"Can't fight this love. Can't fight this energy. It's natural. It's taking over me."
-- Can't fight this love, Austin Mahone ---------------
"Vin, gue ngerasa kayak pernah liat tuh siput," celetuk Rara memecah keheningan di mobil Davin."Siput?"
"Si tulalit Manda!"
Davin hanya diam mendengar sebutan itu. Matanya nyalang ke jalanan depan. Tak menyadari bahwa pegangan tangan kanan di setirnya menegang hingga memunculkan urat nadinya.
"Iya nggak sih Vin? Kayak pernah tau nama Manda dulu," sambungnya. Dahinya berkerut samar menggali memori.
Davin mengedikan bahu cuek. Merasa malas mendengarkan Rara yang sejak tadi membicarakan dan mencemooh Manda. Davin menambah kecepatan mobilnya, tak sabar menurunkan gadis itu ke rumahnya.
"Ra, gue ngerasa lo berlebihan tadi," ucap Davin tanpa memandang lawan bicaranya.
Rara menoleh dan menyernit bingung. "Berlebihan gimana?"
"Kejadian di kantin tadi. Lo nggak perlu pake acara numpahin makanan. Tinggal bilang aja dia salah duduk." Sarannya tenang. Mencoba untuk terdengar tidak membela.
Rara menaikkan alis bingung. "Lo belain dia?"
"Nggak."
"Plis Vin buka mata lo! Gue tuh cuma nggak suka tingkahnya yang nantang! Masa anak baru berani banget kayak gitu, mana diajak ngomong lemot lagi. Bikin emosi." Cerocosnya berapi-api. Tentu ia tidak akan mengatakan alasan sebenarnya, soal Manda yang mungkin menggenggam rahasia gelapnya.
"Tapi lo berlebihan."
"Lo belain dia."
"Terserah."
"Sejak kapan selera lo turun drastis gini?"
Davin menautkan kedua alisnya sambil tergelak ringan. Tak menyangka pertanyaan itu terlontar. "What? gue cuma bilang lo berlebihan."
Rara mendengus. "Terserah lo. Gue nggak mau aja lo sampe bergaul sama tuh siput. Pikirkan reputasi Vin! Satu sekolah udah nge black list dia soalnya."
"Emang gue bilang mau bergaul sama dia?"
"Gue nggak pernah liat lo peduli sama apapun yang gue lakukan, kecuali tadi."
"Terserah lo deh Ra." Ujar Davin lelah.
Kemudian keheningan kembali merayap. Berkutat dengan pikiran masing-masing.
Di sela-sela renungannya, Davin mencemooh diri sendiri. Benar kata Rara, sejak kapan ia peduli soal kelakuan Rara? Kenapa ia begitu memusingkan kejadian tadi? Davin menggelengkan kepalanya, ada yang salah dengan otaknya.
Gue cuma kasihan sama tuh bocah.
Benarkah? Kenapa peduli?
Kenapa gue peduli?
"Napa lo Vin?" Tanya Rara kaget melihat Davin tiba-tiba memukul setir keras.
Davin melirik sekilas. Cukup terkejut dengan dirinya sendiri. "Nope."
Rara mengerutkan dahi, mengabaikan tingkah aneh Davin. Kemudian kembali pada pikirannya yang sibuk merancang ulang rencananya yang tadi gagal total.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Windows of Love
Teen FictionTHE WINDOWS OF LOVE . . . Through the window, I meet your gaze Through the window, Everyday i'm healed Through the window I find my sunshine So please, open your window for me And let me love you... -------