Lose you, my bestfriends

14 1 0
                                    

Happy reading :)
Yang baik...yang baik...vote kuy :)

"Whenever you kiss him, i'm breaking. Oh how i wish that was me."
-- I wish, 1D --

-----------

Kedua lelaki itu kini sudah berada di parkiran, akibat diseret paksa oleh petugas keamanan. Sedangkan Sonia berdiri bersandar di mobil sambil menahan tangisnya melihat dua orang itu bersitegang.

"Dari tadi sore kita nyariin lo kemana-mana!! Dihubungin nggak bisa! Rara juga nggak bisa dihubungin! Asal lo tau, hari ini adalah hari terakhir pengumpulan video buat syarat registrasi lomba itu Vin!!!" Ucap Dimas menahan emosi.

Davin mencengkram kuat sisi-sisi mobil untuk membantunya tetap kuat berdiri. Perih di sekitar mulutnya membuatnya sulit berbicara. Apa maksud Dimas?

"Lo bilang mau berjuang buat studio!! Kita dukung Vin! Kita berusaha sama-sama! Kita mati-matian cari lo supaya bisa bikin tuh video malam ini juga! Sialan juga si Rara, manajer nggak becus!! Masa dia nggak tau info ini?!"

Davin kehabisan kata untuk menanggapi kenyataan mencengangkan ini. Emosinya pada Dimas perlahan surut. Kepalan tangannya mengendur, tak lagi ingin membalas dengan tinju. Kepalanya terasa berputar-putar.

"Tapi, yang bikin kita kecewa setengah mati itu, Ara sekarang di UGD karena kecelakaan tadi sore waktu berusaha nyariin lo! Dan ternyata...si brengsek ini lagi sibuk nyium-nyium tangan cewek di restoran," ujar Dimas dengan nada mencemooh. Ia memalingkan wajahnya, merasa muak dengan sosok di depannya.

Davin terbelalak. Seketika perihya tak lagi terasa, tubuhnya mati rasa. "Apa maksud lo?" Matanya menatap Dimas penuh cemas.

"Ara kecelakaan, kekurangan darah, sekarat. Demi X-Blitz, demi studio, demi bangs*t macem lo. Sedangkan lo di sini pacaran sama Sonia. Puas? Lanjutin sana acara lo," jawab Dimas sekilas melirik Sonia yang kini sudah menangis tertunduk. Kemudian ia berbalik dan berjalan menuju mobilnya.

Sebelum ia meraih gagang pintu, Davin menarik bahunya, memaksanya berbalik. "Di rumah sakit mana?" Tanyanya parau.

Dimas tersenyum sinis. "Nggak perlu repot-repot. Kasihan tuh cewek lo, lanjutin aja. Lagian, gue khawatir Ara makin parah setelah ngeliat muka lo."

Sebuah tinju mendarat di pipi kanan Dimas sebelum sempat ia sadari kedatangannya. Davin kini berapi-api, tatapannya membunuh.

"DIMANA RUMAH SAKITNYA SIALAN!!!!" Bentaknya sambil mencengkeram kaos Dimas. Suara robekan terdengar karena kuatnya cengkeraman itu.

Dimas melepaskan kasar tangan Davin. "Over my dead body." Bisiknya dingin. Kemudian ia berbalik dan membuka pintu mobil. Meninggalkan Davin yang terdiam di tempat menahan ledakan emosi.

Ia mengacak rambutnya dan menendang sisi mobil Dimas ketika mobil itu mulai bergerak meninggalkan parkiran. Sambil setengah berteriak, ia melepas dasinya dan membuangnya begitu saja.

Sonia hanya menangis menatap Davin yang berjalan menuju mobilnya dan pergi tanpa sedikitpun memandangnya.

Davin mengejar Dimas. Dua mobil beriringan dengan kecepatan tinggi seperti melayang membelah jalan raya. Umpatan demi umpatan tercecer pada apa saja yang menghalangi jalannya.

Mulai malam itu, X-Blitz tak lagi sama.

***
Davin kini sudah berada di rumah sakit, hasil membuntuti mobil Dimas.

The Windows of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang