Siang di udara yang terasa panas. Seolah memaksa Rahwana muda yang telah berhari lamanya berjalan, untuk beristirahat sejenak di bawah bayang-bayang pohon beringin rindang, di tepi jalanan, disebuah kota raja yang belum ia tahu kerajaan manakah tersebut.
Belum begitu lama beristirahat tiba-tiba Rahwana dikejutkan oleh suara riuh, seperti ada huru-hara, ada kepulan asap membumbung ke angkasa. Rahwana segera bangkit, menapak beberapa langkah kearah suara berasal, matanya segera melihat dari kejauhan beberapa rumah terbakar, para penduduk kepanika, berhamburan, berlarian kian kemari, yang tentu saja menyulut tanya dalam benak Rahwana, "ada apa, dan ulah siapa?"Segera Rahwana menapak lebih dekat ke tempat dimana huru hara berlangsung. Alangkah terkejutnya Rahwana ketika melihat beberapa orang prajurit yang berseragam merah kuning tengah menyiksa beberapa penduduk kampung, yang tak urung melibatkan pula seorang wanita tua serta anak-anak, ikut jua teraniaya. Rahwana yang semula tak ingin turut campur, hatinya jadi tergetar, tiba-tiba teringat ibundanya nun jauh di sana, tubuhnya bergetar hebat, hatinya seperti tersentuh, amarahnya yang telah ia tahan, lepas, ia tak kuasa menahan, dan seperti petasan amarahnya meluap.
"He... Kisanak, kenapa mereka?" tanya Rahwana pada salah seorang yang tengah tergopoh-gopoh berlari tak jauh darinya, "Ada apa, kenapa mereka diani-aya?"
"Anu tuan, mereka; pasukan itu adalah pasukan Indrapura, yang menyebrang kemari,"
"Pasukan Indrapura?"
"Ya, benar."
"Kesinilah sejenak....." panggilnya, dan orang tersebut segera merapat menuruti pinta Rahwana.
"Tolong kisanak ceritakan ada apa, dan siapa mereka yang berbuat Ani Aya itu?" Tanya Rahwana kembali.
"Emmm.... para prajurit itu adalah pasukan Indrapura yang dipimpin langsung oleh panglimanya."
"Lalu, kenapa mereka membuat huru-hara disini, di Meruya? Benarkan negri ini bernama Meruya? "
"Ia. Tapi sungguh hamba tak tahu tuan. Hamba tak tahu mengapa para prajurit tersebut membuat huru hara disini?!! ...." ucap orang tersebut, "Sebaiknya tuan bertanya pada orang yang berpakaian hitam-merah itu, yang di pinggir jalan, di bawah pohon sonokeling itu, ya, dia adalah pasukan Meruya."
"Baiklah." dan seiring perginya orang yang ditanya, Rahwana segera mendekati orang yang berpakaian hitam-merah yang di maksud oleh orang tadi. Di situ tidak cuma satu, namun ada beberapa orang, namun semuanya justru nampak takut dan tak berdaya untuk berbuat apa-apa. Mereka hanya pucat menyaksikan kejadian tersebut.
"Hai, tuan prajurit. Benarkah kalian semua, prajurit Meruya?"
"I..i..iya, kisanak..."
"Aku ingin bertanya tolong salah satu dari kalian menjawab, seadanya; ada apa gerangan dengan huru hara ini, dan siapa mereka yang mengamuk serta menganiaya warga itu.... sehingga kalian semua, sebagai prajurit Meruya, yang tugasnya melindungi rakyat pun hanya bisa berdiam saja?"
"Anu tuan...." jawab salah satu diantara mereka dengan agak gemetaran, muka kedua prajurit itu nampak memar-memar seperti bekas terkena pukulan benda tumpul. "Mereka adalah pasukan Indrapura..."
"Lalu apa yang membuat kalian takut. Lihatlah mereka mengamuk, membakar rumah-rumah serta menganiaya warga desa?"
"Dapat tuan lihat dengan mata kepala tuan sendiri, begitulah keganasan pasukan indrapura yang sedang kesal. Mereka seperti babi yang buta, seperti kesurupan." Kata salah satu dari mereka.
"Pasukan Indrapura di takuti oleh prajurit manapun, mereka itu pasukan dewa." Kata satunya lagi.
"Pasukan Dewa?" Gumam Rahwana lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
RahwanaYana
Ficção Histórica"Tidak Rahwana, sadarilah olehmu; bahwa semua yang bernyawa itu pasti akan di tinggalkan oleh nyawanya, dan itulah yang dinamakan badai kematian, tak ada kiranya seorangpun yang dapat luput dari kejaran badai kematian, anakku."