Chapter 21

230 28 7
                                    

Peak melangkahkan kaki keluar dari halaman rumahnya, langkahnya berat namun keadaannya jauh lebih baik dari 2 hari yang lalu. Peak memutuskan tidak masuk sekolah kemarin dan hanya mengurung dirinya di kamar seharian. Tentu hal itu membuat keluarga nya cemas tapi Peak dengan senyum lemahnya hanya mengatakan kalau ia hanya sedang tidak enak badan, dan wajah pucatnya mendukung semua kata-katanya. Hari ini pun sebenarnya ia tidak terlalu ingin pergi ke sekolah tapi mengingat nilai ulangan akan di bagikan terpaksa ia harus menghadiri kelas karena kalau tidak nilai itu akan diambil oleh orangtua dan Peak tidak mau mama nya harus ke sekolah menggantikannya.

Peak pun dengan berbagai alasan dan wajah yang memelas meminta agar pagi ini ia tidak usah diantar oleh ibu atau kakak nya, Peak hanya ingin pergi sendiri.. ia tidak ingin membuat keluarga nya khawatir kalau mereka menyadari suasana hatinya yang buruk. Sampai di sekolah, ia menghindari bertatap muka dengan siswa lain. Peak seperti kembali dengan sisi tertutupnya dulu, membentengi dirinya padahal baru beberapa waktu ia merasa bahwa ia bisa seperti yang lain, membaur dan membuka diri. Saat sudah berada di depan kelas, mata Peak menyapu isi kelas melihat ke arah tempat duduknya, masih kosong. Tidak ada tas yang tergeletak di bangku disampingnya. Sekilas sebelum duduk peak melihat kedua temannya sedang asik bersenda gurau tanpa menyadari kehadirannya, tapi peak tidak terlalu memusingkan hal itu, ia kembali pada pemikirannya sendiri.

Peak membenamkan wajahnya pada tangan yang ia lipat di atas meja, memajamkan matanya dan tidak lama semua terasa gelap.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Peak jangan sedih, aku akan menemuimu lagi 2 minggu lagi, oke!" anak berumur 11 tahun yang terlihat menggemaskan itu menenangkan temannya.

Peak masih saja menyeka air matanya. "Tapi kalau nanti kamu kembali, untuk apa kamu pindah Boom.. uhh...hiks..hikss"

"Ada yang harus diurus orangtua ku di Udon jadi kata mama aku juga harus ikut pindah, karena tidak ada yang menjagaku disini.." Boom masih mencoba menjelaskan dan menenangkan.

"Tapi kamu pindah Boom...hu..hu..hu..hikss" Peak masih saja mengeluarkan airmatanya yang terasa tak kunjung berhenti.

"Jangan menangis Peak, 2 minggu lagi aku akan menemuimu, dan aku janji tidak akan meninggalkanmu kita masih bisa selalu bertemu dan aku juga akan membawakan oleh-oleh untukmu" hibur Boom yang kini memasangkan syal pada Peak.

"Tapi peak tidak punya teman lagi kalau boom pergi.." boom yang melihat tingkah lucu peak itu tidak bisa berkata apa-apa lagi, temannya memang selalu seperti itu, membuat boom sulit jika harus berpisah jauh darinya.

"Kalau peak menangis terus bagaimana peak bisa punya teman? selama aku tidak ada disini peak harus mulai membuka diri ya jangan terlalu pemalu lagi, kau anak yang ceria kan peak?" Boom mengelus pelan puncak kepala Peak dengan sangat lembut.

"Boom..." Peak kini menarik-narik baju Boom membuat siapa saja yang melihatnya akan menyangka kalau mereka adalah sodara kembar yang tidak bisa berpisah walau sedetik.

"Aku janji akan menunggu selalu boom menunggu kamu menemuiku.." ucap peak kecil dengan wajah yang tertunduk.

"Iya, lagipula aku akan selalu kesini peak.. aku janji kalau tidak bisa 2minggu sekali maka aku akan datang sebulan 3x.. sudah ya jangan menangis" Boom memeluk Peak sebelum ia benar-benar pergi masuk ke dalam mobil yang sudah menunggunya.

Just Listen Your Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang