Boom merapikan kopernya sebelum peak terbangun. Ya siang ini mereka akan kembali ke Bangkok, karena besok adalah hari senin. Boom memang sengaja bangun lebih awal hari ini, ia harus mengantar berkas kepindahannya ke sekolah lamanya setelah berkas itu ditanda tangani oleh ayah nya, selaku kepala keluarga.
Huh sungguh melelahkan, pikir Boom.
Tapi setelah kembali menatap wajah polos Peak yang masih terlelap, semangat Boom kembali muncul tinggal sedikit lagi, tinggal selangkah lagi untuk ia benar-benar bisa bersekolah dengan tenang di Bangkok.
Setelah menarik nafas panjang dan mengeluarkannya, Boom siap dengan map coklat di tangannya, ia mengambil jaket kesayangannya lalu meminta supir rumahnya segera mengantarnya ke sekolah.
"Kamu tidak sarapan dulu sebelum pergi?" itu suara ayah Boom.
"Ehm tentu, mungkin sebuah roti selai cokelat" jawab Boom.
"Memang tidak ada pilihan lain selain roti selai ini Boom" sang ayah mencoba bercanda dengan anak semata wayang nya, walau semuanya tahu hal itu terlihat kaku.
"Terimakasih ayah" Boom mengambil rotinya "Boom berangkat dulu" ucap boom setelahnya.
"Apa boom sudah pergi?" Ibu boom baru saja duduk disalah satu kursi meja makan.
"Oh ya ma tolong siapkan makanan untuk Peak, ah nasi jangan roti, karena perut nya tidak terbiasa jika tidak memakan nasi saat pagi hari"
Setelah mengatakan itu boom menghilang begitu saja.
"Lihat? Anakmu sudah mengerti artinya perhatian kepada orang lain" ucap mom cindy kepada suaminya.
"Apa yang salah? bukannya itu memang sifat asli boom? ahh seperti melihat boom yang dulu" ucap ayah boom dengan pandangan menerawang.
"Itulah sebabnya aku mengatakan jika kita harus membiarkannya untuk bersekolah di Bangkok" ucap ibu muda itu lagi.
"Aku tidak melarangnya" sanggah ayah Boom.
"Tapi kamu selalu memantaunya kan?" ayah boom terdiam,ia seperti menimbang sesuatu sebelum berucap.
"Ahh apa yang salah, aku hanya ingin memantau anak ku, karena dia hanya tinggal sendiri disana" Mom cindy selesai dengan roti selai nya dan menatap suaminya.
"Tapi kita harus memberikan sedikit ruang untuk privasi Boom, biarkan dia bebas melakukan hal yang dia mau selama dia masih bisa menjaga diri"
Obrolan singkat suami istri itu berakhir setelah ayah boom mengangguk dan mom cindy berkata akan membuatkan makanan peak sesuai pesanan Boom.
Drt.. drt.. drt.. 📱
Sebuah getaran ponsel terdengar oleh Peak yang sebenarnya masih merasakan kantuk di pelupuk matanya, dengan mata yang masih terpejam ia meraih ponsel di samping nya, di meja kecil tempat lampu hias yang disukai peak berada. Sebelum mengangkat telepon itu, peak membuka sedikit matanya.
"Halo.." ucap peak dengan suara serak.
"Iya ma, peak baru saja bangun.. sepertinya siang ini kami akan kembali ke Bangkok.."
Sebuah telepon dipagi hari dari seorang ibu yang merindukan anaknya, dari suara nya saja Peak tahu kalau ibu nya begitu merindukannya, Peak sadar ia tidak terlalu sering menghabiskan waktu dengan ponselnya membuatnya lupa mengabari ibunya, walau dengan pesan singkat.
Peak mengucek kedua matanya agar tidak terlalu mengantuk, pada jam dinding dikamar Boom jam menunjukkan pukul 8 pagi, peak menoleh ke samping nya tidak ada Boom dan ia melihat koper Boom sudah berdiri rapi di dekat pintu kamar. Sebelum mencari keberadaan pemilik kamar, ia terlebih dahulu mandi dan membersihkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Listen Your Heart
Fanfiction[ Peak ] Kenapa aku seperti tidak asing saat melihatmu? kau seperti angin yang tiba-tiba datang dikehidupanku, membuat ku merasakan bagaimana agar lebih baik menjalani hari-hari ku [ Boom ] Akhirnya aku kembali ke tempat ini, apa kenangan itu masih...