24

984 147 16
                                    

Sehun membaca ulang undangan di tangannya, di letakkannya undangan berwarna pink itu di atas meja. Sehun memejamkan matanya, memikirkan ulang langkah yang harus diambilnya.

Membawa sooyoung atau seperti biasanya. Sendirian tanpa pasangan. Sebenarnya bisa saja sehun membawa gadis manapun sebagai pasangan hanya untuk semalam, tapi dia terlalu malas untuk membawa makhluk cerewet yang meminta hubungan lebih.

"Menyedihkan heh... "

Sehun melirik ke arah chanyeol yang sudah duduk manis di depannya. Sehun kembali memejamkan matanya, "ada apa kesini? "

Chanyeol mencibir tingkah sehun yang cenderung tidak sopan, "sopan sekali pertanyaanmu ya adik ipar. "

Sehun mengedikkan bahunya, "aku selalu sopan padamu kakak ipar. "

Chanyeol menyesap susu kotak yang dibawanya, "sangat sopan sampai aku ingin menghajarmu. "

Sehun tersenyum kecil menyadari kekesalan iparnya itu. "Jadi, " sehun membuka matanya dan menegakkan badannya "ada yang ingin kamu ucapkan? Seperti peringatan yang biasanya kamu berikan. "

Chanyeol tertawa mengejek, "bagaimana kalau kita membahas tentang undangan pink yang diberikan Tiffany? "

Sehun melirik undangan itu, "kamu mendapatkannya juga? "

"Tentu saja tidak. "

"Seperti biasa, datang tanpa undangan heh. "

Chanyeol mengangguk bangga, "lupakan tentangku. Kamu harus membawanya. "

Sehun terdiam. Chanyeol menghela napas melihat iparnya yang seperti orang idiot sekarang.

Sehun bingung bagaimana caranya dia mengajak sooyoung. Mengajaknya atau memaksanya. Point ke dua adalah pilihan yang sehun coret. Mereka tidak berbicara selama beberapa hari dan sehun benci ketika dia hanya bisa melihat sooyoung dari jauh.

"Kamu terlalu lamban berpikir, bawa saja. Terlalu banyak berpikir bikin dia jauh oh sehun. "

~~~

Sooyoung menatap pantulan dirinya. Mini dress berwarna nude yang dipakainya melekat indah di tubuhnya. Sooyoung memilih menggerai rambut panjangnya.

Sooyoung mengangguk, memberikan semangat bahwa pilihannya sudah benar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sooyoung mengangguk, memberikan semangat bahwa pilihannya sudah benar. Tak ada yang salah.

"Sudah siap? "

Sooyoung mengangguk pada pria di sampingnya. Pria itu tersenyum kecil, "kamu cantik. "

Sooyoung hanya tersenyum menanggapinya. Mereka berjalan membelah jalan raya yang sudah malam. Sooyoung memandang keluar jendela. Pikirannya berkelana kemana-mana.

"Park sooyoung, mau keluar apa putar balik? Kita sudah sampai. "

Sooyoung menggelengkan kepalanya, "Tiffany akan memutuskanku sebagai ponakan kalau tidak datang. "

Sooyoung mengatur napasnya. Dia takut akan mempermalukan dirinya sendiri nanti di dalam. Sooyoung menoleh ke sampingnya, "aku baik-baik saja kan? "

"Tentu. "

"Tapi aku tidak baik-baik saja sekarang. Aku ingin pulang."

"Pulang sendiri ya, aku tidak sabar ingin makan gratis. "

"Yook sungjae. "

Sungjae tertawa. Dia menatap sooyoung gemas, lalu mengambil tangan sooyoung, "kamu cantik malam ini. Jadi, tidak usah grogi gitu. "

Sooyoung memicingkan matanya, "hentikan gombalanmu itu. "

Sungjae tertawa lagi.

Mereka berdua berjalan berdampingan memasuki ruangan yang sudah disulap menjadi tempat pesta mewah yang di dominasi warna pink. Tiffany style.

Sooyoung menatap ke sekeliling ruangan, banyak gadis yang terlihat glamour dan cantik. Tapi selebihnya mereka hanyalah sekumpulan makhluk yang saling menyombongkan diri. Dengan motto, aku lebih kaya dan segalanya darimu.

"Tidak bergabung dengan mereka? "

Sooyoung langsung mendengus, "aku gatal-gatal jika berdekatan dengan mereka. "

"Lihat, dia disana. "

"Selalu sempurna. "

"Aku ingin tidur dengannya. Taruhan, dia sangat pintar di ranjang. "

Sooyoung terbatuk mendengar ocehan gadis-gadis di sampingnya. Siapa yang mereka bicarakan?

Sooyoung menolehkan kepalanya ke arah pintu. Matanya memicing menatap pria dengan setelan jas berwarna hitam. Sooyoung menahan nafas dan segera memalingkan wajahnya.

Jangan sampai dia melihatku.

Sooyoung segera menyingkir, dia memilih duduk di meja yang sudah ditempati beberapa orang.

"Kamu datang lebih dulu hmm"

"Sehun, aku.... "




Voment kuy

FINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang