Indra"Tak ada yang mengetahui secara detil, tentang kisah ini. Semua hanya dikisahkan dari mulut ke mulut. Bahkan jarum sejarah pun tiada pernah mencatatnya. Namun seandainya kita membuka kembali sepenggal sejarah nyata, tentang perjalanan bangsa "Aria" yang konon pernah melintasi daratan Cina, hingga kemudian sampai ke Eropa. Lalu merambah sejenak tentang mitologi dewa-dewi di athena, seperti Norse, seperti Thor sang dewa petir; Yggdrasill, Odin, Fenrir, adalah sekelumit cerita kecil, tentang mitologi Yunani yang Mashur, yang berujung pada "sejarah nyata," yakni tentang terusirnya sang Dewa Indra dari khasanah otoritas mitologi Eropa.
Karena Dewa Indra adalah anak ketiga dari lima bersaudara, ayah mereka dalam mitologi Hindu disebut sebagai Bathara guru, dan kakak mereka diantaranya Bathara Sunbu, Bathara Brahma, sedang adiknya adalah Bathara Bayu dan kemudian Bathara Wisnu, yang semuanya kemudian di takdirkan sebagai penguasa, yang menguasai hampir separuh muka bumi ini.
Mereka semua sesungguhnya hanya manusia biasa, bukanlah Dewa yang sakral yang perlu di puja, pasukan Indra tak lain hanyalah pasukan perang biasa. Pasukan elite suku Aria, yang konon senjatanya disebut "Bajra", terbuat dari tulang belulang pertapa sakti bernama empu Diaci. Sebuah senjata yang maha dahsyat yang konon sanggup meraung dan mengeluarkan suara seperti petir.
Perjalanan suku Aria dari ras Indra dalam menjelajah dunia sampai kemudian menemukan lembah jambhudwipa, sangat panjang. Semula mereka hanyalah suku kecil yang gemar berkelana, sehingga bangsa Aria dari ras Indra ini lebih dikenal dengan suku barbar berkulit putih, yang kehidupannya selalu berpindah-pindah, bahkan dari keturunan satu ke keturunan yang lainnya. Hingga kemudian mereka menemukan benua Jambhudwipa, alias India yang indah. Maka bercokollah mereka di lembah sungai Hindus dan bertahta, membangun peradapan, mendirikan beberapa Kerajaan lalu ia menjadi Raja, Indra menjadi sebagai penguasa terbesar di sepanjang sejarah Asia dan menamakan dirinya sebagai Dewa agung.
Sedang di lembah hindus sendiri, sebelum suku Aria dari ras Indra datang, sebenarnya telah ada suku-suku peribumi kecil, yakni bangsa Maya, suku paling tua yang telah ada sebelum zaman logam dimulai. Dan Indra datang sebagai bangsa agresor, menjajah, dan menguasai mereka. Bukan hanya lewat perang, atau perkawinan saja, akan tetapi juga lewat ajaran suci yakni ajaran menyembah Dewa Indra.
Adapun kekuasaan ras Indra meliputi beberapa kerajaan kecil yang menginduk kepada kerajaan besar indrapura. Dengan penguasa tertinggi Dewa Indra.
Kesatuan kerajaan yang dibangun oleh bangsa Aria dari Ras Indra, yang tepatnya berjumlah delapan kerajaan tersebut lebih sering disebut sebagai "Asta-wasu" atau delapan wasu, dimana masing-masing penguasa berkedudukan sebagai Dewa kecil atau Bathara yang kekuasaannya atau tingkat ke Dewaan-nya berada di bawah keagungan Indra, sedang yang sama atau setara dengannya hanyalah kakak, adik serta ayahnya Indra.Delapan wasu sesungguhnya adalah delapan dari anak Indra dari generasi pertama yang kemudian tahtanya di turunkan kepada anaknya atau generasi berikutnya.
Karena dalam setiap generasi, atau dalam kurun waktunya Indra menyebutnya dengan bilah-bilah Manwantara, dan yang kini adalah tingkatan Manwantara yang ketujuh atau Dewa Indra generasi ke tujuh.
