Ceritanya beda ga sih sama yang dulu? Idenya sama kok cuman adegannya yang berubah, kalau yang awal aku terlalu takut untuk mendeskripsikan semuanya, tapi disini, akan lebih terinci.
Hubungan joy sama sehun dulu kan emang ga baik, jadi disini tetap ga baik. Sehun masih tetap punya anak juga. Sehun tidak ingin anaknya dekat dengan Joy? Ya, masih seperti itu.
Tak ada yang berubah point pentingnya, hanya adegan saja dan cara penyampaiannya.
Maksudnya gaya penulisan aku akan seperti di Black Pearl. Yang tidak tau Black Pearl, baca gih.
Pada sadar ga sama yang dulu cara nulis aku? Lebih enakan mana?
Silahkan tinggalkan jejak kalian jika ingin ini lanjut.
~~~~''''~~~~''''~~~~''''~~~~
"Pagi Leoni. "
"Pagi ma, mama akan pergi bekerja? "
"Ya sebentar lagi. "
Leoni mendesah dan itu tidak luput dari pandangam Joyana, "Ada apa? "
"Ada rapat orang tua di sekolah nanti jam sembilan, aku tidak ingin memberitahu papa karena percuma,
he won't come. ""Dan kamu menginginkan aku untuk datang ke rapat itu? "
Leoni mengangguk membuat Joyana terdiam. Jam sembilan dan itu waktunya dia harus bekerja di cafe milik temannya-Taeyong. Sangat susah sebenarnya untuk meminta ijin pada Taeyong walaupun dia tau, temannya itu tidak akan pernah keberatan.
"Mama will come?"
"Can I reject it?"
Leoni menggeleng membuat Joyana tersenyum dan mengacak rambut Leoni gemas, "Kalau begitu aku akan datang. "
Joyana yang menyadari kedatangan Sehun memilih diam dan ikut duduk di depan Leoni, rutinitas mereka di pagi hari-sarapan bersama. Sebenarnya Joyana merasa tidak nyaman, dia memilih menyelesaikan sarapannya dengan cepat dan beranjak pergi meninggalkan dua orang yang baru saja menjadi keluarganya.
Joyana berjalan ke arah taman belakang dan berjongkok melihat bunga mawar yang sudah mekar. Dia tersenyum dan menjulurkan tangannya-berniat untuk memetiknya.
"Aku masih ingat untuk menyuruhmu don't touch anything yang ada di rumah ini. "
Joyana menarik kembali tangannya dan menoleh ke arah Sehun yang memandangnya datar, "Aku lupa! "
"Apa yang Leoni minta padamu? "
"Dia menginginkan aku untuk datang ke rapat orang tua murid. "
"Kamu tidak perlu datang kalau begitu. "
"Kenapa? "
"Jangan bersikap seakan kamu ibunya Joyie, kamu harus tau your own limits."
Lagi,
Pria itu selalu mengatakan hal tidak penting. Mempermasalahkan hal tidak penting dan semua hal tidak penting lainnya.
"Kalau begitu kamu yang akan datang? Setidaknya if I don't need to act like her mother, kamu bisa bersikap seperti ayah yang memperhatikan anaknya bukan? "
"Ya dan kamu tidak perlu mengajariku. "
Joyana mengendikkan bahunya, "When it's finished, tidak ada yang perlu dibahas. "
Joyana berjalan meninggalkan Sehun tapi sayangnya langkahnya terhenti saat pria itu menarik lengannya.
"Kemana kamu akan pergi? "
"Aku pikir ini diluar kontrak, I don't need to tell you anything I have to do. Bukankah isinya begitu? Mengabaikan satu sama lain. "
Joyana melepas tangan Sehun dan berjalan menjauh.
***
"This is not fair Joyie, kamu sadar kan? "
"Aku sadar dan aku tidak peduli. "
"Kalau begitu pisah dengannya! This bastard hanya akan membuatmu seperti idiot. "
Joyana menghela nafas dan memandang Taeyong dengan lemah, "Dia bilang akan menyelesaikan ini semua dengan cepat. "
"You believe?"
"..."
"Kamu bahkan meragukannya. "
"Apa kita harus membahasnya? Ada banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan Ti. "
Taeyong terdiam dan tersenyum kecil saat mendengar Joyana memanggilnya Ti-nama yang hanya Joyana berikan untuknya.
"Pekerjaan kamu bisa menunggu, cukup jawab pertanyaan aku Joyie. Do you trust him? Pria brengsek itu? "
"Pria brengsek yang kamu maksud itu suami aku Ti. And no, I don't trust him at all. "
Taeyong mengangguk, "Dan jangan mencintainya. "
Because I love you.
KAMU SEDANG MEMBACA
FINE
Romance"Jangan mencintai kalo takut sakit hati. Pernah denger kalimat itu kan? tidak masalah kalo lu sakit hati, karena yakinlah nanti juga lu bakal nemuin obat buat sakitnya. " -Joy