasa tidak nyaman dengan posisi mereka.

"Heh? Apa yang kau lakukan Boom?" justru Peak yang kini kembali berteriak panik.

"Cukup bangun dan bantu aku berdiri" ucap Boom tenang.

Peak pun menurutinya ia bangun lalu membantu Boom berdiri. Saat posisi mereka sejajar Boom mendekatkan tubuhnya dan lagi-lagi Peak berteriak membuat Boom akhirnya menutup mulut Peak dengan tangannya.

"Ada apa lagi peak?" Suara kakaknya itu terdengar jauh, ia hanya berteriak dari dalam kamarnya.

"Tidak apa-apa P'Prim peak hanya terkejut karena ada serangga yang masuk" itu adalah jawaban Boom.

"Tapi aku bersyukur ada Boom disana dan Peak kami pasti aman" Peak merasa tidak terima dengan ucapan kakaknya.

Peak memanyunkan bibirnya saat tangan Boom terlepas dari mulutnya.

"Sial Boom apa yang kau coba lakukan?" tanya Peak sedikit berbisik.

Boom tidak menjawab apapun ia hanya memandang intens pada wajah seseorang yang sangat ia rindukan selama ini, banyak hal yang ia pikirkan hingga membuatnya frustasi dan sekarang saat bisa bertemu Peak setelah waktu yang cukup lama tidak ada yang ingin Boom lakukan lagi selain menatapnya.

"Hey boom apa kau hanya akan menatapku?" tanya Peak sambil masih memanyunkan bibirnya.

"Aku hanya merindukanmu" Boom mengatakan itu sambil memeluk tubuh mungil di depannya "Apa kau juga merindukanku?" tanya Boom lagi.

Peak mengangguk dan ia harap Boom tahu isi hatinya, Peak membalas pelukan itu dengan membelai lembut atas kepala Boom dan mencium bahu Boom sekilas, ia juga merindukan wangi dan hangat tubuh Boom.

***

"Sudah kenyang Boom?" tanya ayah Peak dan ini adalah kali pertama mereka bertemu.

Just Listen Your Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang