First Day School

18 3 0
                                    

For my dearest readers, happy reading :)

"Never pretend to a love which you do not actually feel, for love is not ours to command."
-- Alan Watts --

"Mandaaaaa, cepet turun! Udah mau jam tujuh!" Ayahnya berseru tak sabar dari ruang tamu. Membuat Manda bertambah panik karena tak segera menemukan dasinya.

"Astaga, dimana sih kamuu," keluhnya pada diri sendiri sambil membuka seluruh laci dan almari dengan panik.

Hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah. Secercah rasa gugup sedikit membuncah dadanya.

Ia menghembuskan napas lega ketika melihat barang abu-abu itu terselip di antara barang lain di laci bawah jendela.

Ia menatap dasi itu ragu. Bagaimana cara memakainya?

"Mandaaaaaa!!! Kamu belum sarapan juga!!!"

"Iya ayah, Manda turunn!!"

Masa bodoh dengan dasi. Ia mengantonginya di saku rok dan segera memberesi jendela yang masih terbuka.

Matanya membulat melihat apa yang ada di depannya. Di kamar seberang. Cowok itu menatapnya sambil menyunggingkan senyum nakal. Astaga, kenapa dia suka tersenyum seperti itu?

Mata Manda mendarat ke tubuhnya yang shirtless dan hanya memakai boxer. Cowok itu sedang memakai deodorant. Manda menggeleng kepalanya cepat. Ia harus segera turun, bukannya malah mematung seperti anak kecil melihat burung kakaktua di sangkar.

Manda buru-buru menutup jendelanya. Jam berapa sekarang? Kenapa cowok itu masih santai?Apa dia sekolah?

Dan segala pertanyaan yang tiba-tiba memberondong otaknya membuatnya terkejut. Apa pedulinya?

***

Manda masih sibuk dengan burger dan kentang yang dibeli lewat drive thru ketika ayahnya menjelaskan tentang kelas yang harus ia datangi.

"Kelas Bahasa 5 ya, jangan lupa. Pulangnya kamu telpon, nanti ayah jemput."

Manda hanya mengacungkan jempolnya sambil menggigit burger. Astaga, ia lapar sekali.

Sesampainya di depan pintu gerbang, Manda hanya memandangi gedung megah di dalamnya dari dalam mobil.

"Kamu bisa Manda." Ayahnya meyakinkan sambil meremas bahunya,  seolah memberi kekuatan.

Oh ya, ia pasti bisa. Masa bodoh dengan yang lalu-lalu. Sekarang adalah sekarang. Tak baik memakai gaun lama yang lusuh di acara malam tahun baru.

Ia pun membuka pintu dan turun. Setelah melambaikan tangan pada ayahnya, ia segera memasuki gerbang.

Apa kabar sekolah umum? Semoga kau lebih ramah sekarang. Gumamnya dalam hati.

Sekolah ini besar. Manda celingukan ke kanan dan ke kiri, bingung mana yang harus dipilih. Terlihat murid-murid lain agak berlarian  melewati Manda. Well, ini hampir pukul tujuh.

Sesaat kemudian ia tau bahwa ia harus bertanya, ketimbang tak melakukan sesuatu. Tapi siapa? Orang-orang terlihat sangat sibuk sekarang. Lagipula, ia gugup untuk memulai percakapan.

Akhirnya ia mengambil arah kanan. Apa kanan selalu baik? Ya daripada hanya berdiri tak melakukan apapun.

Ia menyusuri koridor di depan deretan kelas-kelas sambil mengingat 'Bahasa 5'. Matanya memeriksa satu per satu tulisan ruangan yang terpajang di atas pintu-pintu.

The Windows of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang