Let me close the Window

19 3 0
                                    

How's life guys? Keep calm and check this out, happy reading :)

"Life is a marshmallow, easy to chew but hard to swallow."
-- Alberto Nikas --

"Kita harus cepat cari pembantu," celetuk ayah Manda di sela-sela makannya.

Manda hanya terdiam tak menggubris. Steak di depannya lebih menarik untuk diladeni.

Malam itu ia dan ayahnya kembali ke restoran steak yang sudah ia kunjungi beberapa kali akhir-akhir ini. Sejak kepindahannya, ayahnya selalu sibuk di kantor sehingga hanya meninggalkan buah dan sereal di rumah, malamnya mereka selalu makan di luar.

"Ini demi menghemat pengeluaran. Bisa bangkrut ayah kalau tiap hari kamu maunya makan di restoran mewah kayak gini terus." Sambung ayahnya terdengar frustasi.

Manda masih tak bergeming. Oh astaga, steak ini enak sekali...

"Manda, ayah sudah memutuskan sesuatu. Dengarkan!" Perintah ayahnya tiba-tiba sambil meletakkan pisau dan garpunya. Wajah seriusnya membuat Manda menghentikan tangan-tangannya juga.

"Ayah harap kamu mengerti. Ayah yakin kamu kuat. Ayah sudah mendaftarkan kamu ke sekolah umum." Ujarnya setenang mungkin.

Duarrr...

Apa kata ayahnya? Kenapa kepalanya mendadak seperti berputar-putar? Entah kenapa paru-parunya seperti penuh dengan asap sekarang. Manda mematung. Organ tubuhnya seperti mati tak bergerak. Kemudian terdengar dentingan pisau dan garpu terjatuh di piring, hingga beberapa pengunjung langsung menoleh padanya. Detik itu, ia bagaikan terperosok ke lubang hitam yang dalam.

"Ayah yakin kamu bisa, sayang. Kamu sudah besar, nggak ada lagi kejadian seperti dulu, karena teman-teman kamu kan sudah dewasa semua. Ini demi menghemat pengeluaran kita juga Manda, sekolah umum jauh lebih murah."

"Ta...tapi ayah..."

"Pahami ayah, Manda. Ekonomi kita sedang terpuruk. Kalau tidak seperti itu, ayah pasti tetap ingin kamu homeschooling. Tapi ayah percaya, kamu bisa."

Mendadak kelopak matanya terasa berat. Apa air matanya sudah mau tumpah? Ia buru-buru meraih tisu makan di depannya.

"Namanya SMA Ray Radolph. Hari Senin depan kamu langsung masuk. Jadi, seminggu ini kamu siapkan semua keperluannya. Ayah yakin kamu bisa, Manda." Jelas ayahnya sendu. Ketidakberdayaan kentara di wajahnya yang mulai menua. Sebenarnya, Raharja juga tak tega. Tapi tak ada yang bisa dilakukan demi menyelamatkan perekonomian dan juga Manda yang tetap bisa mendapatkan ijasah SMA.

Sepanjang sisa acara makan malam itu Manda hanya diam sambil mendengarkan seluruh intruksi ayahnya perihal sekolah. Steak di depannya pun mendadak tak menggugah seleranya lagi. Ia hanya ingin semua ini segera berakhir dan menangis sepuasnya di kamar.

Dan ketika ayahnya menyudahi makan malam itu, Manda langsung menghembuskan napas lega. Ia sudah tak tahan lagi untuk menumpahkan air mata yang memberatkan kantong matanya. Jadi ia terus menunduk di sepanjang jalannya menuju tempat parkir.

"Aww..."

"Maaf...maaf!" Ucap Manda spontan begitu sadar dirinya telah menabrak seseorang.

"Kalo jalan liat depan dong mbak! Kalo ada mobil gimana? Mau ketabrak?" Omel seorang perempuan di samping orang yang ia tabrak.

The Windows of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang