"Eunggghhh.... "
Joy melenguh, mengucek matanya pelan, dan mendudukkan dirinya di atas kasur. Dia bangun dengan kepala yang sedikit pening.
Matanya menoleh ke atas nakas, menemukan jam weker yang sudah menunjukkan jam 8.
Dia telat untuk berangkat ke sekolah tapi ntah kenapa dia merasa biasa saja. Lagian, tidak ada kelas yang akan ia ajar. Jadi bisa lah dia berlama-lama dulu.
Matanya menelisik ke sekeliling kamar. Mencoba mengumpulkan kesadarannya yang tercecer dimana-mana.
Kok beda? Warna seprai juga beda.
Joy memutar kepalanya ke arah kamar mandi karena mendengar suara pintu terbuka, dan disana sehun sudah keluar hanya dengan balutan handuk yang menutupi pinggang sampai pahanya.
Joy mengerjap beberapa kali. Karena mendapati sehun di dalam kamarnya.
Eh kamarnya bukan sih?
"Sudah bangun? "
Joy mengangguk, ntah kenapa lidahnya kelu untuk menjawab. Siapa yang bisa menjawab dengan lancar ketika mendapati seorang pria di dalam kamarmu, padahal hari biasanya hanya seorang diri di kamar.
Tunggu, kalo sehun disini, berarti ini kamarku apa bukan? Ya salam, bingung.
"Minum obat disampingmu, untuk menghilangkan pening akibat mabuk. "
Joy mengambil apa yang diperintah sehun setelah pria itu berbalik ke arah ruangan yang dipenuhi dengan baju.
"Apa aku mabuk parah semalam? "
Yah joy tidak bisa diam saja disini, dia canggung. Karena faktanya, dia sekarang berada di kamar sehun.
"Menurutmu? "
"Kurasa iya. "
Joy menunduk beberapa saat, dan baru disadarinya dia sudah berganti pakaian. Bukan gaun yang dipakainya semalam.
"A... Apa kau mengganti pakaianku? "
Sehun tersenyum miring dan melangkah mendekat ke arah joy.
"Menurutmu siapa yang akan membawamu kesini dan mengganti pakaianmu itu? "
Joy menelan ludahnya mendapati sehun yang menatapnya. Segera diambilnya selimut untuk menutupi seluruh badannya, dan memilih mendorong sehun karena menghalangi jalannya.
Joy tidak sadar bahwa sehun jatuh terjerembab ke lantai.
Yah, joy lari dari sehun. Menyeret tubuhnya yang dililiti selimut menuju kamarnya. Padahal pakaiannya masih lengkap.
Ada apa dengannya? Kenapa mengerikan seperti itu?
Joy bergidik karena sikap sehun yang berubah. Tiba-tiba menjadi baik. Lalu berubah lagi jadi menyebalkan. Macem anak perawan yang lagi labil.
Joy hanya takut seperti seminggu yang lalu, membuat hatinya tidak karuan.
Joy bergegas untuk membersihkan diri, melupakan sikap abstrak sehun. Seperti rumus matematika yang sering dipelajarinya.
Baru saja joy menenggelamkan badannya diantara busa yang melimpah, kejadian semalam melintas dibenaknya.
Dia mendesah frustasi karena mengingat jelas apa yang dilakukannya.
Aku menciumnya duluan, astaga ada apa denganku? Minuman jahannam itu seharusnya tidak beredar. Itu bahkan memberikan efek negatif pada manusia. Bisa tidak sih mereka menyediakan jus alpukat saja, lebih baik buat tubuh.
Joy berdiri karena acara berendamnya sudah selesai dan melilitkan handuk pada tubuhnya.
Menatap dirinya pada cermin untuk sesaat dan berlalu. Tapi dahinya mengernyit mendapati sesuatu yang aneh.
"Astaga, bahkan ditempat pesta itu ada serangganya. Kenapa mereka tidak mencari gedung yang bersih tanpa serangga?! "
Joy kesal mendapati lehernya yang memerah sedikit. Serangga menyebalkan itu kenapa harus memilih lehernya coba, kan ada tempat yang lain.
Hari ini joy benar-benar bingung, sehun yang ntah kenapa sikapnya jadi berubah dan jina yang tidak masuk sekolah. Karena joy tidak masuk maka jina pun ikut tidak masuk.
"Seharusnya jina masuk. " joy memberikan omelet yang baru di masaknya pada gadis kecil itu, dan memberikan yang sama pada sehun.
Pria itu benar-benar berbeda hari ini, dia menyempatkan dirinya untuk sekedar sarapan bersama jina dan joy. Yah joy kaget mendapati sehun yang duduk manis bersama jina tengah berbincang sesuatu ketika dirinya turun menuju dapur.
"Mama kan gak masuk, jadi jina ikut. "
Joy menghela napas, apa jina akan ikut kalo dirinya terbang ke jurang? Halah, mana bisa terbang juga, dikira burung kali.
"Ma, kenapa leher mama merah? "
Joy memegang lehernya dan tersenyum pada jina."Oh ini, sepertinya digigit serangga tadi malam. "
Sehun yang mendengar jawaban joy tersedak tiba-tiba. Joy mengulurkan segelas air pada sehun, yang langsung diminumnya.
"Papa baik-baik saja? "
Sehun tersenyum menenangkan pada jina. Diliriknya jam mewah yang melingkar dipergelangan tangannya.
"Aku harus pergi. "
Joy mengangguk begitupun dengan jina. Mereka berdua mengantar sehun sampai di depan.
Ini pertama kalinya mereka melakukan ini, dan sehun tersenyum kecil mendapati dua perempuan berbeda umur itu mengikutinya dari belakang.
"Ah park joy, kurasa kau harus membeli handphone baru. "
Sehun membalikkan badannya menghadap joy yang mengerutkan kening tanda tak mengerti.
"Kenapa? "
"Karena aku menjatuhkannya semalam. "
Joy mengangguk paham, mungkin saja saat sehun membawanya pulang dia tidak sengaja menjatuhkannya.
"Aku berangkat. "
Sehun berlalu dari hadapan joy.
Sedangkan joy hanya melongo karena mendapati sehun yang berpamitan padanya. Dan ini adalah percakapan mereka yang lumayan panjang.
Otaknya ketinggalan di kamar mandi sepertinya. Apa perusahaan baik-baik saja sekarang karena bosnya yang mulai tidak waras?
Ntah kenapa joy merasa sehun sangat perhatian padanya. Mulai mengajaknya berbicara, yah walaupun sedikit. Tapi itu kemajuan buat joy.
Seulgi, apakah ini akhirnya? Apa dia sudah melihatku walau sedikit?
Joy masih ingat bagaimana dengan kerasnya seulgi memohon pada joy untuk menggantikan dirinya disisi sehun. Dan dengan keras juga joy menolak, hingga akhirnya dia luluh juga.
"Eh tunggu, lalu bagaimana aku menghubungi sekolah dan teman-teman kalo handphone rusak? "
Joy segera berlari dan mengecek keadaan hapenya yang rusak, membuka baterainya dan mengecek kartunya.
"Kenapa kartunya patah? "
Seneng banget yang udah gua kasik romance chap kemaren.
Ngaku lu pada yang kesenengan.
Btw, siapa yang pada cari takjil gratisan tiap sore selain gua?
Coba suholangkaya disini, pasti dengan sombongnya dia bakal ngelemparin itu takjil pake dolar juga.
Btw, voment yak.
Ttd.
Author baru bangun tidur yang kece
KAMU SEDANG MEMBACA
FINE
Romance"Jangan mencintai kalo takut sakit hati. Pernah denger kalimat itu kan? tidak masalah kalo lu sakit hati, karena yakinlah nanti juga lu bakal nemuin obat buat sakitnya. " -Joy