23

906 139 14
                                    

Sooyoung memandang chanyeol dengan lelah. Dua hari yang lalu dia sudah kembali dari kanada, setelah malam di rooftop dia dan sehun diam. Tak ada banyak pembicaraan yang mereka lakukan.

"Lo tau sesuatu tentang gua bang? "

Chanyeol mendongak menatap sooyoung dengan bingung, "maksud lo?  Gua ga paham. "

"Kanada dan arbatus, dua hal yang gua sukai dan hanya lo yang tau. Gimana caranya sehun tau tentang itu, dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya. "

"..."

"..."

"...."

"Lo mau bilang atau gua yang cari tau sendiri bang. Lo tau bang, gua kayak orang idiot setelah dari kanada. "

Chanyeol mengangguk, "lo emang idiot. "

Sooyoung mengerang kesal mendengar ucapan chanyeol, diambilnya bungkusan ice cream kosong yang sedari tadi ditaruk di ujung meja, "gua serius, lo yang ngasik tau sehun tentang gua?"

"Dia suami lo, wajar dia tau kan? " chanyeol membuka bungkusan puding yang dibelinya di alfamart depan kompleks rumah.

"Sejak kapan lo nganggep dia suami gua? Setau gua, lo orang pertama yang protes ketika dia mau nikahin gua. "

Chanyeol mengangguk dan mengunyah pudingnya, "gua emang protes waktu itu. Ketika lo beda. "

Sooyoung hanya mengangguk malas, "capek ngomong ama lo, gua pergi dulu. " sooyoung menatap bungkusan ice cream yang masih dipegangnya dan menyeringai.

"Park sooyoung, lengket semua baju abang ini. Astaga, punya adek kok kayak iblis sih kelakuannya. "

Chanyeol memprotes tindakan sooyoung yang asal melempar bungkusan ice creamnya. Sementara tersangkanya sudah tak terlihat. "Lo harus cari tau sendiri dek. "

~~~

Sooyoung mengaduk bakso di depannya dengan bosan. Wendy hanya mengendikkan bahunya tak peduli seakan itu memang kebiasaan sooyoung yang baru muncul dalam beberapa hari.

"Lama-lama gua males makan juga. Kenapa lagi lo? Katanya abis jalan-jalan ke kanada, oleh-oleh aja ga bawa ini malah disodorin muka asem lo. Heran gua. "

Sooyoung menghela napas lelah, lalu menambah sesendok sambal lagi. Wendy menatap ngeri warna bakso yang merah karena kebanyakan sambal.

"Gua yakin abis ini lo bakal jadi orang Setia buat bolak balik kamar mandi. "

"Gua... "

"...."

"Gua bingung. "

"Kenapa? "

Sooyoung menggeleng, "gua ga tau. "

"Terjadi sesuatu di kanada?  Gua pikir lo aneh setelah dari kanada. Dan sebenarnya gua punya pertanyaan besar buat lo. "

"Kanada, itu yang gua bingungin. "

Wendy mengendikkan bahunya, menyendok baksonya dan mengunyahnya dengan santai. "Lo bisa cerita ke gua. Btw, lo serius bininya bos gua? Maksud gua, selama ini gua ngefans sama laki orang gitu? "

"Perlu gua bawa surat nikah gua? "

Wendy menggeleng dengan lesu, "lo tau? " wendy menunjuk sooyoung, "kalo di kantor suami lo adalah milik bersama? Banyak yang rebutin karena setau mereka itu bos belom ada bininya lagi. "

Sooyoung mengangguk lalu menyantap baksonya dengan malas, "gua tau. Kalopun itu cewe cakar-cakaran karena ngerebutin dia, gua ga peduli. "

"Karena dia suami lo. "

Sooyoung mengangguk, "tapi gua ga tau cerita ini akan berakhir kita yang bersama atau gua yang cuman pemeran pembantu yang lewat dalam hidupnya beberapa saat. Atau lebih parahnya, gua cuman penjaga jodoh orang dan anak orang. "

Wendy diam.

Sooyoung tersenyum kecil melihat seorang anak laki-laki yang menatapnya lekat. Tangannya menunjuk sooyoung, "bagaimana rasanya? "

"Maksud lo? "

Sooyoung menggeleng lalu menandaskan minumannya. Tersenyum ke arah wendy, "gua pergi dulu. "

FINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang