Hai readers, happy reading :)
Manda memeriksa jam dinding sekali lagi, masih ada dua jam kesempatannya. Sebuah senyum mengembang menghiasi wajah putihnya. Bagus.
Dengan girang ia melenggang ke dapur, tangannya sibuk membuka seluruh rak dan almari yang mungkin menyimpan benda yang dicarinya.
Tak juga menemukannya, ia berkacak pinggang dan menghela napas panjang. Ia yakin ayahnya baru saja membeli mi instan kemarin di supermarket, matanya sempat melihat benda itu dikeluarkan ayah dari kantong belanjaan.
Huft, ayahnya memang pintar menyembunyikannya.Ia mengelus perutnya yang berteriak lagi, jengah ketika membayangkan dirinya harus makan apel lagi. Oh ya ampun, apa yang dipikirkan ayahnya? Bukannya ia tak suka buah, tapi mencicipi makanan instan sesekali harusnya dimaklumi.
Sungguh ia tak bisa menunggu sampai ayahnya pulang yang biasanya membawa makanan. Asam lambungnya kini sudah membuatnya meringis. Sebuah kotak corn flakes mencuri perhatiannya. Oh ia lupa kalau ayahnya juga membeli makanan itu kemarin, mendadak teriakan perutnya makin riuh.
Pupilnya membesar menatap isi kotak itu. Oh yes, mi instan yang dicarinya. Senyum kemenangan terbit seperti matahari pagi.
Tanpa ba bi bu, mengingat tak punya banyak waktu, ia langsung meraciknya dengan tambahan bahan spesial lainnya.
Ayahnya memang super protektif soal apapun tentang putrinya. Mulai dari makanan, pendidikan, dan pertemanan. Sebuah kejadian di masa lalu cukup terjadi sekali saja seumur hidupnya. Kini Manda berakhir dengan homeschooling. Dan hanya memiliki satu teman dan sahabat di hidupnya, great. Tak begitu buruk, Manda menyukainya.
Ketika sedang mencincang bombay, sebuah suara menggema dari ruang tamu memanggil namanya. Sukses membuat ia menjatuhkan pisau dan bombaynya kini berhamburan di lantai.
"Biasa deh! Pager nggak pernah dikunci! Kalo ada orang jahat masuk gimana Nda?"
Telapak tangan Manda masih berada di dadanya. Belum reda kepanikan yang menyergap dan membuat jantungnya terasa hampir jatuh ke selangkangannya. Demi Tuhan, ia mengira ayahnya datang.
"Bisa nggak mencet bel dulu?!! Kamu tuh yang orang jahat!" Omel Manda kesal.
"Yaelah marah, abis kamu ceroboh banget. Aku kagetin aja sekalian, biar kapok!"
Manda menyapukan pandangannya ke gadis yang ada di depannya ini, berantakan.
"Kamu habis dari got?""
Rissa meneliti dirinya sendiri, seragam kremnya kotor, roknya basah dan sedikit menggulung, rambut bobnya klimis, dan wajahnya lelah.
Sahabatnya itu meringis, "but still cute are not i?"
"Huekk!!" Cela Manda sambil berpaling memunguti bombay yang tercecer di lantai.
"Waw, berani ya bikin mi? Awas lo aku bilangin ayahmu."
"Mau?"
"Mau!!" Jawabnya cepat dengan seringai lebar di wajah tirusnya.
"Dasar!"
Rissa meringis sambil berlalu, "aku mandi ya! Pinjem baju juga!"
Manda menyernit, tak biasanya Rissa mengunjungi dalam keadaan berantakan apalagi sepulang sekolah, ia merasa ada yang ingin Rissa katakan. Mungkin ia akan curhat, mungkin.
Aroma nikmat memenuhi ruangan bernuansa biru itu. Manda menyingkirkan bantal dan duduk di tepi ranjang. Yah, menikmati sore dengan semangkuk mi instan di kamar bersama sahabat, tak ada yang lebih nikmat baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Windows of Love
Подростковая литератураTHE WINDOWS OF LOVE . . . Through the window, I meet your gaze Through the window, Everyday i'm healed Through the window I find my sunshine So please, open your window for me And let me love you... -------