04

1.4K 233 25
                                    

"Kamu mengingkarinya! "

"Aku ada meeting penting. "

"Lebih penting daripada anak kamu? "

Sehun mendesah dan membalikkan badannya menghadap Joyana, "Apa yang kamu inginkan dari pembicaraan tidak penting ini? "

"Kepedulian kamu pada Leoni. "

"Aku sudah melakukannya. "

Ini pertama kalinya mereka bertengkar. Jika Sehun tidak peduli padanya, Joyana mengerti itu karena jelas dia bukan siapa-siapa pria itu. Tapi Leoni? Dia anaknya-tapi Sehun lebih memilih meeting daripada rapat orang tua murid.

"Tidakkah kamu sadar dengan apa yang kamu lakukan Sehun? Kamu membuat Leoni menjauh darimu. "

Sehun mengernyitkan dahinya, "Itu terjadi jika kamu melakukan sesuatu Joyana. Dari awal aku sudah menyuruhmu untuk tidak dekat dengannya. "

Selalu menyalahkannya.

Joyana mendecih. Pembicaraan ini tidak akan pernah selesai jika salah satu diantara mereka tidak ada yang mengalah.

Joyana memilih untuk mengambil kunci mobilnya dan pergi keluar. Dia tidak akan tidur di rumah ini sekarang. Rumah Chandra adalah pilihannya.

"Mau pergi kemana? "

"Bukan urusanmu. "

"Aku tidak mengijinkanmu untuk keluar. "

"Aku tidak meminta ijinmu untuk melakukan apa saja yang aku inginkan. "

"Joyana, jangan menentangku! "

Joyana menatap Sehun dengan rahang mengeras, "Aku tidak pernah peduli dengan kamu yang memberikan aku ijin atau tidak. Mari kuperjelas disini, kita hanya terikat dengan pernikahan kontrak sialan ini, kamu tidak berhak atas diriku. "

"Bagaimana jika aku membuat diriku sendiri berhak atas diri kamu? "

Joyana menggeleng, "Aku tidak pernah menginginkan kamu Sehun. Jadi jangan bermimpi tentang itu! "

"Kamu mencari masalah denganku Joyana! "

Joyana menegang saat Sehun menarik pinggangnya untuk lebih mendekat. Dia menarik tengkuk Joyana dan tersenyum meremehkan karena Joyana hanya diam kaku. Dia mencium bibir istrinya dengan pelan sebelum memagutnya dengan intens.

Sehun melepasnya saat Joyana membutuhkan pasokan udara untuk paru-paru nya, "Masih tidak menginginkan aku? "

Joyana melepaskan diri dan menunjuk Sehun dengan jari telunjuknya, "Dari awal aku tidak pernah menginginkan kamu. Kita sama-sama tidak pernah menginginkan ini."

"Pembohong. "

Joyana mengerutkan dahinya bingung.

"Aku tidak bohong. "

"Mau aku buktikan? "

"Apa maksudmu? "

"Begini-"

Satu kesalahan Joyana malam ini adalah dia terus berdebat dengan Sehun. Seandainya dia tidak melakukannya maka dia tidak perlu mengerang saat pria itu mencium ceruk lehernya.

Joyana tidak tau dia harus apa. Sehun melakukannya dengan sangat baik dan tenang. Mencium lehernya dan menyentuh bagian tubuhnya.

Joyana menginginkannya-lebih dari hal konyol yang sekarang mereka lakukan.

Bodoh kamu Joyana, ayo hentikan ini!

Tapi sayangnya Joyana tidak bisa melepaskan diri. Dia membiarkan Sehun melepas bajunya dengan sekali tarikan. Pria itu tidak peduli, dia bisa membelikan Joyana baju lainnya.

"Apa yang kamu inginkan? "

"..."

Joyana tidak menjawabnya, dia memilih memejamkan matanya saat tangan Sehun bermain di dada nya dan daerah sensitifnya.

"Jawab aku Joyana! "

"Kamu! "

"Ulangi! "

Joyana menggeram, dia benci ketika harus mengulangi hal yang sama.

"Aku ingin kamu, di dalam aku! "

"..."

"..."

"Tidak ada jalan untuk kembali kalau begitu! "

Dan saat itu juga Joyana tau dia tidak bisa lepas dari Sehun, pria itu melakukannya-pertama semenjak pernikahan mereka.

FINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang