Hai guys, happy reading :)
"I realized i was thinking of you and i began to wonder how long you'd been on my mind. Then it occured to me. Since i met you, you've never left."
-- unknown --"Anyway, kamu kenapa tiba-tiba dateng? Kangen?" tanya Davin setelah melepaskan ciumannya, seulas senyum menggoda membuat Vera menyikut perutnya.
"Aww, sakit babe...!" erangnya sebelum kembali merengkuh gadis itu.
"Kamu sih, ge-er nya nggak ketulungan!" Sahutnya tanpa bisa menyembunyikan senyumnya. Astaga, mudah sekali ia melepas maaf untuknya. Padahal ia sudah tahu tabiat cowok itu di sekolah. Ia menelan ludah dalam-dalam, mulai sekarang, ia harus siap tersakiti lagi, entah kapan, tapi hari itu akan datang cepat atau lambat. Untuk sekarang, ia hanya ingin menikmati kasih sayang yang ditawarkan cowok itu.
"Lho terus ngapain kamu kesini kalo nggak kangen? Aku kan udah bilang, kalo kangen telepon aja, ntar aku dateng. You know my mom babe..."
"Aku kira kamu sendirian. Biasanya kalo Minggu kamu sendirian."
"Tadi malem mama barusan dateng. Besok-besok jangan kayak gini oke? Kamu nggak mau kan hubungan kita kandas?"
"Hmmm oke...tapi kenapa nggak bisa kamu kenalin aku ke keluarga kamu aja?"
Davin masih memeluk Vera ketika pandangannya menangkap sepasang manik mata hitam di seberang ruangan. Kedua pupil itu membesar dan menatapnya horor.
Wajah gadis itu pucat pasi seperti habis melihat hantu. Tubuhnya tak bergerak sedetikpun. Hanya beberapa helai rambut hitam sepunggungnya melambai-lambai karena angin.
Davin mengerutkan kening. Detik itu ia sudah tak sadar dengan ucapan Vera. Otakknya fokus pada sosok rapuh yang berdiri dari balik jendela kamar sebelah. Bukan apa-apa, entah kenapa otaknya sedang mencari sesuatu. Barang lama yang sudah ia kubur pelan-pelan. Tapi apa? Ia tak ingat.
Untuk waktu yang cukup lama mereka berpandangan, sebelum akhirnya Davin kembali mengecup Vera dan melemparkan senyum isengnya pada gadis di seberang. Benar saja, wajah pucatnya memerah. Membuat hati Davin terkikik geli.
"Oi Vin! Kamu dengerin aku nggak sih?" Tanya Vera kesal karena Davin tak menyahutnya sangat lama.
"Hm?"
"Apa sih yang kamu lihat?" Tanyanya penasaran kemudian berbalik ke arah pandang Davin.
Davin menghembuskan napas lega. Tirai jendela itu sudah tertutup, tepat saat Vera hendak berbalik.
"Bukan apa-apa, rumah sebelah udah laku ternyata," gumam Davin sambil meraih pergelangan tangan Vera.
"Mau kemana?"
"Kemanapun kamu mau baby," ucapnya sebelum meraih kunci mobil dan membawa Vera keluar kamar.
Untuk kali ini tak apa hari Minggunya terinterupsi, demi memperpanjang umur hubungannya dengan Vera. Seulas senyum bangga merekah di wajahnya, well, ia menang lagi.
***
"Cukup guys, break dulu," komando Davin sambil mematikan musik.Mereka berempat, Davin, Ara, Dimas, dan Naro langsung merapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Windows of Love
Teen FictionTHE WINDOWS OF LOVE . . . Through the window, I meet your gaze Through the window, Everyday i'm healed Through the window I find my sunshine So please, open your window for me And let me love you... -------