"We might not know why, we might not know how, but baby tonight, we're beautiful now."
-- Beautiful now, Zedd ft Jon Bellion ----------
Waktu sudah hampir menyentuh pukul tiga. Tapi dua orang berseragam putih abu-abu itu seakan sudah lupa apa itu waktu dan jam. Sejak awal tadi, total sudah tujuh wahana mereka jajal.Sejak awal kepindahannya di ibukota, mungkin ini adalah menit-menit dimana ia kembali ingat caranya tertawa. Dan kini, sosok Davin di matanya tak lagi sama.
Davin mengulurkan tangannya mendekat ke wajah polos Manda. Sapuan ringan telunjuk lentik cowok itu membuat Manda menghentikan kegiatan menjilat es krim stroberinya.
"Cemong," katanya santai sambil kembali menjilat es krim miliknya sendiri dan kakinya masih terus mengayuh perahu air. Mereka kini sedang dalam wahana istana boneka sambil menikmati es krim.
Manda mengerutkan dahi berpikir. Rasanya seperti di sudut bibirnya malah ada es krimnya setelah di sentuh Davin tadi. Manda mengusapnya, dan benar, krim coklat jelas milik Davin. Cowok itu mengerjainya.
Tanpa banyak berpikir ia mendorong cone Davin hingga kini hidung dan mulut cowok itu berlumuran es krim coklat.
Davin terdiam sejenak. Kemudian melirik gadis di sampingnya yang sudah kembali berkonsentrasi dengan es krimnya sambil menahan tawa.
"So, you wanna play hard huh?"
Baru saja Manda hendak menoleh, pipi kanannya sudah berlumuran krim dingin. Tawa puas pecah setelahnya.
"Kamu yang mulai!" Omel Manda
Kesal, ia mencolek es krimnya ke wajah cowok itu lagi. Tapi ia kalah cepat, pergelangan tangannya kini tertahan.
"Lo lebih nakal dari yang gue kira," katanya dengan seringaian.
Manda terus mengusahakan tangannya agar bisa lepas, tapi kemudian tangannya yang bebas yang memegang es krim langsung menerjang dahi cowok itu.
Manda tertawa puas. Davin sekarang sudah mirip badut yang tersesat di istana boneka. Jadi, perahu air mereka terhenti di tengah perjalanan. Untung saja tak ada pengunjung lain, sehingga perahu mereka tak terlalu menghalangi.
Davin berusaha merebut cone di tangan Manda, sedangkan cone miliknya sudah terjatuh tadi. Keributan dan tawa menggema di wahana sepi itu. Secara natural, Manda sebagai seorang wanita memang keras teriakannya ketika Davin menyerang. Sekali lagi, untung mereka sendirian di sana.
"Eh lo teriaknya kayak mau gue apain aja! Ntar gue diseret keluar sama satpam, lo mau pulang sama siapa?" Katanya geli sambil masih meraih-raih tangan Manda yang terangkat tinggi-tinggi.
"Abisnya kamu brutal! Udah Vin! Kamu juga yang mulai! Kita impas!"
Dan es krim Manda terjatuh di air. Great.
Posisi Davin kini menjepit Manda. Dan Manda bisa mencium dengan jelas aroma khas cowok itu menyeruak kembali membangunkan saraf-saraf seluruh panca inderanya. Dan satu lagi organ yang tak bisa diajak berkompromi, jantung.
Detik-detik itu mereka hanya terdiam dalam posisi yang tak lazim. Mata Davin bergantian menatap air dan pipi mulus yang hanya berjarak dua senti darinya kini. Tertegun, antara es krim yang mencemari air dan instrumen berantakan yang mengguncang dadanya kini. What the hell is wrong with me?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Windows of Love
Teen FictionTHE WINDOWS OF LOVE . . . Through the window, I meet your gaze Through the window, Everyday i'm healed Through the window I find my sunshine So please, open your window for me And let me love you... -------