Adapun Kedelapan wasu pun telah di bagun tangga-tangga ke-Dewa-an, mereka yang menguasai delapan wasu adalah jenjang perjalanan menjadi dewa, maka selagi mereka bertahta pun telah ada sebutan ke Dewaan-nya, diantaranya:1. Bhatara Dhawa (Dhara) yang sama artinya dengan Prthiwi atau Dewa bumi (untuk leluhur kerajaan Maeswapati)
2. Bhatara Aha yang sama artinya dengan Sawitra untuk Antariksa, Dewa ankasa (Untuk leluhur kerajaan Mantili)
3. Bhatara Prabhasa yang artinya sama dengan Dewa Langit, Dyayus. (untuk leluhur kerajaan Lokapala)
4. Bhatara Anala (Pawaka) yang artinya sama dengan Agni atau Dewa api (untuk leluhur kerajaan Mangada)
5. Bhatara Anila yang sama artinya dengan Wayu Bayu atau Dewa angin. (untuk kerajaan leluhur Kieskenda)
6. Bhatara Pratyusa yang artinya sama dengan Surya atau Dewa matahari (untuk leluhur kerajaan Ayodya)
7. Bhatara Soma yang artinya sama dengan Candra atau Dewa Bulan (untuk leluhur kerajaan Kurupati)
8. Bhatara Dhruwa yang artinya sama dengan Dewa Bintang. (untuk leluhur kerajaan Hastinapura)
Sekali lagi; mereka, para Dewa kecil yang menguasai delapan wasu adalah anak cucu atau keturunan langsung dari para anak penguasa "Indra" pertama. Kedelapan penguasa wasu lahir dari kelima istri Indra yang agung. Lewat anak-anaknya yang kemudian turun ke cucunya mereka turun temurun memelihara keagungan tahta sang Dewa Indra pertama, dan dalam setiap pergantian penguasa Indraprasta itu dinamakan Manwantara. Begitulah cara Dewa Indra menjadi penguasa - dari Indra pertama sampai kini turun ke Manwantara yang ke tujuh, - mereka punya misi menjajah dan menguasai dunia dengan menyebarkan ajaran suci sebagai keyakinan dalam "pemuja Indra", adalah cara mereka dalam lemahkan lawannya agar tunduk secara raga atau jiwanya kepada kekuasaan Indrapura yang luas.
Begitulah adanya, maka nama Dewa Indra akan selalu abadi dan ada senantiasa, sebab ia telah membagi zaman kekuasaannya lewat bilah-bilah Manwantara, yang kemudian cara seperti ini banyak diadopsi di beberapa kerajaan di tanah air. Seperti Amangkurat 1 sampai 4, atau Hamengkubuwono yang sampai ke 12, atau Brawijaya yang sampai ke 13.
Demikian pula dengan cara pengkultusan tokoh, sama, juga di adopsinya oleh kerajaan Nusantara, jika Indra mengkultuskan dirinya, semua rakyat untuk memuja dirinya, sedang di sebagian kerajaan Nusantara sering menciptakan cerita mitos, seperti Jayabaya dengan Bahratayuda-nya, atau Mataram dengan Dewi laut selatannya. Yang bertujuan membuat agar Dewa Indra menjadi penguasa tunggal dengan 8 whasu-nya, atau Astawasu.Sepintas kekuasaan Indra seperti arogan dan kasar. Mereka seperti menghalalkan segala cara, "bagaimana pun caranya, tak perduli, yang penting mereka semua, seluruh umat manusia bisa tunduk memuja Indra". Tentu saja berbekal sebuah keyakinan yang ia ajarkan, yakni menjadi satu-satunya benang penghubung antara kekuasaannya dengan bermacam elemen masarakat yang ada pada waktu itu.
Namun bukan berarti semua kerajaan dapat dikalahkan. Tak kecuali, tidak lewat jalan peperangan, atau mengajarkan keyakinan. Ada diantaranya yang menentang, adalah suku-suku pribumi yang jumlahnya banyak. Ketika datang ajaran untuk masuk, memuja Indra, namun suku maya bersikukuh, tegas, dan menolak, mereka lebih percaya kepada keagungan nenek moyangnya. Atau pemuja Syiwa.
Dalam hal inilah peran Empu sekelas Walmiki, seorang sastrawan yang luar biasa, sangat di butuhkan, dan oleh Indra mereka di tugaskan menulis Kitab-kitab sakti seperti Ramayana atau Mahabarata. Adalah kitab tuntunan moral yang sanggup menggambarkan sepak terjang para Dewa yang mulia, atau para penguasa wasu seupama Ramawijaya yang bijaksana layaknya seorang titisan Dewa Wisnu, orang yang suci. Padahal sesungguhnya tak ada yang tahu apakah dia orang baik ataukah tak lebih dari pada orang licik dan penuh kesalahan.
Namun karena kepandaian para pujangga kerajaan dalam menggambarkan seorang tokoh, segala yang tidak baik seolah menjadi tiada, seperti apa yang di lakukan baik oleh Ramawijaya atau Pandawa Lima menjadi orang-orang suci seperti layaknya laku seorang kesatria utama yang direstui para Dewa.Baiklah, kata Togog. Ada baiknya akan aku ceritakan pula kisah selengkapnya. Tentang kesaksianku kepada yang hal layak lainnya, agar mereka semua tahu duduk perkara sejarah yang sesungguhnya.
🐧🐧🐧🐧🐧🐧
KAMU SEDANG MEMBACA
RahwanaYana
Historical Fiction"Tidak Rahwana, sadarilah olehmu; bahwa semua yang bernyawa itu pasti akan di tinggalkan oleh nyawanya, dan itulah yang dinamakan badai kematian, tak ada kiranya seorangpun yang dapat luput dari kejaran badai kematian, anakku."