17. Tamu di Kieskenda

410 12 0
                                    


   Siang hari yang panas itu Ramawijaya bersama rombongannya masih saja melejang, menembus pepatnya hutan belantara dalam perjalanannya menuju ke negri Kieskenda. Tanpa henti.

   Dan setelah hampir lima hari penuh akhirnya mereka semua pun sampai ke istana Kieskenda. Alangkah leganya hati ketiga orang itu.

"Akhirnya sampai juga kita di Kieskenda." Kata Sinta. Ramawijaya hanya diam sambil memperhatikan bangunan megah dihadapannya yang tak lain adalah istana Kieskenda.

  Sebuah perjalanan yang tak sia-sia, kedatangan mereka langsung disambut dengan penuh suka cita oleh Raja Kieskenda, Sugriwa.

  Belumlah ketiganya menginjak lantai istana mereka telah keluar, "Silahkan Nak Mas, tuan muda Ayodya," sambut Raja Sugriwa bahagia. "bagaimana kabar perjalananmu apakah kalian baik-baik, selamat, tak ada aral yang melintang selama perjalanan?" tanya raja Sugriwa kemudian sambil berjalan masuk istana.

  Suasana di istana Kieskenda nampak sepi, lenggang. Di sana-sini nyaris tak ada hilir mudik kesibukan. "Mungkin saja semua Nayaka tidak masuk kerja, dan tak melapor ke pasewakan." Pikir Laksmana.

   Raja Sugriwa langsung duduk di singgasana, sedang ketiganya duduk menghadap tak jauh darinya, "Ampun beribu ampun paduka, hamba selamat sampai tujuan tanpa ada rintangan apa-apa selama perjalanan, semua berjalan sesuai harapan kami, sehingga kami dapat cepat sampai kesini." Kata Ramawijaya, "Namun sebelumnya terimalah terlebih dahulu sembah bakti dan salam hormat dari kami bertiga."

  "Ya salam dan sembah bakti dari kalian bertiga aku terima, dan tak lupa pula terimalah salam dan restu dariku wahai Nak Mas bertiga." sambut Sugriwa, seraya. "Namun jika boleh bertanya, ada angin apakah gerangan yang menyeret laku langkah kaki kalian semua, kemari?" Sinta nampaknya masih saja membersihkan mukanya yang penuh keringat, maklum dia adalah wanita yang baru kali ini menempuh perjalanan sepanjang itu.

   "Ah nampaknya ada pula tuan Hanoman disini," sela Laksmana seketika, saat melihat disudut ruangan ada Hanoman yang memperhatikan ketiganya dengan seksama. "Salam hormat dari kami tuan."

  "Ya, salam hormat juga untuk kalian bertiga." jawab Hanoman tanpa banyak kata, nampak Ramawijaya dan Sinta pun turut menganggukkan mukanya ketika pandangan Hanoman tertuju kepadanya.

  "Ampun Paduka, kedatangan hamba kemari tak lain berkaitan dengan satu berita bahagia yang diamanatkan oleh paduka Indra kepada kami, sedang kami tak tahu kabar gembira apakah itu... Hanya saja beliau kemudian menyarankan agar kami menanyakan hal itu langsung kepada Paduka Kieskenda. Kalau boleh hamba tahu kabar gembira macam apakah itu, paduka?" kata Ramawijaya kemudian kepada sang raja Sugriwa.

   "Emm itukah....?" kata Sugriwa setengah bertanya, "Ehm... jauh-jauh kalian ke Kieskenda hanya untuk menanyakan hal itu?"

"Betul paduka."

"Baiklah. Akan aku jelaskan pada kalian." kata Sugriwa kemudian. Disampingnya menemani seorang putri Bestari yang berwajah rupawan dia adalah Dewi Tara, permaisuri baru di Kieskenda. "Kalian coba lihatlah, dan kenali, kira-kira siapa yang duduk disampingku ini, lihat, orang dari manakah dia, apakah diantara kalian ada yang tahu?"

   "Maksud paduka wanita bestari inikah?" Tanya Ramawijaya kemudian. Ketiganya memang memperhatikan wanita itu tapi tak satupun diantara mereka yang tahu.

"Ya," jawab Sugriwa seraya, "Coba apakah diantara kalian ada yang tahu?" namun semua masih saja terdiam, tak ada yang membuka kata pertanda tak tahu.

  Maka berkatalah kembali Baginda Sugriwa, "Dia adalah putri dari penguasa istana Indrapura, penguasa Dewan Asta wasu."

   "Apakah maksud Paman Prabu dia itu putri dari paduka Indra?" Tanya Laksmana seketika.

"Ya, betul sakali." kata Sugriwa lebih lanjut. "Dan sekarang dia telah resmi menjadi permaisuri di Kieskenda. Dia permaisuriku."

RahwanaYanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang